The True Identity of My Hubby - Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)

Clarissa Yuan dengan nada tidak yakin berkata, "sebenarnya sebelumnya aku sudah merasakan bahwa kamu tidak lagi seperti tunanetra. Tetapi, mungkin aku teralu percaya padamu, jadi aku memilih mengabaikan perasaanku. Ketika mendengar perkataan Gwendolyn Tsu hari itu, lalu dikaitkan dengan kejadian sebelumnya, mau tidak mau aku harus percaya."

"Maaf......."

"Tidak usah meminta maaf, hatiku sedang kacau balau, kamu pergilah, aku tidak ingin membahas masalah ini kembali." Clarissa Yuan mundur selangkah, dia terduduk dan mengadahkan kepalanya yang memiliki bekas air mata berkata, "bisakah biarkan aku sendiran?"

"Baik, tapi lantai dingin, kamu boleh tidak duduk di sofa saja." Julius Yi memajukan badannya dan ingin menggendongnya. Tetapi Clarissa Yuan menggelengkan kepalanya dan mendorong tangan dia, menolak niat baik dia.

Julius Yi tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya dia pun mengambil selimut di atas sofa dan menaruh di atas tubuhnya.

Perhatian dia mendapatkan respon penolakan dari Clarissa Yuan. Dia berteriak dan membuang selimutnya ke lantai dan berkata, "Julius Yi! Aku tidak butuh perhatianmu! Aku tidak butuh!"

Dia sudah terbiasa menjaga dia, dan memperhatikan dia, tetapi bukan kebalikannya. Kenyataan bahwa dia sudah bisa melihat membuatnya sangat tidak terbiasa.

Julius Yi melihat dia yang emosional, dia pun hanya menghela nafas, beranjak dan berkata, "baiklah, aku pergi dulu, kamu baik-baik di sini."

Sebelum dia keluar dari ruangan pribadi, dia melihat dia untuk terakhir kalinya. Dia tidak meninggalkan cafe melainkan berjalan ke arah sudut aula dan duduk di sana.

Sudah pasti dia tidak tenang meninggalkan Clarissa Yuan sendirian di sini, karena dia baru saja mengetahui suatu kebenaran dan emosionalnya yang tidak stabil.

Dia khawatir dia akan seperti pertemuan pertama mereka, berjalan hingga ke jalan raya pun tidak sadar.

Sebelum datang ke cafe, dalam hati Clarissa Yuan sangat marah dan sedih. Setelah mendengar pernyataan dari Julius Yi, rasa marah dia perlahan-lahan memudar, tetapi tetap membuatnya merasa sangat sedih hingga kesulitan bernafas.

Dia bukan tidak percaya perkataan Julius Yi, hanya saja setelah mempercayainya dia merasakan kepanikan yang sangat dalam.

Rasa tidak tenang dan kepanikan itu muncul dari ketidakpercayaan terhadap dirinya sendiri. Pada awalnya dia memilih untuk bertahan selain karena cinta dan juga karena ingin menjaga Julius Yi seumur hidup. Tetapi, sekarang dia baru mengetahui bahwa.......Julius Yi tidak membutuhkan dirinya untuk menjaganya, melainkan menjadi dirinya yang dijaga oleh dia.

Untuk kedepannya, kenyataan dia infertilitas seumur hidup selain cinta, apakah ada alasan lain yang membuat dia terus bertahan di sisinya?

Julius Yi ada alasan apa yang membuat dia mencintai dirinya yang cacat ini?

Clarissa Yuan tidak tahu dia sudah duduk berapa lama di dalam cafe itu, pikirannya sangat kacau. Saking kacaunya dia tidak mendengar ponselnya berdering, hingga panggilan ketiga, dia baru mengambil ponsel dari dalam tasnya dan menjawabnya.

Pihak yang menelepon adalah Frans Tsu, dia dengan sangat cemas bertanya, "Clarissa, kamu ada di mana? Kenapa terus tidak menjawab panggillan?"

"Aku....." Clarissa melihat sekelilingnya, dan perlahan-lahan kembali sadar dan berkata, "aku di cafe, aku segera pulang."

"Mengapa kamu selama itu di dalam? Sudah makan?"

"Belum." Clarissa Yuan menurunkan ponselnya untuk melihat jam, ternyata sudah melewati jam makan malam.

"Sudah begitu malam kenapa masih belum makan?"

"Ehm...masih belum lapar." Clarissa Yuan menjawab asal.

"Cafe yang tadi siang itu bukan? Aku pergi menjemputmu kebetulan searah." Frans Tsu menjawab.

"Baik, terima kasih." Clarissa Yuan menganggukan kepalanya dan memutuskan panggilan.

Dia menyimpan ponselnya dan pada saat ingin beranjak, dia baru menyadari kedua kakinya kebas dan sakit. Bahkan tenaga untuk berdiri saja sudah tidak ada. Ternyata sudah selama itukah dia berada di sini? Dirinya bahkan tidak menyadari hal itu.

Keluar dari cafe, dia melihat langit sudah gelap, cahaya bintang berkilauan, dan dingin angin malam yang menusuk.

Frans Tsu memang benar searah, dalam waktu singkat mobilnya sudah berhenti di depan cafe. Dia buru-buru turun dari mobil dan mengambil mantel dari dalam mobilnya berkata, "cuaca dingin begini kamu bahkan tidak memakai mantel........"

"Aku....maaf, aku meninggalkan mantelnya di dalam ruangan pribadi."

"Kamar nomor berapa? Aku pergi mengambilnya."

"Tidak perlu, aku ambil sendiri saja." Clarissa Yuan membalikkan badannya dan berjalan menuju lantai dua dan mengambil mantel di ruangan pribadi. Pada saat ingin keluar, dia tidak sengaja menangkap bayangan seseorang yang berada di sudut aula, dua pasang mata saling bertatapan, dia tertegun sebentar tetapi dengan cepat dia melangkah keluar.

Julius Yi melihat bayangan dia yang perlahan menjauh, melihat dia memasuki mobil Frans Tsu hingga mobilnya menghilang dari langit malam barulah dia beranjak dari sofa.

Kaki dia juga kebas, dia terus berada di aula dengan jangka waktu yang sama seperti Clarissa Yuan yang berada di dalam ruangan pribadi.

Dia takut Clarissa Yuan terus berada di dalam tidak keluar, tidak makan dan tidak minum. Sekarang dia telah keluar, meskipun pergi bersama Frans Tsu, setidaknya dia aman.

Frans Tsu menolehkan kepalanya ke samping melihat wajah Clarissa Yuan yang murung sambl tertawa dan bertanya, "ada apa? Komunikasi dengan Julius Yi tidak berjalan dengan lancar?"

Clarissa Yuan tidak menolehkan kepalanya, dia terus melihat pemandangan yang berkedip-kedip di luar jendela dan berkata, "Frans Tsu, jika orang yang paling kamu cintai membohongimu, meskipun kebohongan dengan niat baik, apakah kamu bisa memaafkannya?"

"Kebohongan dengan niat baik?" Frans Tsu tersenyum dan berkata, "itu pantas dimaafkan."

Melihat Clarissa Yuan tidak menjawab, dia kembali bertanya, "kalau kamu? Kamu tidak ingin memaafkannya?"

"Mengapa kamu tidak mencari tahu kebohongan apa yang telah dia lakukan?"

"Jika kamu memang ingin mengatakannya, tidak perlu aku bertanya kamu pasti akan menceritakan dengan sendirinya, bukankah begitu?"

Akhirnya Clarissa Yuan menolehkan kepalanya dan tertawa, "aku suka sifat kamu yang perhatian dan pengertian sebagai teman."

"Terima kasih pujiannya." Frans Tsu juga ikut tertawa dan melanjutkan, "lalu apakah kamu berniat untuk kembali ke dia?"

"Aku harus kembali memikirkannya."

"Memikirkan kembali untuk memaafkan dia atau tidak?"

Clarissa Yuan menganggukan kepalanya.

Yang harus dia pikirkan bukan hanya memaafkan Julius Yi tetapi juga harus memikirkan bagaimana cara untuk menghadapi Julius Yi yang berbeda, bagaimana harus menghadapi Keluarga Yi. Yang harus dia pikirkan.........adalah bisakah dirinya egois atas nama cinta, membuat Julius Yi dan dirinya tidak bisa menjadi orangtua, serta kehilangan kesempatan untuk menjadi kepala Keluarga Yi.

Pada dasarnya dia dan Gwendolyn Tsu memiliki perbedaan yang sangat jauh, Gwendolyn Tsu bisa memberikan segalanya kepada dia, sedangkan dirinya.......tidak bisa!

Pada malam hari, Liam dan Natasia bermain bersama Clarissa Yuan di atas ranjang, tentu saja dia sangat bahagia. Batas waktu visanya sudah mau berakhir, meskipun tidak kembali kepada Julius Yi, dalam waktu dekat pun dia akan meninggalkan Inggris.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu