The True Identity of My Hubby - Bab 213 Anakku Ada dimana?
Sebenarnya dia tidak membutuhkan siapa pun untuk mengantarnya, karena dia sudah tidak bisa menahannya lagi, dia ingin sendirian, dia ingin menangis sekencang-kencangnya, tidak harus berpura-pura tegar lagi.
Dia hanya membiarkan Justin Yi mengantar hingga ke pintu lift dan membalikkan badanya berkata, "Justin, kamu kembalilah."
Justin Yi menatap dia dan berkata, "walaupun kamu dan Julius sudah bercerai, tetapi kamu masih menjadi teman dari Keluarga Yi, masih sebagai penasihat hukum Perusahaan Besar Yi. Jangan pergi terlalu jauh, kalau tidak aku dan nenek akan khawatir. Hidup sendirian pasti tidak akan mudah, jika membutuhkan bantuan Keluarga Yi, beritahu kami kapan saja."
"Tenang saja, aku akan baik-baik saja." Clarissa Yuan tersenyum dan memukul pelan lengannya berkata, "Julius sudah banyak berkorban untukmu, kedepannya apabila bertemu dengan masalah apapun, jangan menyerah terhadap dia."
"Aku tahu." Justin Yi menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu aku pergi dahulu." Kebetulan lift juga sudah sampai, Clarissa Yuan segera membalikkan badan dan masuk ke dalam.
Begitu dia menghilang dari penglihatan Keluarga Yi, Clarissa Yuan tidak lagi menahan air matanya dan menangis. Bahkan dia tidak menghiraukan pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia menangis tanpa memedulikan apa pun.
Bila bertemu orang yang sedang menangis di rumah sakit tentu bukan suatu hal yang aneh. Orang-orang sekitar hanya melihat dia dengan tatapan simpati, tidak ada respon yang lain. Begitu pintu lift terbuka, Clarissa Yuan segera keluar dengan bercucuran air mata.
Teresa Wang yang sedang menunggu lift di lantai satu terkejut, menunggu dia berhasil mencerna apa yang barusan dia lihat, Clarissa Yuan sudah keluar dari gedung rumah sakit. Dia mengejarnya dengan cemas, sembari cemas dia juga berteriak, "Clarissa! Clarissa, kamu kenapa.....kamu ingin pergi ke mana!"
Clarissa Yuan seolah-olah tidak mendengar panggilan dia, segera berlari ke arah tempat parkir dan dengan cepat masuk ke dalam mobil.
Pedal gas ditekan di depan Teresa Wang, Teresa Wang menjerit dan melompat mundur lalu mengejarnya. Clarissa Yuan menangis dengan sangat sedih, pergi dengan terburu-buru seperti itu, membuatnya sangat khawatir!
Tetapi Clarissa Yuan yang terburu-buru untuk pergi dari sini tidak menyadari keberadaan ibunya. Setelah mobil melewati pagar, belok kanan lalu masuk ke jalan raya.
"Clarissa....!" Teresa Wang melambaikan tangannya kepada dia, dalam keadaan darurat seperti ini, dia langsung membuka pintu taksi dan masuk ke dalam tanpa mempedulikan apakah ada calon penumpang yang akan masuk dan berkata, "tolong bantu aku untuk mengejar mobil yang di depan sana, yang berwarna putih..."
Supir melihat ke arah penumpang yang memarahinya di luar mobil, dan melihat ke arah Teresa Wang, dia masih ragu ingin mengantarnya atau tidak. Dengan tidak sabar Teresa Wang berteriak, "cepat jalan! putriku sudah mau bunuh diri! Kamu kenapa masih saja ragu-ragu? Takut aku tidak memberikanmu uang?"
Begitu mendengar ada yang ingin bunuh diri, dia langsung menjalankan mobilnya dan mengejarnya.
Mobil itu mengejar hingga ke pinggiran kota, Teresa Wang terus menerus menelepon Clarissa Yuan sambil berkata, "cepatlah angkat, kenapa kamu tidak mengangkatnya....."
"Kak, kamu yakin putrimu pergi untuk bunuh diri?"
"Aku yakin, kamu melihat keadaan dia yang seperti itu selain bunuh diri apakah ada yang lain?"
"Jika memang ingin bunuh diri, bukannya dia bisa langsung lompat dari atas gedung rumah sakit?"
"Aish, bukannya anak muda zaman sekarang sangat mementingkan 'romantis'? Pasti mencari tempat yang memiliki kenangan untuk bunuh diri." Teresa Wang dengan cemas berkata, "bukannya ini arah ke Dragon Mountain? Dia baru saja pergi beberapa hari yang lalu dengan suaminya."
"Apakah suaminya sudah meninggal?" Sang supir bertanya lebih lanjut.
Teresa Wang merasa kesal, menoleh dan melototinya berkata, "apa hubungannya denganmu? Menyetirlah dengan benar!"
Setelah dimarahi oleh dia, Sang supir langsung mengkunci mulutnya.
Meskipun Teresa Wang tidak tahu apa yang telah terjadi, tetapi dia bisa menebak garis besarnya. Hari ini hari dimana Julius Yi melakukan operasi, 80% operasinya gagal, sudah tidak ada harapan.
Iya, pasti seperti itu. Dia berpikir dalam hati.
Dengan kecepatan mobil yang seperti ini hanya menggunakan waktu 40 menit untuk sampai ke Dragon Mountain. Sang supir memegang jantungnya dan dengan gemetar berkata, "kak, aku tidak pernah mengendarai secepat ini sebelumnya, kamu harus membayarku dua kali lipat.........."
Tidak menunggunya selesai berbicara, Teresa wang langsung melemparkan uang kepadanya dan berjalan pergi.
Karena supir bersikeras tidak mau mengendarai ke atas gunung, mau tidak mau Teresa Wang mengandalkan sepasang kakinya untuk berjalan naik.
Clarissa Yuan memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang berada di tengah-tengah gunung. Segera berlari ke tempat dimana berciuman dan berpelukan dengan Julius Yi sebelumnya dan menangis kencang. Air matanya mengalir turun seperti air sungai.
Akhirnya dia bisa melepaskan emosinya dengan lega setelah mendendam emosi ini selama setengah hari.
Mulai dari detik ini dia tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan Julius Yi, tidak ada lagi!
Dulu pada saat Charlie Shen pergi, dia juga sama seperti hari ini menangis sangat sedih. Mengapa dia harus merasakan untuk kedua kalinya perasaan yang menyakitkan ini? Mengapa ketika dia ingin pergi, dia baru mengetahui hubungan di antara Julius Yi dan Charlie Shen?
Apakah ini hukuman untuknya? Adakah yang bisa memberitahunya sebenarnya kesalahan apa yang telah dia perbuat di kehidupan sebelumnya?
"Kenapa! Kenapa berbuat seperti itu kepadaku!" Dia berteriak dengan putus asa di tebing, tidak ada yang memberinya jawaban, hanyalah gemaan.
Beberapa hari yang lalu Julius Yi masih memeluk dia di sini, menciumnya dan berkata kedepannya akan sering membawanya ke sini untuk melihat matahari terbit. Dalam sekejap, dia bukan lagi miliknya.
Julius Yi tidak salah, yang salah itu takdir, dia hanya menyalahkan takdr, menyalahkan dia...........
Tetapi tidak ada gunanya jika menyalahkan dia, dia merasakan kakinya lemas, dan terhuyung-huyung di tepi tebing.
Akan sangat bagus jika dia bisa langsung melompat dari sini, tidak perlu merasakan perasaan ssakit ini lagi. Tetapi dia tidak boleh berbuat seperti itu, dia takut ketika Julius Yi mengetahui bahwa dia telah pergi dan mengalami kesedihan sama seperti dirinya yang sekarang.........
Teresa Wang dengan susah payah berhasil naik ke atas, begitu mengangkat kepalanya, dia melihat pemandangan dimana Clarissa Yuan sedang duduk di pinggir tebing, dia terduduk karena terkejut, dan bergegas melambaikan tangan ke arah dia berteriak, "Clarissa, kamu jangan melakukan hal bodoh! Jika kamu loncat begitu saja, kamu pasti akan meninggal, Clarissa.............."
Clarissa Yuan menoleh, dan melihat ibunya yang terduduk di lantai dengan tercekat berkata, "ibu, kamu beritahu aku, apa maknanya aku untuk terus melanjutkan hidup? Kamu beritahu aku..........!"
"Makna untuk melanjutkan hidup........." Teresa Wang terkejut, hingga tergagap berkata, "tentu saja ada maknanya.......banyak pria baik di dunia ini, banyak juga pria yang kaya, ibu kembali mencari pria kaya untukmu........"
"Aku tidak meninginkan pria kaya, aku hanya menginginkan Julius............jika tidak ada Julius apa maknanya aku untuk terus hidup?"
"Anak bodoh, banyak pria yang lebih baik daripada Julius Yi.......kamu beri ibu waktu satu bulan, ibu pasti akan memberimu sepuluh pilihan untuk kamu yang tinggal memilihnya."
"Tidak mau, aku tidak mau............" Clarissa Yuan menggelengkan kepalanya dan berkata, "aku tidak menginginkan pria lain. Ibu, Julius sudah tidak ada, aku sudah ditakdirkan seumur hidup untuk sendirian dan kesepian, bagaimana ini."
"Bukannya kamu masih memiliki aku? Aku tidak akan berjudi kembali, dan mendengarkan semua perkataanmu ya? Clarissa.....ibu takut akan ketinggian, kamu jangan menakuti ibu lagi ya..............."
Clarissa Yuan merintih berkata, "mengapa Tuhan melakukan ini kepadaku? Anak-anak sudah pergi, Julius juga sudah bukan milikku, kenapa.......?"
"Tidak apa-apa jika anak sudah tidak ada, teknologi begitu canggih saat ini, dokter pasti bisa menyembuhkan penyakitmu!"
"Kamu membohongi aku! Bohong!" Clarissa Yuan tiba-tiba menjerit.
Biar pun dokter bisa menyembuhkannya, lalu apa? Biar pun jika dia bisa hamil, lalu apa? Bukan lagi kristal percintaan antara dia dan Julius Yi, bukan lagi!
"Clarissa........!" Teresa Wang terkejut seperti jiwanya sudah terjatuh karena melihat tubuh Clarissa Yuan yang terhuyung-huyung di pinggir tebing dan berkata, "Clarissaa Yuan aku harus berbuat apa agar kamu ingin berjalan masuk? Apakah kamu harus memaksa aku mengatakan keberadaan Sang anak, jika begitu lebih baik kamu memaksaku untuk mati saja!"
Meskipun angin di sini sangat kencang, tangisan Teresa Wang yang membuat ucapannya menjadi tidak jelas. Tetapi Clarissa Yuan tetap mendengar perkataan dia, dia seketika lupa cara untuk menangis, menoleh dan melihat ke arah ibunya yang sedang menangis kencang.
Teresa Wang semakin merasa bersalah dan tidak berani menatapnya melihat keadaanya yang sekarang ini.
"Ibu, apa yang kamu katakan?" Dia bertanya dengan terkejut.
Teresa Wang menghapus air matanya, mengalihkan tatapan dia dan berkata, "aku bilang........kamu tidak akan hidup sendirian dan kesepian karena kamu pasti bisa hamil kembali."
"Bukan, kamu bukan mengatakan itu tadi." suara Clarissa Yuan bergetar.
"Aku tadi memang mengatakan itu." Teresa Wang menyesal mulutnya yang teralu cepat berbicara itu.
Clarissa Yuan melambaikan tangannya ke tebing bawah dan berteriak dengan marah, "jika kamu tidak mengatakan kebenarannya, aku akan lompat dari sini!"
"Jangan, jangan......kamu jangan lompat. Aku akan mengatakannya........" Teresa Wang menatapnya dengan tatapan cemas dan takut berkata, "Clarissa, ibu tidak berani memberitahumu kebenarannya karena takut kamu membenci ibu. Kamu berjanji padaku jangan marah ya kepada ibu?"
"Katakan!" Clarissa Yuan berteriak kencang.
"Aku akan mengatakannya......" Teresa Wang menelan ludahnya dengan susah payah berkata, "sebenarnya anakmu dan Charlie Shen tidak mati, dulu aku yang memberikannya kepada orang lain. Clarissa.....aku....."
"Benarkah?" Clarissa Yuan memotongnya dengan suara yang bergetar.
Teresa Wang menganggukkan kepalanya dengan takut.
"Nyonya Wang! Aku akan membunuhmu!" Setelah tertegun selama beberapa detik, Clarissa Yuan maju dan berteriak histeris. Teresa Wang langsung memeluk kedua kakinya dan kembali menangis kencang berkata, "maaf Clarissa, ibu sudah tahu ibu salah, dulu karena ibu melihatmu belum menikah, tidak memliki pekerjaan dan ibu takut anak ini akan menghancurkan masa depanmu, takut kamu tidak bisa menikah kedepannya maka dari itu ibu diam-diam memberikannya kepada orang lain. Ibu melakukan ini demi kebaikanmu.........."
Clarissa Yuan masih berteriak berkata, "demi kebaikanku? Kamu jelas-jelas tahu bahwa anak ini adalah nyawa dan segalanya bagiku. Dulu aku melepaskan pekerjaan yang bagus demi dia, demi dia aku hidup susah , aku........."
"Aku tahu! Clarissa, aku tahu kamu tidak akan memaafkan aku kali ini, aku juga tidak bisa memaafkan diriku sendiri, aku tidak pantas menjadi ibumu, ibu akan melompat dari sini untuk menebus kesalahanku!"
Begitu Teresa Wang selesai berbicara, dia langsung beranjak dan lari ke arah pinggir tebing.
Clarissa Yuan menangkap lengannya dan menariknya mundur sambil melototinya dan berteriak, "Nyonya Wang! Jika kamu ingin mati juga harus membantuku mencari anakku terlebih dahulu lalu kamu boleh mati!"
Teresa Wang membuka mulutnya dan terdiam di tempatnya.
Sebenarnya dia tidak memiliki nyali untuk pergi mati, dia melakukan ini agar emosi Clarissa Yuan mereda.
Novel Terkait
1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaCinta Tak Biasa
SusantiWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiPenyucian Pernikahan
Glen ValoraSi Menantu Buta
DeddyYou're My Savior
Shella NaviNikah Tanpa Cinta
Laura WangThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)