The True Identity of My Hubby - Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)

Perusahaan Besar Yi adalah jerih payah Kakek Julius, saat Julius belum lahir saja sudah didirikan. Jika runtuh begitu saja, jangankan Julius, orang-orang sekitar saja akan ikut merasa sedih.

“Semua akan membaik.” Clarissa hanya bisa terus menghibur, memeluk lengannya dengan kuat.

Setelah usaha penyelamatan berjam-jam, Carter berhasil terbebas dari masa kritis, keselamatan pun terjamin.

Setelah tiga hari perawatan di kamar pasien, kesadarannya kembali pulih, tidak sabar untuk bertemu Juwono. Gloria berkali-kali menyalahkan diri tidak berdaya, hingga membiarkan Juwono melakukan tindakan itu.

Secara tiba-tiba, Gloria berkata dengan sangat menjanjikan: “Meski Juwono melakukan kesalahan besar, tetapi dia menyimpan maksud baik kok, dia menggunakan saham milik sendiri demi memastikan kelancaran perputaran modal perusahaa, bisakah kamu jangan menyalahkannya terus?”

“Maksud baiknya telah mendorong Perusahaan Besar Yi menuju kehancuran!” Begitu membahas masalah itu, Carter selalu kesal hingga terbatuk-batuk, membuat nafas menjadi tidak stabil.

Gloria segera mengambil obat yang telah diberikan dokter dari dalam laci, bersiap-siap memberikan padanya, hanya saja saat akan meninggalkan laci, tangannya malah terhenti sejenak, pada akhirnya meletakkan obat kembali ke tempatnya.

“Apakah kamu baik-baik saja?” Dia mengelus bagian dada Carter dengan pelan, bertanya cemas: “Apakah jantung tidak enak? Bagaimana jika aku panggil dokter kemari saja.”

Carter batuk hingga tidak bisa berbicara, Gloria pun terpaksa menekan bel dalam kamar guna memanggil dokter.

Dokter tiba dalam hitungan menit, setelah menangani penyakit itu, Carter pun kembali tenang.

Gloria mengantar dokter keluar kamar, bertanya dengan penuh hati-hati: “Apakah umut Tuan kami sungguh tidak seberapa lama lagi?”

Dokter melihat ekspresi wajahnya, berpikir sejenak, lalu berkata: “Jika setiap hari minum obat tepat waktu, mempertahankan istirahat yang sehat dan hati yang riang, mungkin saja akan lebih lama lagi. Karena penyakit jantung berbeda dengan kanker, lamanya waktu bertahan seseorang tidak dapat dipastikan.”

Dokter terdiam sesaat, lanjut berkata: “Maka dari itu suasana hati pasien sangat penting, jangan biarkan dia mendengar masalah yang mengejutkan seperti waktu itu , ingat tidak?”

“Baik, aku akan lebih memerhatikannya, terima kasih Dokter.” Gloria mengangguk dengan cepat.

Setelah dokter pergi, Gloria kembali ke depan ranjang melihat Carter yang sedang tertidur tenang. Terlintas ekspresi bersalah pada wajahnya yang tenang, sudah dua hari dia tidak memberi Carter minum obat.

Kasih sayang suami-istri tidak terhingga sepanjang masa, dia tahu perbuatannya ini sangat tercela, tetapi demi anak sendiri, dia terpaksa melakukannya. Karena Carter adalah orang yang usianya telah ditentukan oleh dokter, dia merasa membiarkannya hidup setengah tahun dan setengah bulan tidaklah berbeda jauh. Tetapi bagi dia dan Juwono, satu hari lebih lama Carter hidup, satu hari lebih tidak tenang juga Ibu dan anak itu.

Jika dalam waktu setengah tahun Carter tahu Juwono bukan anak kandungnya sendiri, maka Ibu dan anak itu pasti mengalami kerugian besar, dalam Perusahaan Besar Yi pun tidak tersisa bagian saham mereka lagi.

****

Siang harinya selesai bekerja di Perusahaan Besar Yi, Clarissa dan Julius makan di sebuah restoran tepi jalan.

Keduanya tiba di dalam restoran secara terpisah, kemudian memesan sebuah ruangan VIP.

Clarissa melepaskan mantel dan tas, meletakkannya di atas sofa, lalu berkata sambil tersenyum: “Pasangan suami-istri seperti kita sungguh kasihan ya, makan bersama saja harus sembunyi-sembunyi seperti mata-mata begini.”

“Bukankah ini tidak baik? Lebih menyenangkan loh.” Julius menjawab sambil tersenyum.

“Menyenangkan sih menyenangkan, tetapi rasanya sedikit berlebihan, kita sama sekali belum pernah merasakannya.” Selesai berkata, Clarissa melihat buku menu sambil bertanya padanya: “Bagaimana denganmu? Apakah sudah pernah merasakan seperti apa sensasi berhubungan gelap dengan perempuan lain?”

Julius mengangkat kepala melihatnya sekilas, menggelengkan kepala sambil tertawa: “Perempuan memang seperti ini, selalu bersikeras menanyakan itu, tetapi setelah mendapatkan jawaban tidak memuaskan malah ngambek, mencari masalah sendiri.”

“Apa maksudnya? Apakah secara tidak langsung kamu mengakui pernah memiliki pengalaman itu?” Wajah Clarissa mulai cemberut.

Julius hanya tersenyum kecil, tidak menanggapi pertanyaannya.

“Tidak boleh tersenyum, katakan sesuatu.” Clarissa langsung merampas buku menu yang sedang dia pegang, lalu melototinya dengan tajam.

Tangan Julius hampa dalam sekejap, tersenyum sambil bertanya kembali: “Apakah kamu rasa aku perlu sembunyi-sembunyi? Wahai Ratu Serigalaku?”

“Mulai lagi deh…” Clarissa membalikkan bola mata, menyodorkan kembali buku menu kepadanya: “Sudah akan menjumpai musibah besar saja masih begitu percaya diri.”

“Semua orang berkesempatan terbebas dari musibah kok.” Julius memanggil pelayan, hanya memesan dua paket makanan terfavorit di restoran itu.

“Berbicara soal ini, bagaimana kabar perusahaan sekarang?” Clarissa menyimpan senyuman yang ada pada wajah, berkata dengan sangat serius: “Adakah langkah selanjutnya yang diambil Noah Tsu?”

“Sementara belum ada, hanya saja Gwendolyn pernah mencariku satu kali.”

“Memaksa kamu menikahinya?”

“Hm, menangis hingga ingus dan air mata bergabung menjadi satu, katanya tidak berharap melihat Perusahaan Besar Yi terjebak dalam masalah ini.”

“Lalu bagaimana denganmu? Apakah hatimu sudah meleleh karena tangisannya? Apakah kamu sudah memeluknua?” Clarissa bertanya dengan cemburu.

Julius malah tertawa, menjulurkan tangan mencubit hidung Clarissa: “Ada perempuan paling garang di rumah, mana mungkin berani memeluknya.”

“Ini baru benar.” Clarissa tersenyum puas.

Setelah meminum seteguk air, dia menatap Julius sambil lanjut bertanya: “Aku dengar-dengar belakangan ini Noah Tsu sedang membeli saham dari seorang pemegang saham kecil, apakah benar?”

“Hm.” Berbicara soal itu, Julius juga merasa sangat stres.

Para pemegang saham kecil itu telah percaya dengan isu-isu yang beredar, hingga kehilangan kepercayaan pada Perusahaan Besar Yi. Berkat tawaran harga tinggi menggoda dari Noah, saham-saham miliknya pun dijual begitu saja.

“Kalau begitu apakah Noah telah membeli semua saham milik pemegang-pemegang saham itu?”

“Sebagian besar, beberapa teman dekat dan kerabat Ayahku masih sedang mempertimbangkannya, saat ini yang paling ditakutkan adalah Noah terus membuat mereka tergoda dengan tawaran harga tinggi, sekaligus membeli semua saham milik mereka. Jika itu terjadi, Perusahaan Besar Yi pun akan dikendalikan olehnya.”

“Darimana Perusahaan Besar Tsu mendapatkan begitu banyak dana?” Clarissa sangat terkejut mendengarnya.

Dia hanya tahu Perusahaan Besar Tsu memiliki pondasi dan pendanaan yang kuat, tetapi sungguh tidak menyangka akan sekuat itu.

“Tentu saja karena Perusahaan Besar Tsu kaya, dan memang telah melakukan persiapan matang. Mereka pasti sudah mengatur keuangan dengan baik sebelum beraksi dalam merebut saham-saham milik pemegang saham lainnya dengan kita.” Julius tersenyum hangat: “Yang menyedihkan adalah, semua dana Perusahaan Besar Yi telah dialokasikan ke proyek, sama sekali tidak mungkin berebut dengan mereka.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Untuk sementara tidak ada solusi yang paling baik, pihak bank tidak berani meminjamkan kita uang, perusahaan investasi juga tidak mungkin melemparkan uangnya pada kita, hanya bisa berharap pada pemegang saham yang belum sempat didatangi Noah Tsu, semoga mereka bisa menemani kita bertahan hingga akhir, melewati musibah bersama-sama.”

“Rasanya ini sedikit sulit.” Clarissa berkata dengan cemas.

“Memang sedikit sulit, karena saat ini Perusahaan Besar Yi tidak mampu mendirikan kepercayaan untuk mereka lagi.” Selesai berkata, Julius langsung mengubah topik pembicaraan: “Jangan bahas topik yang memberatkan pikiran ini lagi, bahas saja yang lebih seru.”

Clarissa berpikir sejenak, berkata sambil tersenyum: “Memangnya kita punya topik yang seru untuk dibicarakan?”

“Ada kok, contohnya hal-hal menyenangkan setelah kita bersama.”

Hal-hal menyenangkan setelah bersama, rasanya tidak banyak juga!

Dalam ingatan Clarissa, kehidupan setelah menikah ke Keluarga Yi selalu dipenuhi liku-liku, hampir tidak pernah tenang. Meskipun demikian, yang harus dilakukan hanyalah tersenyum, karena itu bisa meredakan sebagian rasa sakit.

****

Dalam kamar pasien rumah sakit.

Gloria menemani Carter makan siang, setelah memberinya minum, bertanya dengan perhatian: “Suamiku, bagaimana rasanya hari ini? Apakah lebih baik?”

Carter menggelengkan kepala, berkata dengan wajah bersedih: “Kelihatannya aku dan Perusahaan Besar Yi akan pergi secara bersama.”

“Suamiku, jangan berbicara seperti itu, keadaan perusahaan akan segera membaik.”

“Membaik?” Carter tersenyum pahit: “Jangan kira aku yang terbaring di rumah sakit tidak tahu apa-apa, aku jauh lebih tahu bagaimana keadaan perusahaan saat ini dibandingkan kamu.”

Selesai berkata, Carter Yi kembali tersenyum pahit: “Bagus juga, bagus juga bisa menemani perusahaan pergi bersma, ini adalah keberuntungan besar bagiku!”

“Suamiku, jangan berkata seperti itu lagi.”

Melihat Carter tidak bersuara lagi, Gloria bimbang cukup lama, lalu mengeluarkan sebuah dokumen dari laci dan menatapnya sambil berkata dengan hati-hati: “Suamiku, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.”

“Katakanlah.”

Setelah bimbang cukup lama lagi, Gloria baru berkata: “Aku tahu saat ini belum tepat untuk membicarakan wasiat denganmu, tetapi bukankah cepat atau lambat surat warisan harus dibuat? Tadi malam aku meminta pengacara untuk membuatkan sebuah surat warisan, coba lihat sudah sesuai atau belum. Jika sesuai, cukup cari orang untuk melakukan pengesahan saja.”

Carter menatapnya dengan kedua mata lemah.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu