The True Identity of My Hubby - Bab 118 Terkena Flu

Clarissa tidak tahu harus berkata apa.

Benar, dia yang membawa kemeja ini, awalnya dia tidak berpikir begitu banyak ketika dia sedang membereskan kopernya, asal mengambil beberapa pakaian dan memasukkannya ke dalam koper.

Dia menghirup nafas, kemudian mendongak, melihat bintang-bintang, berkata dengan sangat sedih: "Bagaimana cara melewati malam yang begitu panjang?"

"Kamu bosan?"

"Kamu tidak?"

"Bagaimana kalau aku mencari sedikit hiburan?"

"Misalnya?"

"Misalnya........" Julius mengangkat tangannya dan memegang dagu Clarissa dan mengangkatnya, kemudian menunduk dan mencium bibirnya.

Clarissa langsung sambil tertawa sambil memarahinya dan mendorongnya: "Julius Yi! Kamu jijik, aku tidak mau bermain diluar denganmu."

"Kamu yang berpikiran terlalu kotor." Julius kembali mencium Clarissa dengan dalam, menekan perlawanan Clarissa yang baru mau keluar dari mulutnya.

Wajah Clarrisa langsung memerah, memang dia yang berpikiran terlalu kotor.

Di samping telinga masih terdengar suara ombak dan suara hewan liar, Clarissa sedikit banyak sedikit merinding, tubuhnya tanpa sadar semakin mendekat dan bersandar pada Julius.

Julius sepertinya bisa merasakan ketakutan Clarissa, bibirnya berpindah ke telinga Clarissa dan menciumnya, kemudian berkata dengan suara rendah: "Jangan takut, disini hanya ada hewan kecil yang lucu, tidak mungkin menyerang kita."

Setelah mendengar kata-kata menenangkan Julius, dan juga pelukannya, Clarissa pun dengan cepat menjadi tenang.

Pemandangan malam yang begitu cantik, apalagi bersama dengan Julius, dia tiba-tiba merasa malam ini sebenarnya tidak sebosan pikirannya.

Keesokan paginya, Clarissa bangun di tengah-tengah suara burung dan aroma bunga-bunga.

Dia yang merasa kedinginan pun bergeser mendekati pelukan Julius seperti seekor kucing. Dan lengan yang memeluknya pun ikut mengerat mengikuti gerakannya, mencoba menghangatkannya.

Clarissa perlahan-lahan membuka matanya, di depannya muncul laut biru. Apa yang terjadi kemarin malam pun berputar di pikirannya, dari bertengkar dengan Julius sampai ciuman, seperti sebuah pertunjukkan.

Melihat ke bawah, yang muncul di penglihatannya adalah dada Julius yang lebar dan kuat.

Masih tetap posisi yang sama seperti semalam, karena takut Clarissa kedinginan, Julius pun memeluknya dengan sangat erat.

Clarissa menutup mata, menghirup aroma khas tubuh Julius, menikmati rasa berbaring di dalam pelukannya.

Mungkin karena kemarin malam kedinginan, dia merasa sedikit pusing dan berat, dia berdoa dalam hati jangan sampai terkena flu.

"Clarissa, kamu sudah bangun?" di atas kepalanya terdengar suara Julius.

"Sudah." Clarissa tetap menutup matanya, tidak rela meninggalkan pelukan Julius.

"Mmm... Sudah tidak ingin pulang ke villa?"

"Tidak."

"Disini terlalu dingin, lebih baik pulang dan tidur di villa, hm?" Julius menarik Clarissa keluar dari pelukannya.

Tidak hanya karena dingin, semalam mereka bahkan tidak makan malam, sekarang bahkan dia sudah merasa lapar, Clarissa yang sedang hamil pasti lebih lapar.

Meskipun tidak ingin, tapi tidak bisa terus disini, terlebih lagi sekarang sudah terang, segera akan ada turis yang datang, tempat ini sudah tidak bisa menjadi milik mereka berdua lagi.

Clarissa keluar dari pelukannya, menggoyang-goyang kepalanya yang sedikit pusing, kemudian mengangkat wajah tampan Julius dan bertanya: "Julius, kamu baik-baik saja?"

"Tidak begitu?"

"Kenapa? Tidak baik dimana?" Clarissa pun panik.

"Seluruh tulangku sakit dan pegal..... karena ditekan olehmu." Julius sambil memijit lengannya yang pegal sambil tertawa berseri-seri.

Clarissa merasa bersalah dan tertawa: "Maaf."

"Iya.. Tidak apa-apa, setelah pulang ke villa istirahat sebentar sudah tidak apa-apa." Julius bermaksud bangun, Clarissa segera menopang lengan Julius, kemudian mereka berdua berjalan bersama ke arah dermaga.

Sesampai ke villa, mereka mandi air panas, makan sarapan, Clarissa pun menopang Julius sampai ke kasur: "Kemarin malam kamu pasti tidak tidur dengan baik, istirahatlah sebentar."

Semalam Julius memberikan jaketnya kepada Clarissa, dan juga memeluknya semalaman, pasti merasa dingin dan lelah.

"Kamu? Tidak istirahat bersama?"

"Kamu bukannya juga bilang, semalam aku tidur seperti babi."

"Tidur seorang diri terlalu membosankan, sini." Julius bergeser ke dalam, menepuk tempat di sampingnya menyuruh Clarissa naik.

Tidak tahu sejak kapan, dia mulai suka tidur satu kasur dengan Clarissa, dan dia juga tahu, setelah meninggalkan tempat berlibur dan kembali ke villa, dia lagi-lagi akan kembali ke kamarnya yang seperti sarang, jelas-jelas mereka hanya dipisahkan oleh sebuah dinding, tapi tidak bisa menemuinya.

Clarissa melihat dia mengundangnya sampai seperti ini, berpikir lagipula dia sekarang merasa sedikit pusing, istirahat sebentar mungkin bisa membaik, dia pun berbaring.

Julius tersenyum puas, mengulurkan lengannya yang panjang dan menarik Clarissa ke pelukannya, kemudian menutup matanya.

Mereka tidur sampai siang, ketika bangun, pusing Clarissa tidak hanya tidak membaik, bahkan mulai demam.

Julius meletakkan tangan di kening Clarissa yang panas, berkata khawatir: "Kelihatannya kemarin malam kedinginan, ayo cepat ke rumah sakit."

"Tapi ke rumah sakit juga tidak bisa infus dan makan obat."

"Dokter pasti ada cara, minum banyak air panas." Julius berjalan ke samping meja, bermaksud menuangkan air untuk Clarissa.

Clarissa segera berjalan ke Julius, merebut ceret air dari Julius: "Tuan mudaku, kamu masih ingin melayaniku?"

Sebuah perkataan yang tidak ada maksud lain, namun membuat ekspresi Julius sedikit berubah.

Clarissa langsung merasa ada kemungkinan telah melukai Julius, segera meletakkan ceret air, kedua lengannya merangkul leher Julius, tertawa berseri-seri dan mencium bibir Julius: "Sayangku, aku tidak ada maksud apa-apa, kamu jangan masukkan ke hati, ya?"

"Aku tidak memasukkannya ke hati." Julius mencium balik Clarissa: "Aku hanya merasa aku sangat tidak berguna, bahkan ketika kamu sakit aku juga tidak bisa melakukan apa-apa untukmu."

"Jangan berpikir seperti itu, aku tidak selemah itu, aku bisa menjaga diriku sendiri." Clarissa berkata asal: "Dari kecil sampai besar, aku selalu menjaga diriku sendiri, tidak pernah ada yang menjagaku."

"Ibumu?" Julius merasa sedikit sedih.

"Dia? Dia sangat suka berjudi, dalam sebulan hanya melihatnya beberapa kali." Clarissa ganti merangkul tangan Julius: "Bagaimana kalau kamu istirahat disini sebentar, aku ke rumah sakit sendiri, lihat apakah bisa membeli obat yang tidak ada efek samping."

"Aku temani." Julius berkata, nada suaranya pasti.

Clarissa berpikir sejenak, kemudian mengangguk: "Baiklah kalau begitu."

Setelah mereka sampai ke rumah sakit, Clarissa menyuruh Julius duduk menunggu di koridor, dia sendiri pun masuk untuk melakukan pemeriksaan standar.

Hasil pemeriksaan dokter adalah perkembangan bayi normal, dan juga sudah hamil 3 bulan, boleh makan beberapa obat flu herbal.

Julius yang duduk di koridor tiba-tiba mendengar ada orang yang memanggil namanya, dia membeku sejenak, kemudian memalingkan wajahnya ke arah suara, dan bertanya: "Gwendolyn, kamu belum keluar dari rumah sakit? Apakah lukanya belum sembuh?"

Gwendolyn Tsu tersenyum dan berjalan mendekatinya, melihatnya dari atas ke bawah: "Aku pas berencana keluar rumah sakit, kamu datang untuk menjengukku?"

Luka di keningnya sangat kecil, ditutupi dengan kain kasa, sedangkan alasan dia bersikeras mau rawat inap adalah agar Julius datang menjenguknya. Dia pikir Julius akan datang pagi-pagi, tapi tidak disangka dia menunggu dan terus menunggu, sampai sekarang baru melihat sosok Julius.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu