The True Identity of My Hubby - Bab 175 Levin
"Julius Yi —!" Clarissa Yuan melepaskannya dan berteriak dengan marah, "Apa maksudmu? Siapa yang kamu katakan wanita galak?"
Julius Yi berbalik sambil tersenyum, dan menatapnya dengan marah, "Berpura-pura menjadi orang lain apakah sangat menyenangkan?"
Clarissa Yuan tersenyum dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu ini aku?"
“Karena tubuh Sekretaris Lee lebih montok dan lebih lembut daripada tubuhmu.” Julius Yi meliriknya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, melihat senyuman di wajahnya menghilang, Julius tersenyum dan menariknya kedalam pelukannya: "Lihat, kamu tidak bisa di ajak bercanda, tapi masih belajar mengerjai orang."
Dia menekan kunci mobil, lalu menariknya ke mobil: "Ayo, kalau masih tidak masuk ke dalam mobil waktu pulang kerja akan segera tiba."
Clarissa Yuan juga khawatir mereka ketahuan oleh orang lain, oleh karena itu dia tidak jadi menghukumnya dan masuk ke dalam mobil bersamanya.
Di dalam mobil, Julius Yi meliriknya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan hari ini? ."
"Aku pergi ke rumah Paman Feng."
“Kamu benar-benar kesana?”Julius Yi sangat terkejut. Awalnya dia berencana mencari waktu untuk pergi kesana sendiri.
"Tentu saja, hal-hal yang perlu dilakukan dengan bermuka tebal biar aku yang melakukannya. Kamu hanya perlu terus bersikap elegan dan berwibawa," Clarissa Yuan berkata sambil tertawa.
"Kalau begitu apakah kamu melakukan sesuai dengan apa yang aku katakan? Bagaimana tanggapan Paman Feng?"
"Sudah, begitu mendengar nama Martin Zhang raut wajah Paman Feng langsung berubah ."
"Dia tidak marah dan mengusirmu keluar?"
“Awalnya dia ingin mengusirku, tetapi dihentikan oleh istrinya.” Clarissa Yuan tersenyum dengan bangga: “Tuan Muda Yi, kamu lupa apa pekerjaanku? Aku mendapat makan dengan mengandalkan mulutku, apa yang bisa mempersulitku?”
Julius Yi menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas sedang berwarna merah, dia menjulurkan tangan kanannya dan menarik leher Clarissa ke depan, lalu dia menatapnya, "Kalau tidak ada saran dariku, apakah kamu bisa menakutinya?"
"Apa yang kamu inginkan? Merebut jasaku?"
"Aku tidak berani, apa yang kamu inginkan setelah memberikan kontribusi sebesar ini?"
"Itu tergantung kamu," Clarissa Yuan mengangkat bahu.
Ketika lampu hijau menyala, Julius Yi melepaskannya sambil tersenyum lalu dia kembali menjalankan mobilnya.
Lima belas menit kemudian, mobil berhenti di depan pintu Royal Building.
Clarissa Yuan menatap bangunan megah di luar jendela mobil lalu dia berkata, "Aku rasa tidak perlu seperti ini. Sekarang kita adalah orang miskin, tidak sanggup menikmati kemewahan seperti ini."
Julius Yi melepaskan sabuk pengamannya lalu dia membantu Clarissa melepaskan sabuk pengamannya, setelah itu dia mencondongkan tubuhnya dan mengenggam kedua bahu Clarissa, lalu dia menatapnya dengan penuh kasih sayang, "Awalnya aku ingin menyematkan cincin itu kembali ke tanganmu, lalu menemanimu melihat pemandangan malam. Tapi kemudian semua rencanaku dikacaukan oleh Gwendolyn Tsu, dan semuanya gagal. Aku selalu menyimpan penyesalan ini di dalam hatiku. Belakangan ini, karena terlalu sibuk, aku tidak punya waktu dan tidak punya mood. "
"Kalau hari ini? Kamu punya waktu dan tidak punya mood?" Tanya Clarissa Yuan .
Julius Yi merenung sejenak lalu dia mengangguk: "Dikarenakan sekarang aku masih sanggup mentraktirmu, aku harus menebus penyesalan ini. Palingan mulai besok setiap hari kita akan makan mantou, bagaimana?"
“Siapa yang mau makan mantou bersamamu,” kata Clarissa Yuan memarahinya sambil tersenyum.
“Tentu saja kamu.” Julius Yi mengangkat tangannya dan mengelus rambutnya, “Ayo, naik ke atas.”
Selesai berbicara, Julius membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil, lalu dia berjalan ke sisi lain mobil dan membantu Clarissa keluar dari dalam mobil, setelah itu dia menyerahkan kunci mobil kepada petugas valet.
Di tuntun oleh pelayan, mereka berdua naik ke lantai paling atas dan memasuki restoran berputar.
Setelah masuk kedalam, Clarissa Yuan baru menyadari tidak ada seorang pun disana kecuali beberapa pelayan, musik yang lembut bagaikan air mengalun dengan indah dari setiap sudut restoran.
Melihat tatapan iri dari para pelayan, Clarissa Yuan langsung sadar akan sesuatu dan dia langsung menoleh dan menatap Julius Yi dengan kaget: "Apakah malam ini kamu menyewa seluruh restoran ini?"
“Hmm, ini pertama kalinya aku menemanimu melihat pemandangan malam, tentu saja tidak boleh berdesakan dengan orang-orang.” Julius Yi tersenyum lalu menuntunnya ke kursi yang menghadap ke laut dan dekat dengan jendela.
Saat ini langit belum gelap, dan waktu ini sangat tepat untuk melihat pemandangan laut. Clarissa Yuan bersandar di jendela kaca dan melihat laut di kejauhan. Untuk pertama kalinya, dia melihat pemandangan laut dari tempat setinggi ini. Dia tidak bisa menahan diri untuk merasa kagum: " Jika dilihat dari sini, laut jadi kelihatan tidak begitu jauh dari daerah perkotaan, dan hanya perlu berkendara sekitar setengah jam. "
Selesai mengagumi, Clarissa kembali berkata , "Ternyata benar dari sini kita bisa melihat seluruh Kota A."
"Kalau tidak, menurutmu kenapa tempat ini begitu terkenal?"
“Julius, kenapa kamu duduk saja, cepat berdiri dan nikmati pemandangan yang indah ini bersama-sama.”Clarissa Yuan menariknya dari kursi.
Julius Yi tersenyum dan menemaninya melihat pemandangan, restoran yang berputar 360 derajat tidak memiliki sudut mati, jadi tidak heran Clarissa sangat kaget dan bahagia.
Tak lama, pelayan sudah selesai mengatur meja makan. Seperti yang terlihat di dalam TV, di atas meja ada cahaya lilin, bunga mawar, red wine, dan seorang pria yang tersenyum dengan menawan ...
“Masih ada candle light dinner?” Clarissa Yuan bertanya sambil tersenyum.
"Candle light dinner adalah keharusan." Julius Yi mengangkat gelas winenya dan bersulang kepadanya: "Ini adalah Chateau Lafite Rothchild tahun 1982, rasanya sangat enak."
"Lebih baik tidak usah. Toleransi alkoholku tidak baik. Aku takut mabuk lagi ..." Wajahnya memerah, dan mengingat kembali kejadian dulu saat dirinya mabuk dan dia membuat Julius kewalahan.
Sebenarnya, dia tidak tahu apa-apa tentang red wine, dan dia tidak bisa menikmati cita rasanya, kendatipun yang dia minum adalah Chateau Lafite Rothchild tahun 1982 baginya rasanya sama saja .
Julius Yi tersenyum: "Aku bahkan tidak merasa takut, apa yang kamu takutkan?"
Clarissa Yuan tersenyum dengan canggung, lalu dia mengangkat gelas dan bersulang kepadanya, kemudian dia menyesapnya.
Mereka berdua tidak makan terlalu banyak dan tidak minum terlalu banyak. Saat berdiri dari kursi, Clarissa Yuan menghela nafas dan berkata: "Tidak peduli betapa indahnya candle light dinner, tetapi tidak bisa menandingi satu hidangan sampingan di rumah. "
“Kenapa kamu berbicara seperti itu?” Julius Yi juga ikut berdiri dari kursi.
Hari sudah gelap, lampu di luar jendela baru di nyalakan, sangat terang dan menawan.
Clarissa Yuan melihat pemandangan malam yang indah lalu dia tersenyum dan berkata, "Tidakkah kamu merasa semua ini seperti ilusi, dan terasa tidak nyata? Dan juga... selalu membuat orang merasa gelisah."
Clarissa berbalik dan menatapnya, "Aku rasa setiap hari saat aku membuka mata bisa melihatmu, saat makan bisa melihatmu, dan saat tidur bisa melihatmu, bagiku semua itu jauh lebih menarik dari pada pemandangan indah apa pun."
“Benarkah?” Julius Yi memegangi wajah kecilnya dengan kedua tangannya, lalu dia menatapnya sambil tersenyum: “Kamu tidak sedang melantur karena mabuk?”
"Apa, aku hanya minum satu gelas kecil ..."
Julius Yi menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya.
Dia tahu Clarissa tidak mabuk, dan dia juga merasa sangat senang mendengar kata-katanya, dia merasa sangat terharu hingga tidak bisa menahan diri dan ingin menciumnya. Mengabaikan tatapan mata pemain biola dan para pelayan yang berada di samping, dia menciumnya dalam-dalam.
Setelah beberapa saat, dia menggerakkan bibirnya ke telinganya dan berkata dengan lembut: "Aku tidak tahu apa yang akan menungguku di masa depan, mungkin Perusahaan Besar Yi akan benar-benar menghilang dari dunia ini, mungkin aku akan menjadi sangat miskin, sangat miskin hingga demi makan tiga kali sehari aku harus berjuang mati-matian diluar. Mungkin kita akan bertengkar karena beras, minyak, garam dan sedikit pekerjaan rumah tangga, tapi aku berjanji kepadamu, tidak peduli kelak aku akan menjadi seperti apa, orang yang paling aku cintai tetap kamu. Jadi tolong kamu juga berjanji kepadaku, tidak peduli kelak aku akan berubah menjadi seperti apa, selamanya jangan pernah meninggalkan aku? "
Clarissa Yuan mendongak dan menatapnya, "Bolehkah aku meminjam kata-kata yang baru saja kamu katakan, tidak peduli apa pun yang akan terjadi di antara kita, tidak peduli aku akan menjadi seperti apa, kamu jangan pernah meninggalkan aku?"
“Boleh.” Julius Yi mengangguk dan mencium bibirnya lagi.
Dikarenakan takdir telah mengikat mereka, mereka harus menjaga hubungan ini dengan baik, dan selamanya tidak akan berpisah!
Karena bercengkrama hingga larut malam, keesokan paginya ketika Clarissa Yuan bangun hari sudah siang, dia menjulurkan tangan dan menyentuh sisi tempat tidur di sampingnya, ketika dia tidak merasakan Julius Yi , dia langsung membuka kedua matanya.
Dia melirik ke sekeliling kamar, akhirnya dia melihat jam di dinding. Sudah jam sepuluh, Julius Yi mungkin sudah pergi bekerja sejak tadi.
Jelas-jelas hari ini adalah hari Sabtu, tetapi Julius Yi masih harus sibuk dengan pekerjaannya.
Mengingat tengah malam Julius baru tidur, dan pagi ini dia harus bangun pagi-pagi sekali, sesaat Clarissa Yuan merasa sedikit tidak tega.
Dia mengambil ponselnya dari nakas di samping tempat tidur dan menelepon Julius Yi. Tak lama suara lembut Julius Yi terdengar di telinganya: "Sudah bangun?"
"Hmm, apakah kamu bangun pagi-pagi sekali? Aku bahkan tidak tahu sama sekali."
"Lebih kurang jam tujuh, sekarang aku berada di Xili."
"Untuk apa kamu pergi ke Xili ?"
“Tidak apa-apa, aku hanya datang untuk melihat-lihat.” Julius Yi tersenyum dan bertanya: “Bagaimana denganmu, apa yang akan kamu lakukan hari ini?”
"Aku ..." Clarissa Yuan berpikir sejenak: "Aku berencana untuk keluar dan jalan-jalan."
"Hati-hati saat keluar rumah."
"Kamu juga harus jaga diri dan berhati-hati dengan penduduk desa di sana."
“Aku akan jaga diri,” kata Julius Yi .
Setelah menutup telepon, Clarissa Yuan bangun, lalu dia pergi mandi dan berganti pakaian, setelah itu dia keluar untuk sarapan.
Clarissa yang tidak ada kerjaan, menelepon Catherine Yao. Hasilnya dia mendapati, Catherine Yao ikut dengan Ben kembali ke kampung halamannya, setelah itu dia menelepon Evelin, hasilnya dia mendapati Evelin sedang bertugas di rumah sakit.
Setelah menutup telepon, Clarissa Yuan menyadari tempat tinggalnya hanya berjarak satu jalan dari rumah sakit bedah plastik tempat Evelin bekerja. Memikirkan tidak ada tempat yang bisa dia datangi dia memutuskan berjalan ke arah rumah sakit.
Ternyata Evelin memang sedang bertugas, seorang perawat membawanya ke depan pintu kamar pasien dan mengatakan kepadanya Evelin berada di dalam.
Setelah perawat itu pergi, Clarissa Yuan duduk sendirian di kursi di depan pintu kamar pasien dan menunggu Evelin keluar, tapi setelah menunggu dalam waktu yang lama dia tidak melihatnya keluar.
Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor Evelin , tetapi tepat pada saat ini teriakan singa Evelin terdengar dari dalam kamar pasien: "Kamu bahkan berani memukuliku, bajingan, kamu sudah bosan hidup ya?"
Lalu suara buk bak buk bak, dan teriakan Evelin yang aneh terdengar dari dalam.
Clarissa Yuan yang terkejut bergegas bangkit dari kursi dan mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu kamar pasien. Tapi tepat pada saat ini, pintu kamar pasien tiba-tiba dibuka dari dalam. Evelin dan bantal besar didorong keluar dari dalam.
"Bajingan yang tidak tahu balas budi! Kali ini aku ingin memutuskan hubungan denganmu!" Evelin yang habis didorong dan belum berdiri dengan stabil, masih terus memarahinya dengan kesal.
Clarissa Yuan bergegas memapahnya, dengan raut wajah khawatir dia bertanya: "Evelin, kamu tidak apa-apa kan? Apa yang terjadi?"
Sambil mengangkat Evelin, secara naluriah mata Clarissa melirik ke dalam kamar pasien, di dalam kamar pasien, tepat pada saat itu pria yang mengenakan pakaian rumah sakit kebetulan berbalik dengan cepat,dan punggungnya menghadap ke arah pintu.
Novel Terkait
Adieu
Shi QiMy Charming Wife
Diana AndrikaWahai Hati
JavAliusLove and Trouble
Mimi XuAnak Sultan Super
Tristan XuSang Pendosa
DoniMenaklukkan Suami CEO
Red MapleThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)