The True Identity of My Hubby - Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati

Gwendolyn Tsu terkejut hingga melompat dari sofa dan menatap Julius Yi yang gelagapan dengan tatapan kaget.

“Tuan Muda!” Kak Sarah bergegas meraih telapak tangan Julius Yi dan memeriksa bagian atas dan bawah telapak tangannya, sambil bertanya dengan penuh perhatian, “Tuan Muda, anda terluka atau tidak?”

“Tidak, tanganku baik-baik saja, tetapi aku harus merepotkan Kak Sarah membersihkan lantai.” Julius Yi berkata dengan nada meminta maaf.

“Tuan, tidak apa-apa, aku akan menuangkan secangkir teh lagi untuk anda.” Kak Sarah bergegas membersihkan serpihan cangkir dan daun teh yang berada di lantai, lalu melap karpet dengan kain hingga kering, kemudian dia berbalik dan keluar.

“Gwendolyn, maaf, pasti sudah membuatmu kaget kan?” Julius Yi tersenyum dengan tidak enak hati.

Gwendolyn Tsu menoleh ke arahnya, wajahnya masih terlihat kaget, dia kembali duduk di sofa dan berkata, "Tidak ... tidak apa-apa."

"Maaf, tadi kita bicara sampai di mana ?"

"Oh, aku bilang ... Clarissa adalah gadis yang baik, gadis yang baik yang layak untuk kamu cintai seumur hidupmu. Aku harap kamu bisa menghargainya, dan aku juga berharap kelak kamu bisa bahagia."

"Terima kasih, aku pasti akan bahagia." Julius Yi mengangguk lalu berbalik bertanya kepadanya, "Bagaimana denganmu? Bagaimana persiapan upacara pertunanganmu dan Justin?"

"Aku dan Justin ..." Gwendolyn Tsu berhenti berbicara.

“Ada apa?” ​​raut wajah Julius Yi langsung berubah menjadi serius, “Apakah terjadi sesuatu?”

Gwendolyn Tsu menggigit bibirnya yang merah, tatapan matanya tertuju ke arah Julius, setelah beberapa saat dia berkata, "Sebenarnya, hari ini aku datang kemari, karena aku ingin meminta bantuanmu."

"Ada apa?"

"Aku ..." Gwendolyn Tsu tidak tega mengatakannya karena dia takut ucapannya ini akan menyakiti Julius

Julius Yi tersenyum: "Meskipun kita tidak bisa bersama, kita masih teman baik. Jika kamu butuh bantuan, katakan saja, aku akan membantu sebisaku."

"Begini ..." Wajah mungil Gwendolyn Tsu diselimuti dengan kesedihan. "Meskipun nenek, paman, dan keluargaku semua berharap aku dan Justin bisa bertunangan lebih cepat, tapi Justin masih tidak mau menentukan hari. Aku tahu dia tidak mau bertunangan karena kamu, jadi ... "

“Karena aku?” Julius Yi terkejut.

"Iya, dia pikir kamu akan menyalahkannya dan membencinya."

“Kenapa?” ​​Julius Yi tersenyum.

"Dia terlalu peduli dengan perasaanmu. Selama kamu belum memaafkannya, dia tidak akan bertunangan denganku." Gwendolyn Tsu menatapnya dan berkata dengan nada bicara memohon: "Jadi ... Julius, aku harap kamu bisa memaafkannya, bujuk dia, bagaimana pun kamu sudah menikah, aku dan dia juga sama-sama tidak muda lagi, dan juga sudah saatnya kami menentukan hari pertunangan. "

Julius Yi terdiam, baginya ini sedikit sulit .

Melihatnya ragu-ragu Gwendolyn Tsu bergegas berkata: "Julius, dulu aku yang salah, aku yang telah menyakitimu, maaf ..."

“Aku sudah melupakan semua yang terjadi di masa lalu,” kata Julius Yi.

"Dikarenakan kamu sudah melupakannya, bisakah kamu mendoakan kami dengan berbesar hati?"

Gwendolyn Tsu mengatakan hal ini dengan sangat berhati-hati, karena dia takut akan membuatnya sedih.

Senyuman di wajah Julius Yi berangsur-angsur menghilang, tetapi nada bicaranya masih tenang: "Gwendolyn, aku tidak akan menyalahkan Justin, dan aku akan mendoakan kalian, tapi yang bisa aku lakukan hanya ini. Mengenai membujuknya bertunangan denganmu, lebih baik kamu pikirkan cara sendiri. Jika dia benar-benar mencintaimu, cepat atau lambat dia akan bertunangan denganmu, tidak perlu terburu-buru.

"Aku ..." Gwendolyn Tsu masih ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya dia tidak jadi mengatakannya karena melihat raut wajah Julius yang tidak senang. Gwendolyn mengangguk dan berkata, "Baiklah, kalau begitu terima kasih."