The True Identity of My Hubby - Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
"Tapi aku mencintainya." Gwendolyn Tsu menangis dengan tidak berdaya.
Dia benar-benar tidak bisa menerima pria yang dia cintai tidak mencintainya, dia tidak bisa kalah.
Frans Tsu tidak tahu bagaimana menghibur Gwendolyn Tsu. Justin Yi yang berada di samping akhirnya berdiri dari sofa, berjalan ke harapan Gwendolyn Tsu, lalu berkata pada Frans Tsu, "Kamu pergi dulu, aku ingin bicara dengannya."
Frans Tsu memang memiliki kebencian pada kakak beradik Keluarga Yi. Tapi sekarang dia juga tidak ada cara terhadap Gwendolyn Tsu. Setelah agak ragu, Frans Tsu baru mengangguk dan berjalan keluar.
*****
Clarissa Yuan dibawa oleh Julius Yi ke mobil, mata Clarissa Yuan masih basah, jelas sekali belum keluar dari kesedihan surat perceraian.
Julius Yi tersenyum sambil melingkarkan tangan di bahu Clarissa Yuan dan menatapnya, "Aku akhirnya terlepas dari Gwendolyn. Kenapa kamu tidak bahagia untukku?"
Clarissa Yuan menatapnya dengan mata berkaca-kaca, "Maaf, aku yang mencelakaimu."
Julius Yi menggelengkan kepala, "Aku ingin memberikan satu kesempatan lagi padamu. Kamu masih akan seperti tadi, karena kamu sama sekali tidak bisa melihat Gwendolyn Tsu melompat ke bawah."
Clarissa Yuan tidak mengelak. Yang Julius Yi katakan benar. Dia tidak bisa melakukannya, meskipun Gwendolyn Tsu begitu jahat sekalipun.
"Tapi bagaimana? Memangnya kamu benar-benar mau masuk penjara?"
Julius Yi malah sangat tenang, "Bukankah sebelumnya sudah kukatakan. Asalkan bisa bercerai dari Gwendolyn, lalu memberikan status kepadamu, meskipun harus mendekam di penjara seumur hidup pun aku rela."
"Aku sama sekali tidak peduli pada status apapun." Clarissa Yuan menggelengkan kepala dan menangis, "Aku hanya mau kamu hidup dengan baik. Tidak ada status pun tidak apa-apa."
"Tapi aku tidak mau." Julius Yi memeluk Clarissa Yuan, lalu mencium bekas tangisannya, "Aku ingin menjadi suami istri denganmu. Aku harap kita sah sesuai hukum, keluarga yang saling mencintai satu sama lain."
"Aku tidak mau, aku tidak mau kamu masuk penjara ..." Clarissa Yuan menengadah menatap Julius Yi, "Lima belas tahun terlalu lama. Aku takut aku tidak dapat bertahan selama itu."
"Kamu pasti bisa bertahan. Ada Liam dan Natasia. Kita bertahan bersama-sama." Julius Yi menepuk bahuku dan menghibur, "Sudahlah, jangan menangis. Juga bukan perpisahan hidup dan mati."
Julius Yi menghapus air mata Clarissa Yuan dengan lembut. Melihat kekhawatiran dan ketidakrelaan di mata Clarissa, hatinya sakit sekali.
Julius Yi tentu saja juga tidak rela, tapi memangnya ada cara apa? Melihat tampang Gwendolyn Tsu tadi, wanita itu pasti tidak akan melepaskan dia. Dia juga tidak mengharapkan Gwendolyn Tsu bisa tiba-tiba merubah keputusan.
"Bagaimana kalau aku pergi memohon pada Gwendolyn?" Clarissa Yuan bertanya dengan tidak berdaya.
Ini adalah satu-satunya cara. Meskipun dia tahu Gwendolyn Tsu tidak mungkin menyetujui, bahkan bisa saja menghinanya, tapi asalkan mempunyai kemungkinan 0,0001 persen saja, dia tetap bersedia merendahkan diri untuk mencobanya.
Julius Yi malah menggelengkan kepala, "Tidak, aku tidak mengizinkanmu pergi."
"Kenapa?"
Julius Yi menangkap wajah Clarissa Yuan dan tersenyum datar, "Siapa yang tahu kalian akan melakukan konspirasi apa lagi untuk menipu aku?"
Clarissa Yuan kehabisan kata-kata. Dia berkata sambil mencubit hidungnya, "Kita bisa membuat konspirasi apa."
"Sebelumnya bukankah kalian sudah pernah melakukan konspirasi sekali? Aku tidak ingin mengalami untuk kedua kalinya lagi."
Clarissa Yuan tahu yang dimaksudkan adalah waktu itu di saat dia membohongi Julius Yi. Kelihatannya Julius Yi sudah takut, tidak ingin kehilangan Clarissa Yuan untuk kedua kalinya lagi.
Dua orang yang bersama dengan tidak mudah, sekarang malah dipaksa untuk berpisah lagi, Clarissa Yuan benar-benar tidak bisa berakting baik-baik saja seperti Julius Yi!
"Tidak boleh pergi, dengar tidak?" Julius Yi lanjut bertanya.
Julius Yi bukan hanya takut mereka membicarakan konspirasi buruk, lebih takut lagi Clarissa Yuan sekali lagi akan dipermalukan oleh Gwendolyn Tsu. Dia tidak tega membiarkan Clarissa Yuan mendapat penindasan seperti itu.
Clarissa Yuan mengangguk dalam pelukan Julius Yi, "Aku sudah tahu."
Justin Yi dengan hati-hati membungkus dan mengobati luka di kepala Gwendolyn Tsu, baru menatapnya dan bertanya, "Apakah masih sakit?"
Gwendolyn Tsu tetap menangis, pandangannya menatap Justin Yi yang berwajah hangat. Di bawah penjagaan Justin Yi, dia yang awalnya emosi, mulai pelan-pelan tenang, tapi tetap tidak mengatakan satu patah kata pun.
Setelah hatinya disakiti oleh Julius Yi, dia tidak tahu apa maksud kelembutan Justin Yi, juga tidak bisa menebaknya.
Justin Yi berjongkok di hadapannya, menatapnya dan berkata, "Sudah membuat onar begitu lama, malah tidak mendapatkan apapun, untuk apa bukan?"
Gwendolyn Tsu menatapnya, lalu pada akhirnya mengatakan satu kalimat, "Kalau kamu datang untuk mengejekku, maka tertawa saja."
Justin Yi menggelengkan kepala, "Aku bukan sedang menertawakanmu, melainkan memberitahumu. Perasaanmu pada Julius bukan cinta, melainkan rasa kepemilikan yang kuat. Kamu sangat kuat, juga memiliki harga diri yang tinggi, tidak dapat menerima penolakan dari orang lain, jadi baru bisa tersesat oleh penolakan Julius. Pada akhirnya baru mencapai tahap tidak bisa tercapai, tapi tidak ada tangga untuk turun juga. Sedangkan dengan sikap tidak bisa menerima kekalahan-mu, tentu saja saat ini tidak akan diam saja. Oleh karena itu baru sekali demi sekali menyakiti, sekali demi sekali gagal ..."
"Aku tidak gagal. Julius tunggu saja masuk penjara!" Gwendolyn Tsu memutuskan perkataan Justin Yi, "Dia duluan yang menyakitiku, yang membohongiku ..."
"Julius juga tidak berdaya baru membohongimu. Selain itu untuk maksud yang baik." Justin Yi ragu sesaat, baru lanjut berkata, "Setelah waktu itu aku dan Julius kecelakaan, karena aku tidak bisa menerima kenyataan, lalu merasa bersalah padanya, aku baru memutuskan untuk menghilang. Julius demi menstabilkan Perusahaan Besar Yi, demi tidak membuat keluarga khawatir, baru melakukan dua peran. Dia berpacaran denganmu menggunakan status diriku, tujuannya adalah setelah aku kembali, bisa pelan-pelan menghilang, lalu mengembalikan kamu padaku. Tapi kemudian rahasianya diketahui olehmu. Kamu pun memulai rangkaian rencanamu sendiri, pada akhirnya mencapai akhir seperti hari ini."
"Kalau misalnya ..." Justin Yi menarik napas, berhenti beberapa detik baru lanjut berkata, "Misalnya waktu itu kamu tidak menemukan rahasia ini, tidak mengganggu hubungan mereka, mungkin ...."
Justin Yi berhenti berkata-kata, pada akhirnya tidak lanjut bicara lagi.
"Kalau aku tidak menyadari rahasianya, kalau aku menunggumu kembali, apa kamu akan menikahiku? Apa kamu akan mencintaiku seperti dulu?" Gwendolyn Tsu bertanya sambil mencucurkan air mata.
"Aku ... iya." Justin Yi mengangguk.
"Tapi aku sudah dikotori oleh orang, sudah kotor. Apa kamu akan membenciku, tidak mencintaiku lagi seperti Julius?"
Justin Yi ragu beberapa detik, baru menggelengkan kepala, "Tidak akan."
"Benarkah?"
"Benar." Justin Yi berpikir sebentar lalu berkata, "Mencintai seseorang, tidak akan karena dia mengalami apa lalu menjadi tidak cinta lagi. Misalnya waktu itu Clarissa sempat diperkosa, Julius hanya akan lebih mencintainya, menyayanginya, tidak akan karena masalah itu malah meninggalkannya bukan?"
"Jadi ..." Justin Yi mengelus punggung tangan Gwendolyn Tsu, lalu menghiburnya, "Kamu juga tidak perlu karena masalah seperti itu kehilangan kepercayaan diri, lalu menjadi marah dan melampiaskan semua kesalahan pada orang lain."
"Apa kamu benar-benar bersedia menikahiku?" Gwendolyn Tsu hanya perhatian pada pertanyaan ini.
Justin Yi menatapnya dan mengangguk, "Aku bersedia."
Gwendolyn Tsu menatap Justin Yi, tiba-tiba menangis kencang.
Berebut begitu lama, bertarung begitu lama, pada akhirnya orang yang benar-benar bersedia menikahinya malah berada di dekatnya.
*****
Setelah Gwendolyn Tsu pergi, Justin Yi duduk sendirian menatap gedung-gedung tinggi yang ada di luar jendela.
Ponselnya berbunyi. Adalah bunyi dering yang khusus, tapi sangat jarang bunyi.
Dia menatap nomor familiar yang ada di atas layar, sesaat kemudian baru menekan tombol terima.
Evelin yang sedang berbaring di ujung sambungan, begitu mendengar suaranya, segera bangun dari tempat tidur, sengaja menyegarkan tenggorokan, lalu berkata dengan pura-pura tenang, "Tuan Muda Yi, lama tidak berjumpa. Sedang sibuk apa?"
Justin Yi tersenyum kecil, "Masih bisa sibuk apa lagi? Sedang di perusahaan lho."
"Oh, aku kebetulan berada di Green Mile Restaurant dekat perusahaan kalian. Bagaimana kalau kamu makan siang bareng di sini?" Evelin mengangkat pergelangan tangan dan menatap waktu di jam tangannya. Kalau sekarang ke sana masih memerlukan waktu dua puluh menit. Ditambah dengan mandi dan dandan, setidaknya perlu sepuluh menit. Hm, rasanya kebohongan ini agak kelewatan.
Tapi masih bisa. Sekarang jarak jam makan siang perusahaan masih ada beberapa puluh menit, sedangkan Justin Yi adalah orang yang selalu sangat serius bekerja.
Di saat Evelin sedang berganti baju sambil mendengar telepon, suara Justin Yi terdengar menolak dari ujung sambungan, "Lain hari saja. Hari ini aku ada rapat penting."
"Rapat?" baju Evelin terjatuh ke lantai, dan hatinya muncul perasaan kecewa.
"Iya."
"Oh, ya sudah kalau begitu, lain hari saja. Sampai jumpa." setelah menutup telepon, Evelin meletakkan ponsel yang layarnya sudah hitam ke depan wajahnya dan memarahi, "Cih, aku pertama kali inisiatif mengajakmu makan malah menolak? Dasar brengsek."
Setelah selesai memarahi, Evelin melempar ponsel ke atas ranjang, juga ikut jatuh dan melanjutkan tidurnya.
Kalau hari ini bukan hari libur, juga bukan karena sangat bosan, dia tidak mungkin menelepon Justin Yi. Tapi setelah telepon, dia menyesal. Karena bagaimanapun, rasanya ditolak benar-benar tidak enak.
*****
Sore hari, Julius Yi dan Clarissa Yuan bersama-sama menjemput Liam dan Natasia pulang sekolah.
Memasuki gerbang sekolah, Julius Yi menatap Clarissa Yuan sambil tersenyum, "Jangan berwajah masam lagi, nanti anak-anak kira kita bertengkar lagi."
Bibir Clarissa Yuan tersungging, menampilkan senyum yang sulit.
Dia tahu kalau dia seperti ini tidak baik. Tapi begitu memikirkan Julius Yi sudah akan masuk penjara, dia tidak bisa senyum.
Tapi demi anak-anak, dia tetap harus tersenyum.
"Benar kalau begini." Julius Yi mencubit hidung Clarissa Yuan dengan puas, "Aku sudah beritahu kamu belum. Kamu paling cantik saat tersenyum."
"Siapa yang bukan paling cantik saat tersenyum?" Clarissa Yuan berkata kesal.
"Makanya kamu harus banyak senyum." Julius Yi membawa Clarissa Yuan berjalan cepat ke arah kelas.
Begitu melihat mereka, Liam dan Natasia langsung menghampiri dengan senang. Menggandeng tangan Julius Yi dan Clarissa Yuan lalu berkata, "Ayah, ibu, guru hari ini menyuruh kita membuat hadiah untuk ayah dan ibu."
"Oh ya? Kalau begitu Liam dan Natasia membuat hadiah apa untuk ayah dan ibu?"
"Kita membuat lampion. Digantung di atas tuh." Natasia menunjuk pintu masuk kelas yang tergantung sebaris lampion.
Julius Yi melihat lampion, lalu mengambil lampion dari tali dan memuji, "Cantik sekali."
"Kalau begitu ayah dan ibu senang tidak?"
"Tentu saja senang."
"Bagaimana dengan ibu?" Liam menoleh pada Clarissa Yuan.
Clarissa Yuan melihat pada Julius Yi sebentar, lalu mengangguk segera sambil mengelus kepala Liam, "Senang."
"Begini saja, demi menyampaikan rasa terima kasih pada Liam dan Natasia, bagaimana kalau ayah sama ibu bawa kalian jalan-jalan?" Julius Yi tersenyum sambil bertanya.
Begitu Liam dan Natasia mendengar akan pergi jalan-jalan, mereka langsung bersorak, "Yeay! Kita mau main, setelah itu makan."
"Ok, setelah kita lelah bermain, kita pergi makan." Julius Yi menganggukan kepala.
Julius Yi awalnya tidak terpikir mau mengajak Liam dan Natasia pergi main malam ini. Tapi sekarang sudah berbeda. Sekarang dia kapanpun bisa saja dibawa pergi oleh polisi. Kedepannya kalau mau menemani anak-anak pergi sudah tidak ada kesempatan lagi.
Setelah keluar belasan tahun kemudian, anak-anak sudah tumbuh dewasa. Tidak akan ribut padanya, minta diajak pergi ke tempat yang seru, makan makanan yang enak, jadi dia ingin memanfaatkan waktu sebelum masuk penjara, menemani anak-anak.
Clarissa Yuan tentu mengerti maksud Julius Yi. Oleh karena itu, rasa sedih yang tadi baru saja dipendam, kembali muncul.
Novel Terkait
Cinta Tapi Diam-Diam
RossieMy Only One
Alice SongMy Secret Love
Fang FangSuami Misterius
LauraCinta Yang Terlarang
MinnieAnak Sultan Super
Tristan XuThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)