The True Identity of My Hubby - Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
Perusahaan Besar Yi adalah jerih payah Kakek Julius, saat Julius belum lahir saja sudah didirikan. Jika runtuh begitu saja, jangankan Julius, orang-orang sekitar saja akan ikut merasa sedih.
“Semua akan membaik.” Clarissa hanya bisa terus menghibur, memeluk lengannya dengan kuat.
Setelah usaha penyelamatan berjam-jam, Carter berhasil terbebas dari masa kritis, keselamatan pun terjamin.
Setelah tiga hari perawatan di kamar pasien, kesadarannya kembali pulih, tidak sabar untuk bertemu Juwono. Gloria berkali-kali menyalahkan diri tidak berdaya, hingga membiarkan Juwono melakukan tindakan itu.
Secara tiba-tiba, Gloria berkata dengan sangat menjanjikan: “Meski Juwono melakukan kesalahan besar, tetapi dia menyimpan maksud baik kok, dia menggunakan saham milik sendiri demi memastikan kelancaran perputaran modal perusahaa, bisakah kamu jangan menyalahkannya terus?”
“Maksud baiknya telah mendorong Perusahaan Besar Yi menuju kehancuran!” Begitu membahas masalah itu, Carter selalu kesal hingga terbatuk-batuk, membuat nafas menjadi tidak stabil.
Gloria segera mengambil obat yang telah diberikan dokter dari dalam laci, bersiap-siap memberikan padanya, hanya saja saat akan meninggalkan laci, tangannya malah terhenti sejenak, pada akhirnya meletakkan obat kembali ke tempatnya.
“Apakah kamu baik-baik saja?” Dia mengelus bagian dada Carter dengan pelan, bertanya cemas: “Apakah jantung tidak enak? Bagaimana jika aku panggil dokter kemari saja.”
Carter batuk hingga tidak bisa berbicara, Gloria pun terpaksa menekan bel dalam kamar guna memanggil dokter.
Dokter tiba dalam hitungan menit, setelah menangani penyakit itu, Carter pun kembali tenang.
Gloria mengantar dokter keluar kamar, bertanya dengan penuh hati-hati: “Apakah umut Tuan kami sungguh tidak seberapa lama lagi?”
Dokter melihat ekspresi wajahnya, berpikir sejenak, lalu berkata: “Jika setiap hari minum obat tepat waktu, mempertahankan istirahat yang sehat dan hati yang riang, mungkin saja akan lebih lama lagi. Karena penyakit jantung berbeda dengan kanker, lamanya waktu bertahan seseorang tidak dapat dipastikan.”
Dokter terdiam sesaat, lanjut berkata: “Maka dari itu suasana hati pasien sangat penting, jangan biarkan dia mendengar masalah yang mengejutkan seperti waktu itu , ingat tidak?”
“Baik, aku akan lebih memerhatikannya, terima kasih Dokter.” Gloria mengangguk dengan cepat.
Setelah dokter pergi, Gloria kembali ke depan ranjang melihat Carter yang sedang tertidur tenang. Terlintas ekspresi bersalah pada wajahnya yang tenang, sudah dua hari dia tidak memberi Carter minum obat.
Kasih sayang suami-istri tidak terhingga sepanjang masa, dia tahu perbuatannya ini sangat tercela, tetapi demi anak sendiri, dia terpaksa melakukannya. Karena Carter adalah orang yang usianya telah ditentukan oleh dokter, dia merasa membiarkannya hidup setengah tahun dan setengah bulan tidaklah berbeda jauh. Tetapi bagi dia dan Juwono, satu hari lebih lama Carter hidup, satu hari lebih tidak tenang juga Ibu dan anak itu.
Jika dalam waktu setengah tahun Carter tahu Juwono bukan anak kandungnya sendiri, maka Ibu dan anak itu pasti mengalami kerugian besar, dalam Perusahaan Besar Yi pun tidak tersisa bagian saham mereka lagi.
****
Siang harinya selesai bekerja di Perusahaan Besar Yi, Clarissa dan Julius makan di sebuah restoran tepi jalan.
