The True Identity of My Hubby - Bab 200 Rahasia pada dirinya 2

“Tidak perlu, kamu sekarang kerja begitu capek, besok masih harus bangun pagi.” Clarissa berpura-pura tenang dan tersenyum : “Aku sendiri akan membawa mobil ke sana.”

“Kalau begitu kamu hati-hati di jalan.” Justin tidak enak memaksa, dan hanya bisa memberi pesan.

“Tenang saja, aku akan hati-hati.” Clarissa berbalik, berusaha menahan air mata yang mulai mengambang di pelupuk mata, dia takut orang lain melihat air matanya, hanya bisa berjalan cepat menuju ke tempat mobil.

Setelah Clarissa pergi, nyonya tua dengan wajah tidak mengerti bertanya : “Ada apa dengan Clarissa? Ada yang janggal.”

“Aku juga tidak tahu, kelihatan sepertinya ada hubungan dengan masalah Julius pergi dari rumah.”

“Ahhh, jadi……bagaimana? Apa akan terjadi masalah pada mereka berdua?”

“Seharusnya tidak.” Setelah Justin berpikir, dia menepuk-nepuk bahu nyonya tua dan menghiburnya : “Nenek, tenang saja. Besok aku mengutus orang untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan Julius saat berada di kota F.”

Sebelumnya dia tidak pernah berpikir untuk pergi menyelidiki masalah ini, karena merasa tidak perlu.

“Iya, semoga tidak ada masalah.” Nyonya tua menghela napas.

Keluarga Yi saat ini, dan Julius yang sekarang, tidak akan mengalami kegagalan lagi.

Setelah Clarissa meninggalkan kediaman keluarga Yi, dia tidak langsung kembali ke rumah sakit tapi menghentikan mobil di pinggiran sungai A.

Angin musim panas membelai lembut di atas permukaan sungai, meniup ke wajahnya dan sedikit dingin.

Dia menggosok wajah kecilnya yang dingin, baru menyadari air mata yang entah sejak kapan ada. Dia menangis, bahkan sampai dia sendiri tidak tahu mengapa bisa menangis sesedih ini.

Mengetahui Julius adalah Charlie, mestinya dia senang, tapi dalam hatinya malah terisi penuh kesedihan.

Ketika Evelin datang menyusul, mendapati dirinya sedang bengong di pinggiran sungai, dari jauh terlihat dan merasa sangat berbahaya.

Dia kaget sampai megap-megap napasnya, melangkah lebar menyerbu dan berdiri sejauh beberapa meter di belakang Clarissa, dengan panik berkata : “Clarissa! Apa yang kamu lakukan? Cepat masuk duduk di dalam!”

Clarissa mendengar teriakannya, perlahan menoleh dan wajahnya masih penuh dengan bekas air mata.

“Clarissa, ada apa denganmu? Apa yang terjadi?” Clarissa melangkah maju dan setelah duduk di sampingnya, Evelin memandang dan bertanya padanya.

“Mengapa kamu bisa ada di sini?” Clarissa balik bertanya.

“Justin bilang ada yang salah denganmu, agar aku datang untuk melihatmu. Aku tebak kamu pasti ada di pinggiran sungai jadi aku menyusul ke sini.” Evelin bertanya : “Katakan, apa yang terjadi sebenarnya? Apakah karena Julius buta, jadi……”

“Bukan……” Clarissa menggeleng, air matanya bercucuran lagi.

Melihatnya begitu sedih, Evelin semakin merasa tidak tahu harus bagaimana, juga tidak tahu apa yang sebaiknya dia lakukan. Akhirnya dengan tidak sabar dia berkata : “Clarissa, sebenarnya ada apa denganmu, bikin panik orang saja!”

Clarissa menatapnya, dengan penuh air mata berkata : “Evelin, aku sudah menemukan Charlie.”

“Hahh__!” Evelin terperanjat, agak lama kemudian baru bertanya : “Benar apa tidak ini?”

“Benar.”

“Kalau sudah ketemu?” Evelin dengan mulut terbuka memandang dia : “Biar aku pikir dulu, kamu menemukan Charlie, kamu masih mencintai Charlie, tapi juga tidak rela melepaskan Julius, kamu dilema, jadi baru menangis begitu sedih, benarkah? Ckckck……ini memang cukup sulit, kalau saja itu aku juga tidak tahu bagaimana harus memilih.” kata Evelin mengembangkan kemampuan mengarangnya.

“Julius adalah Charlie.” ujar Clarissa.

“Hah?” Evelin kaget sekali lagi.

“Aku juga baru menyadarinya hari ini.”

“Kamu tidak salah?”

Clarisssa menggeleng : “Tidak.”

“Nah sebelumnya sudah begitu lama mengapa kamu tidak menyadarinya?” tanya Evelin heran.

“Aku juga tidak tahu mengapa diriku begitu bodoh, begitu tolol.” Clarissa yang penuh linangan air mata tersenyum : “Aku mencarinya begitu lama, memikirkannya begitu lama, juga membencinya begitu lama, tidak disangka nasib menggunakan cara ini untuk kami bertemu lagi, sungguh tidak dapat dibayangkan.”

