The True Identity of My Hubby - Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
Evelin sudah pergi, dan Catherine Yao pun juga sudah pulang.
Setelah Clarissa Yuan mengantar mereka pergi, dia pun kembali ke ruang tamu, kemudian merangkul Julius Yi dan tersenyum: "Mulut Evelin memang jahat begitu, jangan kamu masukkan hati."
"Aku rasa yang dikatakannya itu tidak salah, aku memang seorang yang pelit dan kaku." Julius Yi menyahut dengan acuh tak acuh.
Clarissa Yuan tidak menyangka dia akan mengakuinya, menganggukan kepala dan berkata: "Tidak apa-apa, aku tidak peduli."
Clarissa mengalungkan tangan ke leher Julius, dan menatapnya dengan serius: "Terima kasih kamu telah bersedia meluangkan waktu untuk bermain kartu dengan mereka."
"Terima kasih apa, kadang-kadang sedikit santai juga bagus, dan mendapatkan untung kecil pula." Julius Yi tersenyum dan menundukan kepala untuk mengecup bibir Clarissa, mungkin adalah aku berterimakasih kepadamu, memberiku kesempatan untuk bersantai.
Kak Sarah yang berjalan keluar dari dapur dan melihat mereka menempel menjadi satu dan saling bercumbu, berdeham kecil dengan canggung: "Tuan Muda, Nyonya Muda apakah kalian akan makan malam di rumah?"
Julius Yi melepaskan Clarissa, dan tertawa tipis: "Tidak, kami akan pergi makan makanan Prancis."
"Benar-benar makan makanan Prancis?"
"Tentu saja benar, paket pasangan pula." Julius Yi bangkit berdiri dari sofa, dan secara tidak langsung membuat Clarissa ikut berdiri juga, "Ayo pergi, aku sudah lapar."
Clarissa Yuan memarkir mobil di tempat parkir bawah tanah, dan kemudian naik elevator untuk menuju ke restoran Prancis di lantai 7, saat mereka berdua berjalan masuk, pandangan Clarissa Yuan tiab-tiba terjatuh pada sesosok orang yang tidak asing.
Dia menepuk lembut lengan Julius Yi dan berbisik pelan: "Lihat, mengapa ibu ada di sini?"
Julius Yi megikuti arah tatapan Clarissa Yuan, ternyata dia belihat bayangan Gloria.
"Mungkin dia bertemu dengan seorang teman untuk makan bersama, ayo, kita duduk di sana." Julius menunjuk ke sisi lain menggunakan rahangnya.
Saat Gloria tak kunjung melihat teman makannya, dia duduk di situ dengan wajah muram, setelah menunggu selama kira-kira 15 menit, barulah pengacara Fang datang dengan tergopoh-gopoh.
Pengacara Fang duduk sambil terus minta maaf: "Maafkan saya, Nyonya, jalanan macet sekali."
"Mobilmu ini macet untuk waktu yang cukup lama, membuatku menunggu sia-sia selama 40 menit." Gloria berkata dengan pedas.
"Maafkan saya."
Gloria ingin meminta pertolongannya, jadi tidak mungkin dia terus menerus menunjukkan kekecewaannya, lalu dia berkata: "Sudahlah, sudah datang itu bagus."
"Terima kasih atas pengertian Nyonya, maaf ada apa Nyonya mencari saya?"
"Mentraktirmu makan, dan sekalian ingin menanyakan suatu hal kepadamu, apa itu boleh?"
"Hal apa?" Pengacara Fang berlagak tidak mengerti.
Sebenarnya sebelum Gloria mengajaknya untuk bertemu, dai sudah bisa menebak tentang apa, dan terus ragu-ragu untuk datang atau tidak, maka dari itulah dia terlambat untuk waktu yang cukup lama.
"Oh, benar juga, tadi saat melewati perusahaan perhiasaan, aku melihat ada sebuah perhiasan permata yang cantik, jadi aku sekalian membelinya." Gloria mengeluarkan sepaket kalung dan anting-anting, setelah membuka kotaknya dai meletakkannya di atas meja dan berkata: "Tadi saat meliahtnya kembali di sini aku merasa itu terlalu lembut, lebih cocok dipakai oleh wanita yang lebih muda, lagipula bukanlah sesuatu yang sangat mahal, bagaimana jika kamu bawa pulang dan berikan kepada istrimu."
Pengacara Fang yang melihat kalung permata yang berkelas sangat tinggi itu, merasa sedikit tergoda, tapi tidak ada makanan yang gratis di dunia ini, dia tidak merasa Gloria begitu baik hati, dan memberikan sebuah kalung permata kepadanya begitu saja.
Pengacara Fang mengulurkan tangannya dan menutup kotak kalung itu, kemudian tersenyum dan berkata: "Nyonya, jika ada sesuatu silahkan anda katakan, kalung ini terlalu berharga, saya tidak bisa menerimanya."
Gloria yang melihatnya jelas-jelas menginginkannya, tapi tidak berani menerimanya, tersenyum dan berkata: "Sebenarnya bukan hal besar, aku hanya ingin kamu memahami isi surat wasiat Direktur Yi, dan tentang kalung permata ini, juga bukanlah sesuatu yang sangat berharga, ambillah."
"Nyonya, jika anda ingin saya mengganti isi surat wasiat tersebut, saya tidak bisa membantu anda, Direktur Yi sangat pintar, saat saya berada di saat dia menulis surat wasiat tersebut, juga ada Nyonya Tua Yi dan juga seorang pengacara yang lain lagi, totalnya ada tiga orang saksi."
"Kamu bilang apa? Nyonya juga di situ?"
"Iya." Pengacara Fang menganggukkan kepala.
"Dasar wanita tua bangka." Gloria mengumpat dengan suara pelan, jelas-jelas sudah ada surat wasiat, hari itu dia masih mengangguk mengiyakan keinginannya, jelas sekali wanita bangka itu ingin melihatnya menjadi lelucon.
Setelah amarah Gloria mereda, dia pun menatap pengacara Fang dan tersenyum manis: "Pengacara Fang kamu ini menganggap aku orang seperti apa, seberani apa pun aku juga tidak akan berani menggerakkan surat wasiat Direktur Yi, sebenarnya aku hanya ingin tahu bagaimana Direktur Yi membagikan hartanya, hati ini hanya penasaran."
"Sungguh? Hanya ingin tahu isi nya?"
"Iya." Gloria mengangguk.
Pengacara Fang menghela nafas panjang, tapi masih sulit untuk membicarakannya: "Saat menulis surat wasiat tersebut, aku berjanji akan menyimpannya sebagai rahasia, tidak membocorkan sepatah kata pun kepada siapa pun."
"Tenanglah saja, aku jamin tidak akan tersebar keluar." Gloria bersumpah dengan suara lirih.
Pengacara Fang ragu untuk sesaat, kemudia menatap Gloria dengan tajam: "Nyonya, saya tahu anda sangat memikirkan tentang stakeholder Direktur Yi, tapi saya bisa memberitahu anda, kekayaan Direktur Yi dibagikan dengan sangat adil, yang didapatkan oleh Tuan Muda Ketiga tidaklah lebih sedikit dibandingkan Tuan Muda Pertama dan Tuan Muda Kedua."
"Benarkah?" Gloria menghela nafas lega.
Pengacara Fang mengangguk, dan tertawa: "Nyonya juga tahu, karena hubungan Direktur Yi dengan Nyonya pertama, membuat hubungannya dengan Tuan Muda Pertama dan Tuan Muda Kedua tidak begitu dekat, sedangkan beliau sangat menyayangi Tuan Muda Ketiga. Saat pembagian, Tuan Muda Ketiga pastilah mendapatkan lebih dari Tuan Muda Pertama dan Tuan Muda Kedua, tidak mungkin kurang."
"Benar juga yang kamu katakan." Gloria tersenyum dengan lega, lalu kembali bertanya: "Maksud Pengacara Fang, pembagiannya diatur dari nilai masing-masing kakak beradik?"
Pengacara Fang menganggukkan kepala, dan Gloria bertanya lagi: "Bagaimana dengan real estat, obligasi, saham dan lain sebagainya yang ada di bawah nama Direktur?"
"Selain rumah tua dan beberapa barang perhiasan berharga diberikan untuk Nyonya Tua, lalu sebagian dari saham diberikan untuk anda, dan sisanya diberikan kepada anak yang ada di dalam kandungan Nyonya Muda Ketiga." Pengacara Fang tersenyum: "Jika di akumulasikan, Tuan Muda Ketiga pasti adalah pemenangnya, Nyonya bisa tenang."
Karena mirip dengan keinginannya, Gloria pun akhirnya bisa tenang.
"Kalau begitu aku sudah tenang." Gloria berkata kepada Pengacara Fang: "Terima kasih, Pengacara Fang."
"Sama-sama, saya juga tidak membantu apa-apa."
Gloria tetap merasa dia sudah membantu sangat banyak, dengan gembira, dia menyorongkan kalung permata itu kepada Pengacara Fang, dan berkata kepadanya: "Mengenai surat wasiat, jika nanti ada perubahan, saya harap Pengacara Fang bisa memberitahu."
"Baik, Nyonya." Pengacara Fang memasukkan kotak kalung itu ke dalam tas nya, kemudia bangkit berdiri dari sofa: "Kalau begitu..... Nyonya, saya pamit dulu."
"Makanlah dulu baru pergi."
"Terima kasih Nyonya, saya masih ada urusan." Pengacara Fang yang sudah menerima hadiah itu mana berani berada di situ untuk waktu yang lama, dia segera mencari alasan untuk segera pergi.
Suasana hati Gloria begitu baik, dia segera menghabiskan makanan yang dipesannya sendiri, setelah puas dia pun bangkit berdiri untuk membayarnya.
Tapi yang tidak disangkanya, saat pergi meninggalkan restoran tersebut dia bertemu dengan Julius Yi dan Clarissa Yuan, dan berada di dalam elevator yang sama.
Ekspresi wajah Gloria tampak rumit, dia pun bertanya: "Kalian..... mengapa bisa ada di sini?"
"Kami ke sini untuk makan, ibu." Clarissa Yuan tersenyum tipis: "Awalnya berniat untuk menyapa Ibu, melihat Ibu dan Pengacara Fang sedang membicarakan sesuatu yang penting, jadi kami mengurungkan niat untuk menyapa."
"Ah......." Gloria membuka mulutnya, dan tersenyum sambil menyahut: "Aku dan Pengacara Fang membicarakan sesuatu yang penting? Kami hanya tidak sengaja bertemu...."
"Tapi jelas-jelas aku melihat Ibu memberikan sesuatu untuknya."
Senyum di wajah Gloria memudar, dia melotot dan bertanya: "Clarissa Yuan apa maksudmu?"
"Aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya di lihat, bisa ada maksud apa? Benar kan, Julius." Clarissa Yuan berkata sambil mengangkat bahu.
Julius Yi hanya tertawa tipis dan menyahut: "Jangan tanya aku, aku tidak melihat apa-apa."
Saat kedua orang itu berjalan keluar dari elevator, dengan marah Gloria mengejar mereka, dan berdiri menghadang di hadapan mereka sambil berkata: "Apa maksud kalian? Apa kalian ingin mencurigaiku bertemu dengan Pengacara Fang karena masalah surat wasiat? Kalian juga bukannya tidak tahu, saat kakek menulis surat wasiat tidak hanya disaksikan oleh Pengacara Fang seorang, Nyonya Tua dan seorang pengacara lainnya juga ada di sana? Aku tidak mungkin mempengaruhi pengacara yang lainnya juga Nyonya Tua bukan?"
"Ibu." Clarissa Yuan tertawa dengan acuh tak acuh: "Ibu juga tidak perlu meributkannya di sini, aku dan Julius tidak ada maksud lain, juga tidak akan ikut campur masalah ibu."
Setelah mengatakannya, Clarissa menggandeng lengan Julius: "Ayo pergi, Julius."
Saat mereka berdua sudah di dalam mobil, Julius Yi menurunkan kacamata hitam yang ada di wajahnya dan melirik ke arah Clarissa Yuan sambil tersenyum: "Aku kira kamu akan memfoto pertemuan ibu tadi, dan menunjukkannya kepada Nenek dan ayah."
Clarissa Yuan juga ikut tertawa dan berkata: "Kamu saja bisa menghadapinya dengan acuh tak acuh, mengapa aku harus bersitegang dengannya?"
"Karena aku tidak peduli, dan tidak punya muka untuk peduli." Julius Yi menertawakan dirinya sendiri dan menghela nafas pelan: "Sebenarnya Ayah tidak meninggalkan apa pun, aku pun mengakuinya, karena aku lah yang menyakiti hatinya."
"Di antara kekayaan dan kamu, aku lebih memilihmu." Julius Yi meraih tangan mungil Clarissa Yuan dan berkata dengan serius.
"Aku tahu, maka dari itu pula aku juga tidak ada niat untuk memperebutkan harta kekayaan Ayah." Clarissa Yuan menggenggam tangan Julius, menatapnya dan berkata: "Ada sebuah pepatah mengatakan, jika mempunya cinta, pasti juga akan punya roti."
*****
Nyonya Tua mengenal Gwendolyn Tsu semenjak dia masih sekolah, saat itu Gwendolyn Tsu juga masih jarang datang ke rumah keluarga Yi, setiap kal bertemu dia selalu sangat penuh dengan sopan santun.
Keluarga Yi juga menyukainya, bahkan dari awal sampai membuatnya menjadi calon menantu perempuan di keluarga Yi.
Anak perempuan yang begitu baik, Nyonya Tua tidak percaya dia adalah wanita yang tidak bermoral, bahkan sampai tidak mempedulikan status Julius Yi yang sudah menikah, dan tetap ingin menikah dengannya.
Sudah lama sekali Gwendolyn Tsu tidak menginjakkan kaki di rumah tua keluarga Yi, saat melangkah masuk ke dalam ruang tamu dia melihat Nyonya Tua yang sedang duduk di sofa sambil menunggu kehadirannya.
Bibir nya tersenyum, dan mengeluarkan tawa manis sambil mendekat ke arah Nyonya Tua: "Nenek, aku datang."
Nyonya Tua melihat ke arahnya, dan tersenyum tipis: "Gwendolyn, lama tak bertemu."
"Iya, lama tak bertemu, bagaimana kesehatan Nenek akhir-akhir ini?" Gwendolyn duduk di sebelahnya dengan begitu akrab, dan meletakan kotak oleh-oleh yang di bawanya ke atas meja teh sambil berkata: "Ini ginseng merah untuk menambah nutrisi Nenek."
"Gwendolyn, tidak perlu membawa hadiah setiap kali kamu datang."
"Nenek, saya ini tulus menghormati Nenek, tentu saja begitu ada sesuatu yang bagus akan langsung membawakannya untuk Nenek."
Novel Terkait
Mbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeHis Soft Side
RiseGue Jadi Kaya
Faya SaitamaCinta Yang Dalam
Kim YongyiCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaAnak Sultan Super
Tristan XuThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)