Keduanya tiba di dalam restoran secara terpisah, kemudian memesan sebuah ruangan VIP.
Clarissa melepaskan mantel dan tas, meletakkannya di atas sofa, lalu berkata sambil tersenyum: “Pasangan suami-istri seperti kita sungguh kasihan ya, makan bersama saja harus sembunyi-sembunyi seperti mata-mata begini.”
“Bukankah ini tidak baik? Lebih menyenangkan loh.” Julius menjawab sambil tersenyum.
“Menyenangkan sih menyenangkan, tetapi rasanya sedikit berlebihan, kita sama sekali belum pernah merasakannya.” Selesai berkata, Clarissa melihat buku menu sambil bertanya padanya: “Bagaimana denganmu? Apakah sudah pernah merasakan seperti apa sensasi berhubungan gelap dengan perempuan lain?”
Julius mengangkat kepala melihatnya sekilas, menggelengkan kepala sambil tertawa: “Perempuan memang seperti ini, selalu bersikeras menanyakan itu, tetapi setelah mendapatkan jawaban tidak memuaskan malah ngambek, mencari masalah sendiri.”
“Apa maksudnya? Apakah secara tidak langsung kamu mengakui pernah memiliki pengalaman itu?” Wajah Clarissa mulai cemberut.
Julius hanya tersenyum kecil, tidak menanggapi pertanyaannya.
“Tidak boleh tersenyum, katakan sesuatu.” Clarissa langsung merampas buku menu yang sedang dia pegang, lalu melototinya dengan tajam.
Tangan Julius hampa dalam sekejap, tersenyum sambil bertanya kembali: “Apakah kamu rasa aku perlu sembunyi-sembunyi? Wahai Ratu Serigalaku?”
“Mulai lagi deh…” Clarissa membalikkan bola mata, menyodorkan kembali buku menu kepadanya: “Sudah akan menjumpai musibah besar saja masih begitu percaya diri.”
“Semua orang berkesempatan terbebas dari musibah kok.” Julius memanggil pelayan, hanya memesan dua paket makanan terfavorit di restoran itu.
“Berbicara soal ini, bagaimana kabar perusahaan sekarang?” Clarissa menyimpan senyuman yang ada pada wajah, berkata dengan sangat serius: “Adakah langkah selanjutnya yang diambil Noah Tsu?”
“Sementara belum ada, hanya saja Gwendolyn pernah mencariku satu kali.”
“Memaksa kamu menikahinya?”
“Hm, menangis hingga ingus dan air mata bergabung menjadi satu, katanya tidak berharap melihat Perusahaan Besar Yi terjebak dalam masalah ini.”
“Lalu bagaimana denganmu? Apakah hatimu sudah meleleh karena tangisannya? Apakah kamu sudah memeluknua?” Clarissa bertanya dengan cemburu.
Julius malah tertawa, menjulurkan tangan mencubit hidung Clarissa: “Ada perempuan paling garang di rumah, mana mungkin berani memeluknya.”
“Ini baru benar.” Clarissa tersenyum puas.
Setelah meminum seteguk air, dia menatap Julius sambil lanjut bertanya: “Aku dengar-dengar belakangan ini Noah Tsu sedang membeli saham dari seorang pemegang saham kecil, apakah benar?”
“Hm.” Berbicara soal itu, Julius juga merasa sangat stres.
Para pemegang saham kecil itu telah percaya dengan isu-isu yang beredar, hingga kehilangan kepercayaan pada Perusahaan Besar Yi. Berkat tawaran harga tinggi menggoda dari Noah, saham-saham miliknya pun dijual begitu saja.
“Kalau begitu apakah Noah telah membeli semua saham milik pemegang-pemegang saham itu?”
“Sebagian besar, beberapa teman dekat dan kerabat Ayahku masih sedang mempertimbangkannya, saat ini yang paling ditakutkan adalah Noah terus membuat mereka tergoda dengan tawaran harga tinggi, sekaligus membeli semua saham milik mereka. Jika itu terjadi, Perusahaan Besar Yi pun akan dikendalikan olehnya.”
“Darimana Perusahaan Besar Tsu mendapatkan begitu banyak dana?” Clarissa sangat terkejut mendengarnya.
Dia hanya tahu Perusahaan Besar Tsu memiliki pondasi dan pendanaan yang kuat, tetapi sungguh tidak menyangka akan sekuat itu.
“Tentu saja karena Perusahaan Besar Tsu kaya, dan memang telah melakukan persiapan matang. Mereka pasti sudah mengatur keuangan dengan baik sebelum beraksi dalam merebut saham-saham milik pemegang saham lainnya dengan kita.” Julius tersenyum hangat: “Yang menyedihkan adalah, semua dana Perusahaan Besar Yi telah dialokasikan ke proyek, sama sekali tidak mungkin berebut dengan mereka.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Untuk sementara tidak ada solusi yang paling baik, pihak bank tidak berani meminjamkan kita uang, perusahaan investasi juga tidak mungkin melemparkan uangnya pada kita, hanya bisa berharap pada pemegang saham yang belum sempat didatangi Noah Tsu, semoga mereka bisa menemani kita bertahan hingga akhir, melewati musibah bersama-sama.”
“Rasanya ini sedikit sulit.” Clarissa berkata dengan cemas.
“Memang sedikit sulit, karena saat ini Perusahaan Besar Yi tidak mampu mendirikan kepercayaan untuk mereka lagi.” Selesai berkata, Julius langsung mengubah topik pembicaraan: “Jangan bahas topik yang memberatkan pikiran ini lagi, bahas saja yang lebih seru.”
Clarissa berpikir sejenak, berkata sambil tersenyum: “Memangnya kita punya topik yang seru untuk dibicarakan?”
“Ada kok, contohnya hal-hal menyenangkan setelah kita bersama.”
Hal-hal menyenangkan setelah bersama, rasanya tidak banyak juga!
Dalam ingatan Clarissa, kehidupan setelah menikah ke Keluarga Yi selalu dipenuhi liku-liku, hampir tidak pernah tenang. Meskipun demikian, yang harus dilakukan hanyalah tersenyum, karena itu bisa meredakan sebagian rasa sakit.
****
Dalam kamar pasien rumah sakit.
Gloria menemani Carter makan siang, setelah memberinya minum, bertanya dengan perhatian: “Suamiku, bagaimana rasanya hari ini? Apakah lebih baik?”
Carter menggelengkan kepala, berkata dengan wajah bersedih: “Kelihatannya aku dan Perusahaan Besar Yi akan pergi secara bersama.”
“Suamiku, jangan berbicara seperti itu, keadaan perusahaan akan segera membaik.”
“Membaik?” Carter tersenyum pahit: “Jangan kira aku yang terbaring di rumah sakit tidak tahu apa-apa, aku jauh lebih tahu bagaimana keadaan perusahaan saat ini dibandingkan kamu.”
Selesai berkata, Carter Yi kembali tersenyum pahit: “Bagus juga, bagus juga bisa menemani perusahaan pergi bersma, ini adalah keberuntungan besar bagiku!”
“Suamiku, jangan berkata seperti itu lagi.”
Melihat Carter tidak bersuara lagi, Gloria bimbang cukup lama, lalu mengeluarkan sebuah dokumen dari laci dan menatapnya sambil berkata dengan hati-hati: “Suamiku, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.”
“Katakanlah.”
Setelah bimbang cukup lama lagi, Gloria baru berkata: “Aku tahu saat ini belum tepat untuk membicarakan wasiat denganmu, tetapi bukankah cepat atau lambat surat warisan harus dibuat? Tadi malam aku meminta pengacara untuk membuatkan sebuah surat warisan, coba lihat sudah sesuai atau belum. Jika sesuai, cukup cari orang untuk melakukan pengesahan saja.”
Carter menatapnya dengan kedua mata lemah.
Novel Terkait
CEO Daddy
TantoPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeThick Wallet
TessaCinta Seorang CEO Arogan
MedellineThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensLelaki Greget
Rudy GoldThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)