Evelin baru saja sadar kembali dari rasa kagetnya, ragu-ragu bertanya : “Tapi Julius dan Charlie berbeda wajahnya, bukankah begitu?”

“Julius pernah hancur wajahnya, baru di operasi seperti sekarang ini.”

“Pantas saja.” Evelin mengangguk, segera bertanya lagi : “Jika sudah tahu Julius adalah Charlie, bukankah harusnya kamu senang? Mengapa masih menangis begitu sedih?”

Menurutnya, jika Julius bukan Charlie, dan Charlie mendadak muncul, itu baru jalan cerita yang benar-benar kacau dan tak dapat dibayangkan? Sampai saat itu baru muncul pilihan yang sangat sulit, saat yang sangat rumit!

Air mata yang baru membludak lagi dari mata Clarissa, sambil terisak-isak berkata : “Semua orang bilang Charlie berubah hatinya, tidak menginginkan aku lagi, baru mendadak hilang begitu. Aku jadi percaya, juga selalu mengira dirinya yang menghilang karena tidak ingin aku lagi, jadinya di satu sisi aku merindukannya di sisi lain aku benci sekali dengannya, bahkan aku merasa saat itu aku telah buta baru bisa jatuh cinta pada bajingan seperti itu. Namun sampai hari ini aku baru tahu Charlie bukan orang seperti itu, karena dia mengalami kecelakaan baru tiba-tiba lenyap dari kehidupanku.”

“Charlie hancur wajahnya saat kecelakaan mobil itu, juga hilang ingatan, dan di waktu dia yang paling menderita paling tersiksa, aku tidak hanya tidak menemani dirinya dan menjaganya, melainkan dendam dan benci pada dirinya yang pergi tanpa pamit. Aku sudah keliru telah menyalahkan dia, yang bajingan harusnya aku……”

“Jangan bicara begitu, kamu juga bukan sengaja.” Evelin mengulurkan tangan dan membawanya ke dalam pelukan : “Sudahlah, jangan salahkan diri sendiri.”

“Evelin, aku sungguh menyesal tidak percaya padanya saat itu.”

“Dalam keadaan seperti itu, siapapun tidak akan membayangkan akhir seperti ini.” Evelin menghiburnya : “Baguslah kalau sudah ketemu, bukankah selanjutnya kamu ada kesempatan untuk mencintai dia menggantikan yang dulu hilang.”

Clairissa terdiam, hanya tetap menangis sedih.

Evelin berkata lagi : “Karena nasib mengikat kalian berdua lagi, harusnya kamu senang baru benar, bolehkan jangan memikirkan hal lain untuk menyalahkan diri sendiri?”

“Iya.” Clarissa mengangguk.

Mendadak Evelin tertawa : “Kalau dipikir-pikir aku cukup ikut senang untukmu, pria yang kamu rindukan selama ini akhirnya muncul, dan malah orang yang menjadi suamimu, jalan cerita yang berakhir bahagia ini mungkin dalam film juga tidak ada.”

“Oh ya, kamu sudah mengatakannya pada Julius? Apakah dia sangat senang saat mengetahuinya?” tanya Evelin.

Clarissa menggeleng : “Julius lupa semua dengan kejadian tiga tahun itu, tidak ingat sama sekali dengan keberadaanku.”

“Kamu tidak berencana untuk memberi tahu dia?”

“Aku takut diriku sendiri tidak bicara dengan jelas.”

“Benar juga, jika dokter mengatakan dia memiliki harapan akan ingatannya yang bisa pulih kembali, maka tunggu ingatannya sudah kembali baru bicara, jangan sampai dia tidak mampu mencerna berdasarkan kata-katamu sendiri. Cepat coba tertawa sekarang.”

Masih dalam kondisi terkejut dan menyalahkan diri sendiri Clarissa tidak bisa tertawa sama sekali, hanya bisa memberinya sebuah senyuman yang lebih jelek dibanding saat menangis.

“Lihat kamu mengagetkan diriku, masih kira kamu mau bunuh diri dengan melompat ke sungai.” Evelin beranjak berdiri, lalu berkata : “Ayo pergi, jangan bengong di sini lagi, cukup berbahaya.”

Clarissa juga berdiri, menarik napas panjang, setelah mengatur perasaan hatinya dia berkata pada Evelin : “Aku kembali ke rumah sakit dulu, terima kasih sudah menemaniku menangis.”

“Makasih apanya, melihat kamu menangis aku sangat senang.” Evelin masih terkekeh : “Bercanda kok, asal kamu tidak apa-apa sudah cukup.”

“Oh ya, apa perlu aku mengantarmu ke rumah sakit?”

“Tidak perlu, aku bawa mobil sendiri.”

“Kalau begitu……aku sudah bisa melaporkan keadaan kamu yang baik pada Justin?”

“Boleh, sekalian ucapin terima kasih sudah perhatian padaku.”

Ketika Clarissa tiba di rumah sakit, Julius sudah tidur, di dalam kamar sangat tenang.

Setelah meminta Kak Sarah pulang, Clarissa duduk di samping ranjang Julius, menatap lekat wajah tidurnya yang tenang.

Sampai saat ini, dia masih tidak berani percaya pria yang ada di depannya adalah Charlie pada waktu dulu, bagaimanapun semuanya terlihat tampak seperti drama.

Tangan kecilnya terangkat, membelai wajah tampannya, perlahan merabanya.

Tiga tahun lalu ketika dia bernama Charlie, lebih tampan dari sekarang, terlihat sangat terhormat dan menarik, sehingga banyak wanita yang suka mengikuti pelajaran manajemen bisnisnya, suka sampai ruangan kuliah nyaris penuh.

Teringat saat-saat bahagia bersamanya dulu, dan saat dia menderita dan sedih, seperti sebuah mimpi saja.

Sekalipun bergerak kecil, Julius tetap kaget dan terbangun olehnya.

Perlahan dia membuka kedua matanya, mengangkat tangan dan menangkap tangan kecilnya sambil tersenyum berkata : “Kamu sudah datang.”

“Iya, maaf, sudah membuatmu terbangun.” ujar Clarissa merasa bersalah.

Kedua tangan Julius menahan ranjang dan duduk, dengan senyum kecil berkata : “Aku memang tidak mengantuk, hanya saja bengong di atas ranjang sangat membosankan perlahan-lahan jadi tertidur.”

“Oh ya, sudah bertemu dengan nenek? Dia apa kabar?” tanya Julius.

“Sudah bertemu.” Clarissa mengangguk, melihatnya, tidak tahan hingga mulai ingin menangis lagi.

Tadi saat dia pergi, Julius merasa ada yang kurang beres padanya, kini tetap merasakan ada yang tidak biasa pada dirinya. Maka dengan bertatapan dia bertanya penuh perhatian : “Ada apa? Tidak gembira?”

“Tidak ada.”

Julius memegang wajah kecilnya, dengan serius berkata : “Clarissa, bukankah sebelumnya kita sudah berjanji? Tidak boleh menyembunyikan rahasia di dalam hati.”

“Aku benar-benar tidak ada……”

“Kalau begitu, mengapa kamu menangis?”

“Aku……” Clarissa dikejar pertanyaan olehnya hingga tidak tahan akhirnya dia menghambur dalam pelukannya, memeluknya dengan sangat erat, menangis tersedu-sedu : “Julius, maafkan aku, aku sudah keliru telah menyalahkan dirimu. Kamu begitu baik, begitu cakap, begitu mencintaiku, tapi aku malah senantiasa dendam dan benci padamu, menyalahkan dirimu……”

Julius dengan curiga membalas pelukannya, tidak mengerti mengapa dia mendadak berkata seperti itu.

Clarissa telah keliru menyalahkan dirinya? Kapan Clarissa keliru dan menyalahkan dirinya?

“Clarissa, apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti.”

“Aku……” Tiba-tiba Clarissa ingat dengan omongan Evelin, jika sekarang dia beri tahu ini semua, sama dengan memaksa Julius untuk ingat kembali ingatannya, dengan begitu kemampuan ingatan otak besarnya malah akan memberikan efek yang sebaliknya.

Jadi lebih baik tetap menunggu ingatannya berangsur-angsur pulih kembali, pelan-pelan teringat potongan masa lalu tersebut!

“Aku juga tidak tahu apa yang aku bicarakan, hanya merasa diriku tidak cukup baik padamu, kurang mencintaimu.” katanya sambil menyeka air mata.

Julius tersenyum, mengelus dahinya : “Bodoh, kelihatannya aku telah membawa tekanan yang sangat besar untukmu.”

Clarissa tidak bersuara, hanya memeluk erat Julius, sangat lama dan tidak rela untuk melepasnya.

Kali ini, dia tidak akan membuat Julius pergi, tidak akan!

****

Nyonya Tsu melangkah masuk ke kamar pasien, pemandangan yang terlihat masih Gwendolyn yang sedang duduk di kursi roda sedang termenung menghadap ke luar jendela.

Sejak kakinya terluka, setiap hari kalau tidak termenung pasti marah-marah, semua pembantu dimarahi hingga tidak ada yang berani mendekat, dokter juga dimarahi olehnya hingga dongkol.

Sampai Nyonya Tsu setiap kali melihatnya, selalu pergi dan tidak peduli karena emosinya. Sekalipun begitu marah, tapi biar bagaimanapun itu adalah putrinya sendiri. Jika sampai dia sendiri tidak peduli maka benar-benar tidak ada orang yang peduli pada putrinya.

Baru saja Nyonya Tsu membuka pintu, Gwendolyn meraung marah : “Sudah kubilang siapapun tidak bolek masuk, apa tidak dengar?”

Nyonya Tsu meletakkan termos yang ada di tangannya, berjalan ke samping Gwendolyn dengan wajah tanpa daya berkata : “Gwen, kamu tidak makan tidak minum, bagaimana mungkin kamu bisa sembuh? Jangan semau kamu sendiri, boleh tidak?”

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu