The True Identity of My Hubby - Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)

Evelin sudah pergi, dan Catherine Yao pun juga sudah pulang.

Setelah Clarissa Yuan mengantar mereka pergi, dia pun kembali ke ruang tamu, kemudian merangkul Julius Yi dan tersenyum: "Mulut Evelin memang jahat begitu, jangan kamu masukkan hati."

"Aku rasa yang dikatakannya itu tidak salah, aku memang seorang yang pelit dan kaku." Julius Yi menyahut dengan acuh tak acuh.

Clarissa Yuan tidak menyangka dia akan mengakuinya, menganggukan kepala dan berkata: "Tidak apa-apa, aku tidak peduli."

Clarissa mengalungkan tangan ke leher Julius, dan menatapnya dengan serius: "Terima kasih kamu telah bersedia meluangkan waktu untuk bermain kartu dengan mereka."

"Terima kasih apa, kadang-kadang sedikit santai juga bagus, dan mendapatkan untung kecil pula." Julius Yi tersenyum dan menundukan kepala untuk mengecup bibir Clarissa, mungkin adalah aku berterimakasih kepadamu, memberiku kesempatan untuk bersantai.

Kak Sarah yang berjalan keluar dari dapur dan melihat mereka menempel menjadi satu dan saling bercumbu, berdeham kecil dengan canggung: "Tuan Muda, Nyonya Muda apakah kalian akan makan malam di rumah?"

Julius Yi melepaskan Clarissa, dan tertawa tipis: "Tidak, kami akan pergi makan makanan Prancis."

"Benar-benar makan makanan Prancis?"

"Tentu saja benar, paket pasangan pula." Julius Yi bangkit berdiri dari sofa, dan secara tidak langsung membuat Clarissa ikut berdiri juga, "Ayo pergi, aku sudah lapar."

Clarissa Yuan memarkir mobil di tempat parkir bawah tanah, dan kemudian naik elevator untuk menuju ke restoran Prancis di lantai 7, saat mereka berdua berjalan masuk, pandangan Clarissa Yuan tiab-tiba terjatuh pada sesosok orang yang tidak asing.

Dia menepuk lembut lengan Julius Yi dan berbisik pelan: "Lihat, mengapa ibu ada di sini?"

Julius Yi megikuti arah tatapan Clarissa Yuan, ternyata dia belihat bayangan Gloria.

"Mungkin dia bertemu dengan seorang teman untuk makan bersama, ayo, kita duduk di sana." Julius menunjuk ke sisi lain menggunakan rahangnya.

Saat Gloria tak kunjung melihat teman makannya, dia duduk di situ dengan wajah muram, setelah menunggu selama kira-kira 15 menit, barulah pengacara Fang datang dengan tergopoh-gopoh.

Pengacara Fang duduk sambil terus minta maaf: "Maafkan saya, Nyonya, jalanan macet sekali."

"Mobilmu ini macet untuk waktu yang cukup lama, membuatku menunggu sia-sia selama 40 menit." Gloria berkata dengan pedas.

"Maafkan saya."

Gloria ingin meminta pertolongannya, jadi tidak mungkin dia terus menerus menunjukkan kekecewaannya, lalu dia berkata: "Sudahlah, sudah datang itu bagus."

"Terima kasih atas pengertian Nyonya, maaf ada apa Nyonya mencari saya?"

"Mentraktirmu makan, dan sekalian ingin menanyakan suatu hal kepadamu, apa itu boleh?"

"Hal apa?" Pengacara Fang berlagak tidak mengerti.

Sebenarnya sebelum Gloria mengajaknya untuk bertemu, dai sudah bisa menebak tentang apa, dan terus ragu-ragu untuk datang atau tidak, maka dari itulah dia terlambat untuk waktu yang cukup lama.

"Oh, benar juga, tadi saat melewati perusahaan perhiasaan, aku melihat ada sebuah perhiasan permata yang cantik, jadi aku sekalian membelinya." Gloria mengeluarkan sepaket kalung dan anting-anting, setelah membuka kotaknya dai meletakkannya di atas meja dan berkata: "Tadi saat meliahtnya kembali di sini aku merasa itu terlalu lembut, lebih cocok dipakai oleh wanita yang lebih muda, lagipula bukanlah sesuatu yang sangat mahal, bagaimana jika kamu bawa pulang dan berikan kepada istrimu."

Pengacara Fang yang melihat kalung permata yang berkelas sangat tinggi itu, merasa sedikit tergoda, tapi tidak ada makanan yang gratis di dunia ini, dia tidak merasa Gloria begitu baik hati, dan memberikan sebuah kalung permata kepadanya begitu saja.

Pengacara Fang mengulurkan tangannya dan menutup kotak kalung itu, kemudian tersenyum dan berkata: "Nyonya, jika ada sesuatu silahkan anda katakan, kalung ini terlalu berharga, saya tidak bisa menerimanya."

Gloria yang melihatnya jelas-jelas menginginkannya, tapi tidak berani menerimanya, tersenyum dan berkata: "Sebenarnya bukan hal besar, aku hanya ingin kamu memahami isi surat wasiat Direktur Yi, dan tentang kalung permata ini, juga bukanlah sesuatu yang sangat berharga, ambillah."

"Nyonya, jika anda ingin saya mengganti isi surat wasiat tersebut, saya tidak bisa membantu anda, Direktur Yi sangat pintar, saat saya berada di saat dia menulis surat wasiat tersebut, juga ada Nyonya Tua Yi dan juga seorang pengacara yang lain lagi, totalnya ada tiga orang saksi."

"Kamu bilang apa? Nyonya juga di situ?"

"Iya." Pengacara Fang menganggukkan kepala.

"Dasar wanita tua bangka." Gloria mengumpat dengan suara pelan, jelas-jelas sudah ada surat wasiat, hari itu dia masih mengangguk mengiyakan keinginannya, jelas sekali wanita bangka itu ingin melihatnya menjadi lelucon.

Setelah amarah Gloria mereda, dia pun menatap pengacara Fang dan tersenyum manis: "Pengacara Fang kamu ini menganggap aku orang seperti apa, seberani apa pun aku juga tidak akan berani menggerakkan surat wasiat Direktur Yi, sebenarnya aku hanya ingin tahu bagaimana Direktur Yi membagikan hartanya, hati ini hanya penasaran."

"Sungguh? Hanya ingin tahu isi nya?"

"Iya." Gloria mengangguk.

Pengacara Fang menghela nafas panjang, tapi masih sulit untuk membicarakannya: "Saat menulis surat wasiat tersebut, aku berjanji akan menyimpannya sebagai rahasia, tidak membocorkan sepatah kata pun kepada siapa pun."

"Tenanglah saja, aku jamin tidak akan tersebar keluar." Gloria bersumpah dengan suara lirih.

Pengacara Fang ragu untuk sesaat, kemudia menatap Gloria dengan tajam: "Nyonya, saya tahu anda sangat memikirkan tentang stakeholder Direktur Yi, tapi saya bisa memberitahu anda, kekayaan Direktur Yi dibagikan dengan sangat adil, yang didapatkan oleh Tuan Muda Ketiga tidaklah lebih sedikit dibandingkan Tuan Muda Pertama dan Tuan Muda Kedua."

"Benarkah?" Gloria menghela nafas lega.

Pengacara Fang mengangguk, dan tertawa: "Nyonya juga tahu, karena hubungan Direktur Yi dengan Nyonya pertama, membuat hubungannya dengan Tuan Muda Pertama dan Tuan Muda Kedua tidak begitu dekat, sedangkan beliau sangat menyayangi Tuan Muda Ketiga. Saat pembagian, Tuan Muda Ketiga pastilah mendapatkan lebih dari Tuan Muda Pertama dan Tuan Muda Kedua, tidak mungkin kurang."

"Benar juga yang kamu katakan." Gloria tersenyum dengan lega, lalu kembali bertanya: "Maksud Pengacara Fang, pembagiannya diatur dari nilai masing-masing kakak beradik?"

Pengacara Fang menganggukkan kepala, dan Gloria bertanya lagi: "Bagaimana dengan real estat, obligasi, saham dan lain sebagainya yang ada di bawah nama Direktur?"

"Selain rumah tua dan beberapa barang perhiasan berharga diberikan untuk Nyonya Tua, lalu sebagian dari saham diberikan untuk anda, dan sisanya diberikan kepada anak yang ada di dalam kandungan Nyonya Muda Ketiga." Pengacara Fang tersenyum: "Jika di akumulasikan, Tuan Muda Ketiga pasti adalah pemenangnya, Nyonya bisa tenang."

Karena mirip dengan keinginannya, Gloria pun akhirnya bisa tenang.

"Kalau begitu aku sudah tenang." Gloria berkata kepada Pengacara Fang: "Terima kasih, Pengacara Fang."

"Sama-sama, saya juga tidak membantu apa-apa."

Gloria tetap merasa dia sudah membantu sangat banyak, dengan gembira, dia menyorongkan kalung permata itu kepada Pengacara Fang, dan berkata kepadanya: "Mengenai surat wasiat, jika nanti ada perubahan, saya harap Pengacara Fang bisa memberitahu."

"Baik, Nyonya." Pengacara Fang memasukkan kotak kalung itu ke dalam tas nya, kemudia bangkit berdiri dari sofa: "Kalau begitu..... Nyonya, saya pamit dulu."

"Makanlah dulu baru pergi."

"Terima kasih Nyonya, saya masih ada urusan." Pengacara Fang yang sudah menerima hadiah itu mana berani berada di situ untuk waktu yang lama, dia segera mencari alasan untuk segera pergi.

Suasana hati Gloria begitu baik, dia segera menghabiskan makanan yang dipesannya sendiri, setelah puas dia pun bangkit berdiri untuk membayarnya.

Tapi yang tidak disangkanya, saat pergi meninggalkan restoran tersebut dia bertemu dengan Julius Yi dan Clarissa Yuan, dan berada di dalam elevator yang sama.

Ekspresi wajah Gloria tampak rumit, dia pun bertanya: "Kalian..... mengapa bisa ada di sini?"

"Kami ke sini untuk makan, ibu." Clarissa Yuan tersenyum tipis: "Awalnya berniat untuk menyapa Ibu, melihat Ibu dan Pengacara Fang sedang membicarakan sesuatu yang penting, jadi kami mengurungkan niat untuk menyapa."

"Ah......." Gloria membuka mulutnya, dan tersenyum sambil menyahut: "Aku dan Pengacara Fang membicarakan sesuatu yang penting? Kami hanya tidak sengaja bertemu...."

"Tapi jelas-jelas aku melihat Ibu memberikan sesuatu untuknya."

Senyum di wajah Gloria memudar, dia melotot dan bertanya: "Clarissa Yuan apa maksudmu?"

"Aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya di lihat, bisa ada maksud apa? Benar kan, Julius." Clarissa Yuan berkata sambil mengangkat bahu.

Julius Yi hanya tertawa tipis dan menyahut: "Jangan tanya aku, aku tidak melihat apa-apa."

Saat kedua orang itu berjalan keluar dari elevator, dengan marah Gloria mengejar mereka, dan berdiri menghadang di hadapan mereka sambil berkata: "Apa maksud kalian? Apa kalian ingin mencurigaiku bertemu dengan Pengacara Fang karena masalah surat wasiat? Kalian juga bukannya tidak tahu, saat kakek menulis surat wasiat tidak hanya disaksikan oleh Pengacara Fang seorang, Nyonya Tua dan seorang pengacara lainnya juga ada di sana? Aku tidak mungkin mempengaruhi pengacara yang lainnya juga Nyonya Tua bukan?"

"Ibu." Clarissa Yuan tertawa dengan acuh tak acuh: "Ibu juga tidak perlu meributkannya di sini, aku dan Julius tidak ada maksud lain, juga tidak akan ikut campur masalah ibu."

Setelah mengatakannya, Clarissa menggandeng lengan Julius: "Ayo pergi, Julius."

Saat mereka berdua sudah di dalam mobil, Julius Yi menurunkan kacamata hitam yang ada di wajahnya dan melirik ke arah Clarissa Yuan sambil tersenyum: "Aku kira kamu akan memfoto pertemuan ibu tadi, dan menunjukkannya kepada Nenek dan ayah."

Clarissa Yuan juga ikut tertawa dan berkata: "Kamu saja bisa menghadapinya dengan acuh tak acuh, mengapa aku harus bersitegang dengannya?"

"Karena aku tidak peduli, dan tidak punya muka untuk peduli." Julius Yi menertawakan dirinya sendiri dan menghela nafas pelan: "Sebenarnya Ayah tidak meninggalkan apa pun, aku pun mengakuinya, karena aku lah yang menyakiti hatinya."

"Di antara kekayaan dan kamu, aku lebih memilihmu." Julius Yi meraih tangan mungil Clarissa Yuan dan berkata dengan serius.

"Aku tahu, maka dari itu pula aku juga tidak ada niat untuk memperebutkan harta kekayaan Ayah." Clarissa Yuan menggenggam tangan Julius, menatapnya dan berkata: "Ada sebuah pepatah mengatakan, jika mempunya cinta, pasti juga akan punya roti."

*****

Nyonya Tua mengenal Gwendolyn Tsu semenjak dia masih sekolah, saat itu Gwendolyn Tsu juga masih jarang datang ke rumah keluarga Yi, setiap kal bertemu dia selalu sangat penuh dengan sopan santun.

Keluarga Yi juga menyukainya, bahkan dari awal sampai membuatnya menjadi calon menantu perempuan di keluarga Yi.

Anak perempuan yang begitu baik, Nyonya Tua tidak percaya dia adalah wanita yang tidak bermoral, bahkan sampai tidak mempedulikan status Julius Yi yang sudah menikah, dan tetap ingin menikah dengannya.

Sudah lama sekali Gwendolyn Tsu tidak menginjakkan kaki di rumah tua keluarga Yi, saat melangkah masuk ke dalam ruang tamu dia melihat Nyonya Tua yang sedang duduk di sofa sambil menunggu kehadirannya.

Bibir nya tersenyum, dan mengeluarkan tawa manis sambil mendekat ke arah Nyonya Tua: "Nenek, aku datang."

Nyonya Tua melihat ke arahnya, dan tersenyum tipis: "Gwendolyn, lama tak bertemu."

"Iya, lama tak bertemu, bagaimana kesehatan Nenek akhir-akhir ini?" Gwendolyn duduk di sebelahnya dengan begitu akrab, dan meletakan kotak oleh-oleh yang di bawanya ke atas meja teh sambil berkata: "Ini ginseng merah untuk menambah nutrisi Nenek."

"Gwendolyn, tidak perlu membawa hadiah setiap kali kamu datang."

"Nenek, saya ini tulus menghormati Nenek, tentu saja begitu ada sesuatu yang bagus akan langsung membawakannya untuk Nenek."

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu