The True Identity of My Hubby - Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
Gloria dan Kak Vero buru-buru menahan tubuh nenek, menatap Kak Sarah terus bertanya, "Kamu apa? Anaknya sudah tidak ada? Hilang begitu saja?"
Kak Sarah mengangguk, dengan ekspresi penuh penyesalan, "maaf, aku tidak menjaga Nyonya Muda dengan baik."
"Ini tidak ada hubungannya dengan kamu." Nenek memejamkan matanya dengan sedih. Kemudian berjalan menghampiri Julius Yi yang tanpa ekspresi lalu duduk di sampingnya, dan mengambil tangannya serta menarik nafas dengan dalam berkata, "Nak, jangan khawatir, Clarissa akan baik-baik saja, anak bisa didapatkan kembali."
Mata Julius Yi memanas, dua tetes air mata turun begitu saja.
"Nenek, aku yang membuat Clarissa menjadi seperti ini.........."
Dia dengan jelas mengetahui ini trik Gwendolyn Tsu, tetapi dia tetap pergi ke Marriot Hotel untuk mendengar pernyataan Frans Tsu kepada Clarissa Yuan. Jika bukan karena dia sengaja bersembunyi, tidak memberi dia kesempatan untuk menjelaskan, dia tidak akan mengalami kecelakaan.......
Akhirnya dia sadar bahwa dirinya merupakan pria yang sangat sensitif, sensitif ini berawal dari Gwendolyn Tsu dan mimpi buruk itu.
Jika pada awalnya dia keluar dari tempat persembunyian, mau mendengarkan penjelasan Clarissa Yuan, kejadian seperti ini tidak akan terjadi.........
"Apa yang kamu katakan?" Nenek dengan sedih kembali berkata, "nasib Clarissa yang tidak baik, tidak ada hubungannya denganmu."
Satu jam kemudian, terhadap nenek dan Carter Yi, Kak Sarah berkata, "Nyonya Besar , Anda pulang dan beristirahatlah. Tuan, Anda juga pergilah bekerja. Di sini ada aku yang menjaganya saja sudah cukup."
Gloria melanjutkan, "Benar, benar, pada pulanglah. Lagi pula Clarissa sedang berada di ruangan perawatan intensif , kita tidak bisa menjeguknya, tetap tinggal di sini pun tidak ada gunanya."
"Benar. Nyonya, Anda juga pulanglah, tidak perlu menunggu di sini." Kak Sarah.
Gloria melambaikan tangan dan berkata, "bagaimana mungkin, aku harus berada di sini hingga Clarissa siuman."
Pada saat ini, seorang perawat berjalan menghampiri dan bertanya, "permisi, siapa yang merupakan sanak saudara Kakak Yuan?"
"Kita semua merupakan sanak saudaranya, ada apa perawat?" Gloria bertanya dengan perhatian.
Perawat kembali bertanya, "permisi, apakah suami Kakak Yuan ada?"
"Aku." Julius Yi bangkit dari duduknya.
"Tolong ikuti saya untuk bertemu dengan dokter." Setelah selesai berbicara, perawat langsung membalikkan badannya dan berjalan ke arah ruangan.
Kak Sarah buru-buru memapah lengan Julius Yi, menemani dia untuk mengikuti perawat ke arah ruangan.
"Ada masalah apa? Rahasia sekali." Gloria menatap punggung dua orang itu yang berjalan jauh dengan tatapan penasaran.
"Tunggu Julius balik dan tanyakan saja ke dia." Carter Yi melirik Gloria sekilas, terlihat dengan jelas dia sangat terganggu dengan ucapan dia.
Julius Yi dan Kak Sarah masuk ke ruangan dokter, dokter menatap Kak Sarah sekilas dan mengatakan, "Aku ingin berbicara dengan suami pasien berdua saja, apakah bisa?"
"Baik." Kak Sarah melihat sekilas ke arah Julius Yi, dan membalikkan badannya keluar.
Dokter sambil melihat hasil laporan, sambil berkata dengan nada berat, "berdasarkan pemeriksaan, istri Anda selain mengalami kerusakan pada otak, pendarahan pada hati, dan bisa melewati dengan selamat dari masa krisis harus melihat kondisi perawatan sebanyak tiga hari. Selain itu, ada satu hal lagi yang harus aku perjelas, dikarenakan istri Anda tertabrak pada bagian perut, endometrium mengalami kerusakan parah. Tidak ada lagi kesempatan untuk hamil kembali. Bahasa lebih mudahnya, infertilitas seumur hidup."
Awalnya dokter mengira setelah dia mengumumkan hal tersebut, Julius Yi akan runtuh, tidak menyangka dia hanya terdiam saja, tidak ada reaksi kaget maupun sedih.
Julius Yi bukannya tidak merasa sedih dan kaget. Hanya saja sejak kejadian kemarin malam, tidak ada yang bisa meruntuhkan dia kecuali dokter mengumumkan bahwa nyawa Clarissa Yuan tidak terselamatkan.
Memang betul infertilitas seumur hidup merupakan suatu hal yang disesalkan. Tetapi bila dibandingkan dengan nyawa Clarissa Yuan, itu tidak menjadi masalah yang begitu penting.
Membutuhkan waktu yang cukup lama, dia menarik nafas dalam dan berkata, "selama dia bisa sembuh itu sudah lebih dari cukup."
Dokter mengangguk-anggukan kepalanya dan berkata, "aku hanya ingin memberitahumu karena kamu merupakan suaminya. Mengenai apakah kamu akan memberitahu keluargamu atau tidak itu merupakan pilihanmu."
Julius Yi buru-buru menjawab, "tolong jangan beritahu mereka, terlebih istriku, aku takut dia tidak bisa menerimanya."
"Tentu saja, kami juga khawatir akan mempengaruhi proses penyembuhan istrimu."
"Tolong Anda selamatkan dia dengan seluruh tenaga."
"Pasti akan kami lakukan." Dokter tidak bisa menahan untuk mengeluarkan ekspresi penuh kekaguman.
DIa bekerja sebagai dokter puluhan tahun, ini pertama kalinya dia bertemu dengan suami yang sangat mencintai istrinya.
Julius Yi keluar dari ruangan dokter, Kak Sarah buru-buru memapah lengannya dan bertanya, "apa yang dokter katakan? Keadaan Nyonya Muda... tidak baik-baik saja bukan?"
Julius Yi tetap tenang, seolah-olah dokter mengumumkan suatu hal yang tidak begitu parah.
Nenek, Carter Yi beserta yang lain menunggu untuk menanyakan kebenarannya.
Julius Yi berhenti sejenak, dan berkata kepada semua orang, "dokter mengatakan harus mengamati Clarissa kembali selama tiga hari, selama tiga hari ini tidak perlu ditemani oleh siapapun." Dia berhenti sejenak kembali melanjutkan, "Semuanya pulanglah."
"Iya, Clarissa itu anak yang beruntung, tidak akan ada masalah, kita pulanglah." Carter Yi.
Nenek menggandeng lengan Julius Yi dan berkata dengan sedih, "Julius, pulanglah ke rumah bersama kita."
Meskipun Julius Yi tidak mengatakan apapun, dengan mata telanjang pun dapat terlihat dengan jelas betapa terpukulnya dia. Dia tidak rela melihat dia untuk terus tetap tinggal di tempat menyedihkan ini.
Tetapi Julius Yi tidak ingin pulang bersama mereka, dia menggelengkan kepala dan berkata, "aku ingin pulang ke Villa West Town saja, di sana lebih tenang."
Baru saja nenek ingin kembali berkata, Carter Yi langsung mengucapkan, "Ibu, biarkan Julius untuk berdiam diri sendirian, jangan memaksanya."
"Nyonya Besar tenanglah, aku akan menjaga Tuan Muda dengan baik." Kak Sarah melanjutkan.
Akhirnya nenek pun merasa tenang, menganggukan kepala, menghela nafas lalu pergi.
Setelah semuanya pergi, Julius Yi terduduk pada kursi, kembali berlarut-larut dalam kesedihan.
Kak Sarah sedih melihatnya yang seperti itu dan menepuk pundaknya berkata, "Tuan Muda, ayo kita pulang."
Dia tahu pasti bahwa tadi dokter pasti memberitahu kabar buruk, jika tidak, dia tidak akan seperti ini.
"Aku ingin tetap di sini." Julius Yi menangkup mukanya, di dalam perkataannya pun tersirat kepedihan yang dalam.
"Tuan Muda, aku paham dengan perasaanmu sekarang, tetapi.....kamu tidak bisa terus-terusan seperti ini. Kamu harus mengumpulkan semangatmu, bukan untuk yang lain, melainkan untuk mencari tahu siapa pelaku yang menabrak Nyonya Muda."
"Setelah mengetahui pelakunya lalu apa? Selain memberi uang, apakah bisa mengembalikan Clarissa dan sang anak?" Julius Yi berkata dengan sedih.
Kak Sarah terdiam.
Memang betul Keluarga Yi tidak kekurangan uang, juga tidak peduli akan diberikannya ganti rugi atau tidak. Tetapi bukan karena tidak peduli, membiarkan begitu saja pelaku tidak dijatuhkan hukuman.
"Tetap saja harus mengumpulkan semangat kembali." Kak Sarah menatapnya, nada bicaranya menjadi lebih serius, "kamu seharusnya sadar akan siapa dirimu, dan apa hal terpenting yang harus kamu lakukan sekarang."
Julius Yi terdiam, dan mengangguk berkata, "aku pulang denganmu, Kak Sarah."
"Ini barulah benar." Diam-diam Kak Sarah menghela nafas dengan lega.
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayLove Is A War Zone
Qing QingYour Ignorance
YayaWonderful Son-in-Law
EdrickTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniCutie Mom
AlexiaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)