The True Identity of My Hubby - Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
Clarissa Yuan bertanya: "Apakah guru Shen.......percaya?"
"Kamu tenang saja, dengan kata-kata yang kuucapkan tadi, dapat membuat dia sedih selama beberapa hari." tiba-tiba Andre Mo tersenyum lebar: "Bagaimana? Bisakah kamu menceritakan kepadaku permainan apa yang sedang kalian lakukan?"
"Tidak ada permainan yang seru, aku hanya ingin putus dengan dia."
"Kamu ingini putus dengan guru Shen? Apakah aku memiliki kesempatan lagi?" wajah Andre Mo terlihat senang.
Clarissa Yuan terdiam.
Andre Mo tersenyum dan melanjutkan: "Lihatlah kamu yang ketakutan seperti ini, aku hanya bercanda denganmu, bulan lalu aku sudah menjadi seorang ayah, tidak ada waktu untuk menemanimu bermain."
Setelah mendengar dia berkata seperti itu, Clarissa Yuan akhirnya dapat bernafas dengan lega.
Tidak mungkin pria seperti dia tidak melirik wanita lain, tidak mungkin juga dia masih menyukainya sampai sekarang?
"Sayang sekali, padahal aku ingin bersama denganmu setelah aku membuang guru Shen, tetapi tampaknya itu tidak mungkin terjadi."
"Hah?" Andre Mo dengan terkejut membuka mulutnya.
"Aku hanya bercanda." kata Clarissa Yuan: "Sudahlah, aku tidak niat untuk bercanda denganmu lagi, kita akan berhubungan lagi jika ada kesempatan."
Setelah mematikan panggilan, Clarissa Yuan menurunkan ponselnya dari sebelah telinganya, dia bersandar di pagar pembatas dan melihat pemandangan di luar, kekhawatirannya terhadap Julius Yi semakin mendalam.
Tidak tahu apa reaksi dia setelah mendengar ucapan Andre Mo, apakah dia sangat marah, apakah dia akan terjadi sesuatu? Dia mengendarai mobil dengan cepat.......
Selain merasa khawatir, dia tidak tahu dirinya harus melakukan apa.
Sudah lama Julius Yi tidak pernah minum arak dengan menyedihkan seperti ini, terakhir dia minum seperti ini adalah 4 tahun yang lalu, ketika dia menyadari hubungan Gwendolyn Tsu dengan Justin Yi.
Waktu itu dia terus minum tanpa berhenti, hampir saja membuat lambungnya berdarah.
Dia mengira dirinya akan belajar dari kesalahan, tidak akan dengan mudah mempercayai seseorang, tidak disangka dia masih saja melakukan kesalahan yang sama, dengan bodohnya dipermainkan oleh seorang wanita.
"Tuan Muda Yi, untuk apa kamu minum sebanyak ini?" wanita cantik yang duduk di seberangnya mengulurkan tangan dan meraih gelasnya: "Kehidupan keluarga konglomerat tidak ada cinta sejati, apakah kamu tidak pernah mendengarnya?"
Julius Yi menatap wanita di seberangnya, tertawa dingin: "Apakah Nona Ding masih saja mengikuti hubungan percintaanku?"
"Tentu saja, aku selalu mencintaimu." jawab Vhelly Ding sambil tersenyum. Sebenarnya tidak mungkin dia mengikuti hubungan percintaannya, dia hanya menebaknya saja, melihat dia sendirian minum arak, jelas terlihat jika dia sedang bertengkar dengan istrinya.
Melihat ekspresinya, apakah tebakan dia benar?
"Mungkin yang kamu dan dia cintai bukanlah aku, tetapi harta Keluarga Yi." cibir Julius Yi.
Vhelly Ding tidak mengelak, mengangkat bahunya dan berkata: "Sejujurnya, aku cinta kamu dan juga cinta uangmu, tetapi jika aku dapat menikah denganmu, aku tidak akan seperti istrimu yang tidak menarik, mungkin inilah kelebihanku dari dia."
"Jelas kamu lebih menarik daripada dia." Julius Yi meraih gelasnya dari tangan dia, menuang arak sampai penuh, lalu dia meneguk sampai habis.
Alkohol tersebut memasuki tenggorokannya, dia memejamkan matanya dengan tidak nyaman, tidak tahu kabut di matanya itu disebabkan oleh alkohol atau kesedihannya.
Dia berbaring dengan sedikit mabuk di atas meja, dan mengarahkan jarinya ke gelas kosong untuk menyuruh Vhelly Ding mengisinya lagi.
Vhelly Ding menatap dia, dan melihat gelas kosongnya, bibirnya terangkat, dia dengan senang hati menuangkan arak di gelasnya sampai penuh.
Setelah bertahun-tahun bekerja seperti ini, tentu saja dia tidak akan membuat pelanggannya minum dengan sedikit.
"Tuan Muda Yi, aku akan menemanimu minum." dia mengangkat gelasnya dan memberikan kepada Julius Yi, sambil tersenyum.
Julius Yi tidak menolak, mengangkat gelasnya dan ber-toss dengan dia, lalu dia meminumnya dengan kepala terangkat ke atas.
Justin Yi melihat Julius Yi yang sedang akan mengangkat gelasnya, dengan cepat dia berjalan, dan mengambil gelas dari tangannya: "Julius, matamu belum sepenuhnya pulih, tidak boleh meminum banyak arak."
Dia melambaikan tangan untuk menyuruh Vhelly Ding pergi, Vhelly Ding menatap kakak beradik itu, dengan tidak senang dia berjalan menjauh.
"Ayo, aku akan mengantarmu pulang." Justin Yi memegang pundak Julius Yi untuk menarik dia berdiri.
Julius Yi mengangkat kepalanya, samar-samar tersenyum mencela: "Apa hubungannya dengan kepulihan mataku? Lagi pula pulih atau tidak aku tetap saja tidak bisa melihat isi hati seseorang."
"Julius, kamu jangan seperti ini."
"Sini, duduk dan temani aku minum." Julius Yi berkata kepadanya.
Justin Yi melihat dia yang tidak ingin pergi, mau tidak mau dia duduk di seberangnya, dan berkata: "Setelah minum dua gelas, kita akan kembali."
"Baiklah." Julius Yi menganggukkan kepalanya, dan menuang arak untuk mereka berdua.
Sebenarnya dia sama sekali tidak mabuk, dia masih sadar, dia tidak suka seperti ini, dia berharap dirinya mabuk dan bermimpi sampai mati, dan menyelesaikan semua masalahnya!
Justin menyesap araknya dan menatapnya: "Julius, aku tahu kamu sakit hati, tetapi, kamu termasuk tidak terlambat dalam mengetahui sifat asli Clarissa Yuan, mungkin ini yang dimaksud dengan mendapat berkah dalam suatu masalah."
"Berkah dalam suatu masalah?" cibir Julius Yi
"Kamu jangan bersedih kepada orang yang tidak pantas untuk kamu sedihkan, lupakanlah masalah itu, jangan membuat kesalahan seperti empat tahun yang lalu."
"Tenanglah, aku tidak akan melakukannya." Julius Yi menggelengkan kepalanya: "Aku tidak akan bersembunyi dari masalah, tidak akan kabur dari rumah lagi, tidak akan......."
"Baguslah kalau begitu, mari kita pulang." Justin Yi meletakkan gelasnya dan berdiri dari sofa.
Julius Yi mengerutkan keningnya dan menatap dia: "Apakah kamu tidak bisa menemaniku sebentar lagi?"
"Aku khawatir dengan matamu."
"Aku saja tidak khawatir, untuk apa kamu khawatir? Cepat duduk." Julius Yi menarik ujung lengannya, dan kembali menuangkan arak di gelas mereka.
Dan pada saat ini, tiba-tiba terjadi keributan di depan pintu bar, sebelum mereka bereaksi, sudah ada beberapa polisi yang berdiri di depan mereka.
Julius Yi yang sedang memegang botol arak menengadahkan kepalanya, dengan matanya yang sedikit kabur karena mabuk dia melihat polisi tersebut, dan berkata dengan nada mengejek: "Kenapa? Aku tercampak dan aku melanggar hukum?"
Polisi menatap mereka berdua, lalu bertanya dengan nada datar: "Siapakah yang bernama Justin Yi?"
Kakak beradik itu saling menatap, lalu Justin Yi menjawab: "Saya, apakah ada masalah?"
Polisi menunjukkan kartu identitasnya dan berkata: "Seseorang melaporkan kepada polisi bahwa Anda dicurigai telah melakukan penipuan komersial karena menjual lebih dari satu kamar. Sekarang Anda perlu membantu biro dari departemen industri dan perdagangan untuk menyelidiki masalah ini. "
Justin Yi berdiri dari sofa, menatap kerumunan dan berkata: "Menjual lebih dari satu rumah? Bagaimana mungkin? Apakah Pak Polisi tidak salah?"
"Kita melakukan kesalahan atau tidak, akan diketahui setelah melakukan pemeriksaan." Pak Polisi membuat isyarat: "Tuan Yi, silahkan ikut dengan kami."
"Tunggu, masalah ini tidak mungkin terjadi......"
Justin Yi menatap Julius Yi dan berkata: "Julius, kamu tidak perlu panik, aku hanya melakukan pemeriksaan, aku akan mengetahui masalah ini jika pergi dengan mereka."
"Aku ikut denganmu."
"Tidak perlu, kamu sedang mabuk." Justin yi melanjutkan: "Kamu duduk dahulu di sini, aku akan menelepon Steve untuk mengantarmu pulang."
Justin Yi dibawa pergi oleh polisi, membuat Julius Yi sangat cemas.
Saat ini dia tidak ingin mabuk lagi, dengan cepat dia keluar dari pintu bar, dia menelepon orang-orang ketika dia sedang menunggu Steve datang, dia menyuruh Asisten Lin dan Kepala Wang bergegas berkumpul di perusahaan.
Lalu dia pergi ke kamar mandi dan membasahi mukanya dengan air dingin, saat ini dia sudah sedikit lebih sadar.
"Tuan Muda Pertama, apakah kamu baik-baik saja?" Steve menyerahkannya segelas air putih.
Julius Yi mengambil gelas tersebut, dan meneguknya sampai habis, setelah merasa dia sudah tidak mabuk lagi, baru dia berjalan meninggalkan kamar mandi.
Julius Yi menatap mereka berdua: "Kenapa ada masalah seperti ini? Kenapa Direktur Yi bisa dibawa oleh polisi?"
Asisten Lin menyerahkan map di tangannya dan berkata: "Saya juga baru saja mendengar beritanya, Direktur Yi menjual bangunan ketiga yang baru mencapai fase kedua kepada sebuah perusahaan untuk menjadikannya sebagai tempat tinggal karyawan."
"Bukankah bangunan itu sudah terjual dari awal?" tanya Julius Yi.
"Saya juga tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini, Direktur Yi sendiri yang menanganinya."
Julius Yi menatap map di tangannya, dia memijat pelipis dengan tangannya, setelah beberapa saat dia mendongak dan bertanya: "Sejak kapan ini terjadi?"
"Dalam perjanjiannya tertulis dua bulan yang lalu." jawab Asisten Lin dengan sedikit nada bersalah, dia melihat Julius Yi dan berkata: "Direktur Yi tidak mungkin tidak tahu konsekuensinya jika menjual lebih dari satu kamar, dia tidak mungkin akan melakukan kesalahan, mungkingkah ada orang yang ingin mencelakainya?"
"Betul, menurutku pasti ini ulah Noah Tsu." jawab Kepala Wang: "Perusahaan yang bernama Minghui Technology Company akhir-akhir ini baru saja muncul, saya tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya."
Noah Tsu lagi......!
"Dia lagi?!" Julius Yi memukul meja dengan tangannya.
Justin Yi kembali ke Kediaman Yi pada larut malam, ketika dia memasuki Kediaman Yi, Nyonya Tua dengan raut wajah khawatir menghampiri dia dan bertanya: "Bagaimana? Justin, apakah kamu baik-baik saja?"
"Saat ini aku baik-baik saja, nenek." Justin Yi menepuk-nepuk pundak Nyonya Tua.
"Saat ini baik-baik saja? Berarti sebelumnya kamu tidak baik-baik saja? Sebenarnya ada apa dengan masalah ini?"
Justin Yi tidak tahu cara membujuk Nyonya Tua, dia menatap Julius Yi dan berkata dengan nada penuh penyesalan: "Kakak, aku minta maaf, malam itu aku mabuk, dan terjebak dalam jebakan Noah Tsu."
Dia berpikir sejenak, lalu melanjutkan dengan ekspresi penuh rasa bersalah dan penuh dengan dendam: "Aku jelas-jelas ingat orang itu mengucapkan bangunan ketiga fase ketiga, lalu di kontrak tertulis bangunan ketiga fase kedua, jelas ini disengajai, salahkan aku yang terlalu ceroboh pada waktu itu."
"Kamu memang terlalu ceroboh, apakah kamu tahu konsekuensinya?"
"Aku tahu, orang-orang dari biro industri dan perdagangan sudah memberitahuku." Justin Yi duduk di atas sofa, berkata dengan sedih: "Aku menyalahkan diriku sendiri, ketika mendengar bos Minghui berkata ingin membeli seluruh bangunan, aku berpikir akhirnya rumah yang sudah lama kubangun bisa dijual sesuai dengan harga pasar, aku terlalu senang sampai kehilangan akal untuk berpikir, dan menandatangani kontrak dalam kondisi mabuk."
"Bagaimana ini? Kenapa Noah Tsu masih tidak ingin melepaskan kita?" Nyonya Tua sangat cemas sampai air matanya akan keluar lagi, dia mengertakkan gigi dan mengutuk ayah dan putri Keluarga Tsu tersebut.
Julius Yi menghela nafas, menatap Justin Yi dan berkata: "Bagaimana kamu akan menyelesaikan masalah ini?"
Novel Terkait
Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinTakdir Raja Perang
Brama aditioLelaki Greget
Rudy GoldCinta Yang Berpaling
NajokurataCinta Dan Rahasia
JesslynThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)