The True Identity of My Hubby - Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
Setelah itu ia membalikkan badan pergi tanpa menambahkan satu patah kata pun.
“Aku juga pergi dulu.” Ujar Gloria dengan ketus, dan membalikkan badan pergi juga.
Melihat dia mau pergi, nyonya Liu segera menahannya : “Ibu besan, kalau kalian semua pergi, bagaimana dengan Yuliana? Kalian tidak bisa meninggalkannya begitu saja!”
Gloria berbalik, menatapnya dengan emosi : “Masih berani-beraninya kamu bilang seperti itu, kalau dari awal tahu yang dia kandung adalah anak perempuan, aku tidak akan membiarkannya masuk ke dalam keluarga Yi, sekarang aku curiga jangan-jangan kalian memang bersekongkol untuk menipu!”
“Ibu besan, perkataan ini tidak boleh terlalu keterlaluan.”
“Keterlaluan? Jelas-jelas kalian yang tidak tahu diri? Begitu banyak wanita terpandang di luar sana, namun tidak Juwono nikahi, bukankah hanya karena Yuliana mengandung anak laki-laki? Sekarang baru memberitahu aku yang dia kandung bukan laki-laki, tapi perempuan, kalian benar-benar pembohong yang tidak tahu malu......Sudah mending aku tidak menuntut kalian melakukan penipuan!”
“Bagaimana kamu bisa bilang seperti ini? Kalau pun bayi perempuan, bukankah juga darah daging keluarga Yi? Apakah Juwono langsung tidak perlu bertanggung jawab kalau yang dikandung itu perempuan? Tidak masuk akal sekali!” Nyonya Liu sungguh marah.
Gloria tertawa dingin : “Begitu banyak wanita yang ingin mengandung anak Juwono, tidak mungkin kami keluarga Yi harus menerima mereka semua bukan?
Setelah mengatakan ini, Gloria benar-benar pergi begitu saja.
Melihat sikap ibu dan anak itu, hati nyonya Liu rasanya mencekam, refleks dia mulai mencemaskan nasib putrinya di kemudian hari.
***
Gloria pulang ke rumah keluarga Yi dengan emosi meluap-luap, sekali masuk ke dalam rumah, dilihatnya Julius dan Clarissa sedang menemani nyonya tua mengobrol di ruang tamu, melihat dirinya pulang, nyonya tua bertanya : “Bagaimana? Yuliana sudah melahirkan?”
“Sudah.” Jawab Gloria singkat, kemudian langsung duduk di atas sofa.
“Kenapa? Bayinya tidak sehat?” Tanya nyonya tua ketika melihat wajah emosinya,
“Bayinya sehat sekali, hanya saja seorang bayi perempuan.”
“Ha?” Nyonya tua terperanjat.
Clarissa juga terkejut sekali, siapa pun tidak menyangka akan menjadi seperti ini.
“Sangat terkejut bukan? Tadi saat melihatnya juga aku sangat kaget, kesal sekali, kalau dari awal tahu yang dikandung itu perempuan, apakah Juwono masih perlu menikahi wanita yang sama sekali tidak berguna itu? Pasti dari awal sudah menikahi putri konglomerat lainnya.”
Asalkan sekali terpikir bahwa Juwono melewatkan kesempatan bagus, Gloria langsung emosi hingga rasanya ingin muntah darah.
Kalau Juwono menikahi putri konglomerat, kemudian kalau pun identitas asli Juwono ketahuan oleh keluarga Yi dan tidak memberinya sepeser pun, mereka juga tetap tidak perlu khawatir akan mati kelaparan.
Nyonya tua tertegun agak lama, kemudian baru berkata dengan sayu : “Bagaimana pun juga sudah dinikahi, apa gunanya mengatakan ini sekarang?”
“Wanita yang picik ini tidak boleh dipertahankan.”
“Tidak mungkin menyuruh mereka bercerai hanya karena Yuliana melahirkan anak perempuan bukan?”
“Tentu saja harus cerai, lagi pula antara mereka berdua tidak ada cinta.”
Nyonya tua berkata dengan gusar : “Sudah zaman apa, jangan memaksa mereka bercerai hanya karena Yuliana melahirkan anak perempuan, asalkan darah daging keluarga Yi, mau laki-laki atau perempuan sama saja. Lagi pula mereka masih muda, tidak ada susahnya jika ingin seorang anak laki-laki.”
Usai berkata, nyonya tua mengamatinya dan bertanya : “Kenapa kamu pulang? Siapa yang menjaga mereka di sana?”
“Ada ibunya Yuliana.”
“Bagaimana boleh seperti ini? Bagaimana boleh meninggalkan Yuliana dan bayi untuk dijaga oleh ibu besan sendiri, tidak takut orang mengatakan keluarga Yi lebih mementingkan laki-laki daripada perempuan dan tidak berperasaan?” Setelah itu, nyonya tua berkata kepada kak Vero : “Vero, kamu atur dua orang pembantu untuk membantu di sana.”
“Baik.” Kak Vero pun pergi mengatur.
Gloria juga malas tetap di sana untuk mendengar penyalahan dari nyonya tua, pokoknya dia tidak akan pergi ke rumah sakit lagi, oleh karena itu dia pun bangkit dari sofa dan berkata : “Sia-sia capek menunggu di rumah sakit, ternyata malah melahirkan bayi perempuan, lebih baik aku istirahat ke kamar saja.”
Saat Gloria bangun dari sofa, pandangannya menuju ke Clarissa yang dari tadi tidak bersuara, lalu menyindir : “Orang yang paling senang ketika mendengar Yuliana melahirkan anak perempuan harusnya Clarissa bukan? Mungkin nanti malam dalam mimpi pun akan senang sampai ketawa.”
Clarissa menatap Gloria yang judes dan menyakitkan itu, lalu tersenyum datar : “Sungguh tidak gampang ibu masih bisa perhatian dengan perasaan aku di saat sedang marah, terima kasih.”
Glorisa berdehem dingin dan pergi.
Setelah Gloria pergi, nyonya tua menatap ke Clarissa, mengenggam tangannya dan berkata : “Clarissa, meskipun tadi nenek bilang seperti itu, tapi bukan berarti nenek lupa dengan janji nenek sama kamu waktu itu. Aku pernah bilang, setelah Yuliana melahirkan, terserah mau kau apakan, kalau kamu memutuskan untuk membongkar kesalahannya ke kantor polisi, nenek tidak akan menahan kamu lagi, lagi pula ini perbuatan Yuliana sendiri.”
Clarissa menoleh ke Julius, Julius pun tersenyum kecil : “Tidak perlu melihat aku, aku menghargai keputusan kamu.”
Clarissa membisu sejenak, kemudian mengangguk : “Baik, terima kasih atas dukungan kalian, aku pasti akan pergi.”
Dia bukannya tidak bisa melihat kekecewaan yang sekilas muncul di wajah nyonya tua, tapi ini sama sekali tidak bisa mengubah tekadnya untuk menegakkan keadilan demi anak dan dirinya sendiri.
Tentu saja nyonya tua tidak berharap dia melapor ke polisi, bagaimana pun juga masalah itu sudah berlalu, dan sekarang Yuliana baru saja usai melahirkan, meskipun polisi tidak akan langsung menangkapnya, tapi setelah lewat dari masa menyusui, polisi pasti akan membawanya.
Dia bukannya tidak tega dengan Yuliana, melainkan tidak tega dengan cucu perempuan kecilnya yang sudah kehilangan kasih sayang ibu setelah tidak lama dilahirkan.
Setelah menceritakan sikap Gloria dan Juwono tadi, nyonya Liu mengenggam tangan Yuliana dan menangis : “Yuliana, waktu itu ketika kamu menikah ke keluarga Yi, ibu mengira kamu sudah menemukan kebahagiaanmu sendiri, tidak menyangka akan menjadi seperti ini, orang macam apa keluarga Yi itu, satu per satu dari mereka semakin tidak berperasaan!”
Air mata di mata Yuliana tidak berhenti sama sekali, sakit di bekas jahitan bercampur dengan sakit di hatinya, dia merasa dirinya berada dalam kesakitan yang luar biasa.
Karena mengkhawatirkan keadaan Yuliana, ia pun berkata lagi : “Tapi Yuliana, nyonya tua keluarga Yi masih termasuk orang yang punya hati, tadi dia mengatur dua orang pembantu datang untuk menjaga kamu, saat ini sedang menjaga di depan pintu.”
Yuliana tersenyum pahit, di keluarga Yi, memang hanya nyonya tua yang termasuk baik dengannya, tapi tetap saja.....anak ini bukan keturunan keluarga Yi, kalau nyonya tua tahu kenyataan ini, bagaimana mungkin masih akan baik dengannya?
Sampai hari itu, mungkin dirinya akan seperti terkepung dari segala arah.
Tapi mengenai ini, dia sudah menduganya dari awal, dan juga sudah ada persiapan hati dari awal.
“Ibu, kamu tenang saja, pria bernama Juwono itu, aku sudah tidak menginginkannya sejak lama, tidak ada yang perlu disedihkan.”
“Lalu bagaimana dengan kamu dan anakmu?”
“Tenang saja, aku bisa menghidupi anak ini.” Yuliana tersenyum dingin dengan acuh tak acuh.
***
Meskipun Clarissa merasa kikuk, tapi sebagai kakak ipar pertama, mau tidak mau dia harus menjenguk Yuliana dan anaknya.
Di hari ketiga dia baru pergi ke rumah sakit, saat memasuki kamar pasien, Yuliana sedang akan bangun dari ranjang dengan dibantu oleh pembantu, mungkin karena sakit, wajahnya mengerut.
Melihat dia masuk, Yuliana agak tercengang, ia kembali ke ranjang dan menatap Clarissa dengan was-was.
Clarissa mendekat, disamping ranjang pasien adalah ranjang bayi, bayi itu begitu putih dan mulus, sangat mirip dengan Juwono.
“Clarissa, apa yang ingin kamu lakukan?” Melihat Clarissa mendekati ranjang bayi, Yuliana langsung bertanya dengan waspada.
Clarissa mengalihkan pandangan dari bayi yang tertidur nyenyak itu, lau tersenyum dingin ke Yuliana : “Tenang saja, aku tidak sekejam kamu yang sampai tega mencelakai anak kecil.”
Sekali Clarissa mengungkit hal ini, raut wajah Yuliana semakin tidak enak dilihat, dengan tatapan matanya dia mengisyaratkan dua pembantu tersebut keluar, lalu sekuat tenaga menahan tubuhnya dengan kedua tangan, dalam satu gulingan tubuhnya jatuh ke lantai.
Clarissa kaget sekali, refleks dia mundur selangkah dan berkata dengan panik : “Yuliana, apalagi yang ingin kamu lakukan? Apakah ingin memfitnah aku lagi? Maaf, aku tidak punya waktu untuk menemanimu bermain....”
Clarissa membalikkan badan hendak pergi, namun Yuliana menarik ujung celananya dan berkata : “Maaf, Clarissa, maaf......”
Mau tidak mau Clarissa menoleh dan berkata dengan gusar : “Yuliana, tidakkah kamu takut bekas jahitanmu akan terbuka?”
“Aku mohon jangan laporkan aku ke polisi, aku mohon sama kamu......”
“Kalau kamu demikian demi masalah ini, itu sungguh tidak diperlukan, karena aku......” Awalnya Clarissa ingin bilang tidak akan mengubah keputusannya, tapi melihat dia seperti ini, karena takut bekas jahitannya akan terbuka, akhirnya dia berkata : “Kita bicarakan setelah kamu naik ke ranjang.”
Mau tidak mau dia membantu Yuliana yang sakit sampai menggertakkan gigi itu untuk bangun.
Namun Yuliana tidak mau kembali ke ranjang, melainkan menangis tersedu-sedu sambil berlutut di lantai : “Clarissa, maaf, aku bukan benar-benar ingin mencelakai anakmu. Gwendolyn, wanita sialan itu yang mencelakai aku, dia bilang cincin kamu adalah pemberian dari Juwono, juga bilang dia melihat Juwono menemani kamu ke rumah sakit untuk pemeriksaan, bilang bahwa anak kamu itu punya Juwono. Aku juga tidak tahu kenapa aku bodoh sekali hingga percaya dengan macam-macam kebohongannya, dimanfaatkan olehnya, maaf......”
Clarissa menatapnya dengan terkejut, bagaimana pun ia tidak menyangka dalang yang ingin mencelakai anaknya ternyata adalah Gwendolyn.
Novel Terkait
Cinta Yang Berpaling
NajokurataCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyVillain's Giving Up
Axe AshciellyLove at First Sight
Laura VanessaMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)