The True Identity of My Hubby - Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)

Julius mengangkat tangannya melingkar di pundak Clarissa : “Tunggu badan kamu sudah sehat, aku bawa kamu melihat lautan bunga yang sebenarnya.”

“Tidak mau.” Clarissa menolak.

“Mengapa?”

“Karena kamu tidak dapat melihatnya, aku tidak ingin seperti sekarang, hanya menikmati sendiri, terkagum-kagum sendiri.”

Julius terdiam.

Karena takut dia salah paham, Clarissa segera menjelaskan : “Tuan muda pertama, kamu jangan salah paham, aku bukan meremehkan kamu, aku hanya tidak tega melihat kamu seperti sekarang, berada di tengah pemandangan indah tapi tidak bisa melihat apa pun.”

Julius tertawa : “Aku tidak peduli.”

Tapi aku peduli, ucap Clarissa dalam hati.

Setelah hening beberapa detik, Clarissa teringat dengan kakak beradik bermarga Tsu tersebut, ia pun bertanya kepada Julius : “Tuan muda pertama, apakah hubungan kamu dengan Frans akur?”

Julius sepertinya tidak menyangka dia akan menanyakan ini, setelah ragu sejenak ia menggeleng kepala : “Tidak termasuk sangat akur, hanya teman biasa saja.”

“Aku juga lihat kalian tidak seperti teman yang sangat akrab.” Clarissa teringat sikap mereka yang hormat satu sama lain ketika tadi bertemu.

“Aku dan dia adalah teman kuliah.”

“Oh.”

“Kenapa menanyakan dia?”

“Tidak apa-apa, penasaran saja.”

Clarisssa tertawa dan tidak bertanya lagi.

Siang setelah makan, mereka beristirahat sebentar di villa, kemudian pergi ke depan sana.

Mereka berjalan menanjak menyusuri jalan tersebut, ternyata memang kelihatan burung laut dan hewan liar yang tidak sedikit, sekali lagi Clara terkagum-kagum dengan keindahan alam.

Puncak pulau ini tidak termasuk tinggi, dengan cepat keduanya sudah sampai di atas puncak.

Clarissa meraba gembok sejoli yang tergantung beruntai-untai di pagar pembatas, sepertinya di setiap tempat liburan selau ada barang seperti ini.

Dalam sekian banyak gembok sejoli ini, pasti ada salah satu yang merupakan milik Julius dan Gwendolyn bukan? Pikir Clarissa.

Dengan kebetulan sekali, dalam sekali lihat dia langsung menemukan gembok yang bertuliskan nama Julius dan Gwendolyn. Gembok itu sudah kelihatan tua, tapi tergantung di tempat yang menonjol.

Julius dan Gwendolyn, ada gambar bentuk hati di tengahnya, tampak sangat bahagia dan indah sekali.

Apakah gembok sejoli ini sungguh bisa menggembok mereka seumur hidup? Dia yang tidak pernah percaya takhayul, tiba-tiba agak khawatir dan tidak tenang.

“Sedang apa?” Julius mendekat, berdiri di sampingnya.

Clarissa sadar dari lamunannya, dilepaskannya gembok milik dia dengan Gwendolyn : “Tidak apa-apa, Cuma melihat banyak sekali gembok sejolinya.”

“Benarkah? Kamu mau membeli satu juga?”

“Tidak mau, aku tidak percaya ini.” Clarissa mengangkat kepala menatapnya : “Kamu percaya?”

“Tidak percaya.” Julius menggeleng-geleng kepala tertawa.

“Betul bukan.” Gembok ini pasti Gwendolyn yang meminta dengan manja, tidak ada hubungannya dengan Julius, pikirnya dalam hati. Benar, hanya ini cara yang terpikirkan olehnya untuk menghibur hatinya yang tidak begitu senang.

“Aku kira kalian para wanita selalu mempercayai ini.” Julius mengangkat tangannya membelai rambut Clarissa : “Atau……kamu sama sekali tidak ingin digembok seumur hidup dengan aku?”

“Bukan.” Clarissa mengenggam tangannya : “Aku hanya merasa ketika dua orang ingin berpisah, sepuluh ribu gembok pun tidak akan bisa mengunci, dan sebaliknya, tidak menggunakan gembok apa pun juga tetap bisa harmonis seumur hidup. Dan aku……akan berusaha menjaga dan mempertahankan pernikahan kita dengan ketulusan hatiku, tidak perlu cara apa pun yang tidak berguna.”

Julius berhadapan dengannya, dikecupnya kening Clarissa perlahan dan berkata : “Terima kasih kamu selalu menghibur aku dengan kata-kata yang indah.”

“Ini bukan…….”

“Ayo jalan, kita melihat ke tempat lain.” Julius mundur selangkah dan mengangkat lengannya, Clarissa pun melingkarkan kedua tangannya.

Setelah makan malam, Clarissa mendapat telepon dari Gwendolyn, memberitahu Clarissa bahwa dia dan Frans sudah di tempat pesta, dan menyuruh mereka segera ke sana.

Clarissa tanya ke Julius apakah dia ingin pergi.

Julius balik bertanya : “Harusnya kamu belum pernah mengikuti pesta seperti ini bukan?”

Clarissa menggeleng : “Selain pernikahan orang lain, acara ulang tahun bayi, aku tidak pernah ikut pesta lain lagi.”

“Kalau begitu kamu boleh pergi melihat-lihat, yang ikut pesta ini adalah orang terkenal, artis dan model, yang pria sangat gentle dan yang wanita sangat anggun, kamu tidak perlu khawatir akan dimarahi ketika menabrak atau menyentuh orang lain.” Julius bangkit dari kursi : “Ayo, kita pergi bersama.”

“Lalu kamu? Apakah takut di……” Clarissa tertawa cekikikan.

Apakah dia tidak takut disentuh atau menyentuh orang lain? Kalau pun tidak takut ini semua, apa dia juga tidak takut orang-orang akan menertawakannya?

Julius tahu apa yang dia khawatirkan, dia tertawa dengan acuh tak acuh : “Asalkan kamu tidak meremehkan aku membuat kamu malu, maka aku tidak meremehkan diriku sendiri adalah seorang buta.”

“Tentu saja aku tidak akan meremehkan kamu.” Clarissa bangkit berdiri dan merangkul lengannya, menuju tempat pesta bersamanya.

“Jangan pergi begitu saja.” Julius mengingatkan sembari tertawa.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu