The True Identity of My Hubby - Bab 199 Rahasia pada dirinya
Dia masih sangat mengharapkan bagian ingatan ini.
Apalagi mimpi itu sudah menyiksanya sangat lama, juga sudah waktunya untuk mendapatkan jawaban.
Tapi Clarissa malah tidak merasa senang, melainkan ada sedikit sedih, dan bertanya : “Ingatan yang lampau apakah sangat penting bagimu?”
“Tentu saja.”
“Mengapa?”
“Karena itu adalah salah satu bagian dari kehidupanku.” Julius menarik napas : “Masih ingat aku yang sering bermimpi buruk? Aku pikir pasti ada hubungan dengan ingatan yang hilang ini.”
“Kalau andaikata……kamu mengingat itu semua, dan juga menyadari ternyata orang yang kamu cintai bukan Gwendolyn juga bukan aku, tapi orang yang kamu lupa? Bagaimana?” tanya Clarissa.
“Bagaimana mungkin?” Julius tidak bisa menahan tawa, mengusap kepalanya : “Kamu tidak tergantikan di dalam hatiku.”
“Lumayan kalau begitu.” Jawab Clarissa puas seraya bangkit dari ranjang, sambil berjalan ke kamar mandi sambil berkata : “Aku mengambil air untuk membersihkan badanmu.”
Dia membawa keluar sebaskom air dari kamar mandi, melihat Julius yang masih berpikir dengan dahi mengkerut, karena itu dia meletakkan baskom dan tangannya menepuk dada Julius : “Sudah cukup, jangan pikir lagi, lagi pula tidak bertemu dengan gadis cantik.”
Selagi bicara, dia mulai membantu Julis melepaskan kancing baju.
Tepat saat ini Julius mengangkat kepala, berhadapan dengannya, lalu berkata : “Menurutmu apa mungkin aku adalah gurumu, kamu adalah murid? Dengan begini maka ada kemungkinan kita di dalam satu kelas.”
Dia tidak sembarang bertanya, karena setiap kali di dalam mimpi, dia bisa mendengar suara panggilan Clarissa yang putus asa dan memanggilnya guru.
Dan kata-kata dia malah membuat Clarissa tiba-tiba termangu, mengangkat kepala dan memandangnya dengan heran.
Guru……
Panggilan ini selalu menjadi satu luka dalam hatinya.
Karena Charlie dulu adalah guru pembimbingnya, tapi dia dan Julius……tidak pernah bertemu sama sekali.
“Ada apa?” tanya Julius tidak paham, dia mendapati gerakan Clarissa yang berhenti membantu menyeka tubuhnya.
“Julius, mengapa kamu bisa berpikir seperti itu?” tanyanya heran.
Julius tertawa : “Bukannya sudah kuceritakan padamu, setiap kali saat aku bermimpi buruk aku bisa mendengar kamu memanggilku guru, tidak salah, itu adalah suaramu, jadi ketika aku bertemu denganmu untuk pertama kalinya aku merasa suaramu tidak asing, lalu meminta Steve memintamu ke dalam mobil."
Clarissa mendadak merasa tidak bisa bernapas.
Sepertinya dia mengabaikan satu hal, Julius pernah operasi plastik, dia tidak pernah tahu Julius yang dulu seperti apa, juga tidak pernah ada yang menyebut ketika dia kabur dari rumah selama tiga tahun itu sebenarnya dia kemana.
Sejak awal, dia merasa dalam diri Julius ada bayangan Charlie, ada lagi kebiasaan sehari-hari yang mirip sekali dengan Charlie, bahkan sampai sakit lambung juga sama.
“Clarissa, kamu membuka bajuku, tapi tidak baik-baik membantuku membersihkan badan, tidak takut aku masuk angin?” tawa Julius.
Clarissa sadar kembali, dengan suara yang nyaris gemetar berkata : “Julius, putar badanmu.”
Julius dengan patuh memutar badannya, agar Clarissa menyeka punggungnya.
Clarissa tidak menyeka punggungnya, tapi pelan-pelan membuka matanya yang terpejam, saat dia melihat satu tahi lalat kecil di pinggang atas Julius, dia hampir menjerit keluar suara.
Dia buru-buru meletakkan tangannya yang terkepal erat di bibirnya, nafasnya terasa semakin berat.
Tahi lalat kecil ini adalah satu-satunya ciri khusus yang dia ingat mengenai Charlie, bahkan nalurinya mulai curiga apakah ini sebuah kebetulan, kalau tidak mengapa di dunia ini bisa ada masalah yang sangat kebetulan?
Pada waktu itu satu pesan pun tidak ditinggalkan dan pergi begitu saja. Charlie selalu aktif di dalam ingatannya, bagaimana mungkin adalah tuan muda pertama Yi yang ada di depannya? Suami dia?
Dan dia yang ceroboh, malah tidak memperhatikan satu tahi lalat kecil di pinggangnya. Karena tidak kepikiran, jadi tidak pernah menaruh perhatian……
“Nyonya Yi, kamu tertidur?” Julius tidak sabar memperingatkan sekali lagi.
“Maaf.” Clarissa mengusap wajahnya yang tanpa sadar mengeluarkan air mata, lalu mulai menyeka badan Julius.
“Ada apa?” Julius mendengar suaranya yang agak sengau, dengan rasa heran memutar badan dan berkata : “Clarissa, kamu menangis?”
“Tidak”.
“Jelas-jelas ada.” Julius menangkap tangan kecilnya yang memegang handuk, tangan satu lagi mengelus wajahnya, dengan jelas merasakan wajahnya yang basah, hingga dia makin cemas : “Clarissa, sebenarnya ada apa denganmu?”
“Aku……hanya tidak tega melihatmu, aku takut kamu kenapa-kenapa.” Tanpa berpikir Clarissa berbohong.
Sekarang dia masih belum berani memastikan seratus persen kalau Julius adalah Charlie, dia perlu mencari lebih banyak bukti lagi, dia harus pergi mencari.
Julius tidak tahu sama sekali apa yang ada dalam hati Clarissa, malah dia tersenyum mendengar kata-katanya, lengannya merangkul Clarissa dalam pelukannya : “Clarissa, bukankah aku sudah berjanji padamu, aku akan baik-baik saja, jangan menangis lagi.”
“Iya.” Clarissa mengangguk tergesa-gesa.
“Kalau begitu……sekarang sudah bisa lanjut membersihkan tubuhku kan?” dia bertanya.
“Iya.” Clarissa lanjut mengangguk, mulai membantu dia membersihkan bagian tubuh lainnya.
Karena terlalu kaget, kedua tangannya masih gemetaran, dengan tidak mudah dia menyelesaikan menyeka badan dan mengenakan pakaian pada Julius.
Tepat saat ini Kak Sarah datang mengantarkan makan malam, setelah Clarissa menyuapi Julius makan malam, dia sendiri juga makan sedikit tanpa selera, setelah itu dia membereskan peralatan makan.
“Nyonya muda, mengapa makannya sedikit?” Kak Sarah berjalan ke arahnya dan merebut untuk membereskan peralatan makan.
“Aku tidak lapar.” Clarissa dengan senyum dibuat-buat berkata : “Kak Sarah, kamu di sini menemani tuan muda pertama sebentar, aku ada urusan ingin keluar sebentar.”
“Ada urusan apa?” tanya Julius.
“Ehm……aku ingin pulang menengok nenek.”
Julius merasa Clarissa ada sedikit janggal, tapi tidak bisa menebak di mana letak kejanggalannya, hanya bisa mengangguk dan berpesan : “Hati-hati di jalan.”
“Julius, kamu istirahat dulu, aku agak malam baru datang menemanimu.” Clarissa dengan sangat perhatian memapahnya ke kepala ranjang untuk bersandar dengan baik, baru dia pergi meninggalkan kamar pasien.
Saat Clarissa bergegas pulang ke rumah, nyonya tua dan Justin sedang makan, melihat dia pulang, nyonya tua segera memanggilnya untuk duduk dan makan bersama.
Clarissa menggeleng, sambil senyum berkata : “Aku sudah makan di rumah sakit, silakan kalian makan pelan-pelan.”
Dia duduk di sofa ruang tamu, menerima segelas air putih dari Kak Vero, seteguk demi seteguk dia minum.
Nyonya tua yang seabis makan berjalan keluar dari ruang makan dan melihat Clarissa yang tidak tenang hatinya, lalu bertanya dengan penuh perhatian : “Clarissa, ada apa? Apakah Julius ada masalah?”
Clarissa bergegas menggeleng : “Bukan, nenek, Julius baik-baik saja.”
“Lalu mengapa raut wajahmu begitu buruk?”
“Mungkin karena beberapa hari ini sangat tertekan.” Clarissa meraba-raba wajahnya sendiri, apakah dia menunjukkannya dengan sangat jelas?
“Besok minta Kak Sarah atau Kak Vero yang pergi menjaga Julius, kamu juga sudah waktunya baik-baik istirahat.”
“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja.” Clarissa juga melihat Justin menyusul keluar dari ruang makan, takut dia naik ke lantai atas atau keluar, dengan cepat menyapa dan berkata : “Justin, aku ingin ngobrol dengan kamu dan nenek, boleh?”
Justin memutar langkahnya, mengangguk dan berjalan ke arah sofa, dan duduk di depan dirinya : “Tentu saja boleh, kamu ingin mengobrol apa?”
“Aku ingin bertanya mengenai Julius masalah saat dia pergi dari rumah.” jawab Clarissa.
“Mengapa tiba-tiba ingin mengobrol tentang ini?” tanya nyonya tua curiga.
“Hanya ingin tahu saja.” Clarissa tersenyum : “Aku ingin tahu pada saat itu di daerah mana Justin menemukan Julius, dan juga dulu Julius bekerja di mana, dan bersama siapa saja.”
Meskipun Justin tidak mengerti mengapa dia mendadak pulang untuk bertanya tentang ini, tapi hal ini juga bukan sebuah rahasia yang tidak boleh diceritakan, lebih lagi tidak perlu disembunyikan darinya. Maka dia mulai bicara : “Pada waktu itu, aku sudah mengutus banyak orang untuk pergi mencari Julius, genap tiga tahun mencarinya, sampai saat aku hampir kehilangan keyakinan, mendadak menerima kabar yang mengatakan Julius berada di universitas F menjadi guru pengganti, dan aku segera menyusul. Tidak disangka benar-benar dia, waktu itu dia bersikeras tidak bersedia ikut aku pulang, sampai biar bagaimanapun dia tidak mau mengatakan alasannya. Apa boleh buat, aku tinggal di situ untuk semalam, hari kedua aku menggunakan obat tidur untuk membuatnya tidur, kemudian dengan paksa memapahnya naik ke mobil, tidak terpikir baru saja masuk ke kota A dia sudah bangun, kami berdua saling bertengkar di dalam mobil, kemudian terjadi kecelakan mobil itu……”
Menceritakan kembali masa lalu ini, Justin masih merasa pedih dan menyesal.
Clarissa malah saat mendengar dia mengatakan Julius berada di universitas F sebagai guru pengganti, sekali lagi dia tertegun.
Guru pengganti universitas F, bukankah Charlie?
Jadi Julius benar-benar adalah Charlie, benar-benar dia!
“Clarissa, kamu kenapa? Sebenarnya apa yang terjadi?” Nyonya tua melihat wajahnya yang semakin pucat, dan mulai kuatir dengannya.
Clarissa malah menoleh, dengan panik menatap nyonya tua dan bertanya : “Nenek, kamu punya foto Julius sebelum operasi plastik? Kalau Justin? Kamu ada?” Dengan cepat sekali dia beralih ke arah Justin.
Justin dan nyonya tua saling berpandangan, nyonya tua menggeleng : “Foto tiga tahun yang lalu sudah aku bereskan semuanya.”
Justin melihat Clarissa yang begitu mendesak ingin melihat foto Julius, lalu berkata : “Foto aku punya satu, yang selalu aku bawa.”
Sambil berkata dia mengambil dompet dari sakunya, dan dari dompet dia menarik keluar selembar foto lalu memberikan pada Clarissa yang di depan.
Clarissa dengan gemetar menerima foto dari tangan Justin, ketika dia melihat wajah yang dia kenal, sudah terkejut sampai tidak bisa terkejut lagi dan dia nyaris pingsan.
Fotonya terlihat sudah lama, seorang kira-kira umur tiga puluhan, wanita yang cantik, sebelahnya memeluk dua anak remaja yang wajahnya sangat mirip. Ketiga orang di dalam foto tersebut tersenyum dengan wajah bahagia, dan meskipun anak remaja ini hanya umur sepuluh tahunan, tapi Clarissa masih bisa sekali lihat itu adalah Charlie.
“Yang ada di foto itu adalah mamaku, yang sebelah kiri Julius, kanan itu aku, foto ini diambil saat aku dan Julius ulang tahun yang ke dua belas.”
Clarissa baru pertama kali melihat ibu kandung Julius dan Justin, cantik alami, muda dan cantik, sekali lihat sudah tahu Julius dan Justin mewarisi gen yang baik darinya.
Sebelah kiri adalah Julius……
Clarissa menatap lekat Julius yang ada di foto, dalam sekejap dia seolah-olah melihat Charlie, melihat adegan dirinya saat pertama kali bertemu.
Saat itu dia tertarik dengan keelokan Julius, dia pikir seumur hidup ini bakalan tidak bisa bertemu dengan wajah ini, tidak disangka bisa melihat sekali lagi di hari ini!
“Terima kasih……” Clarissa tidak rela mengembalikan foto tersebut pada Justin.
“Clarissa, kalau kamu perlu foto ini, boleh kamu bawa.”
“Tidak, tidak perlu.” Clarissa menggeleng, dia tahu arti foto ini bagi Justin, tentu saja dia tidak akan membawanya.
“Kalau ada masalah silakan bicara denganku, aku akan berusaha membantumu.” Siapapun bisa melihat, sekarang dia memiliki beban pikiran.
“Tidak ada apa-apa.” Clarissa menggeleng : “Aku hanya penasaran apa yang terjadi pada Julius, penasaran dulu rupa dia seperti apa. Sekarang sudah tahu, itu sudah cukup.”
Dia tidak ingin mengatakan apapun sekarang, dia perlu mencari satu tempat yang tenang untuk menenangkan diri, berpikir, menghilangkan berita yang sangat mengejutkan orang ini.
Dia beranjak dari sofa, senyum kecil dan berkata : “Baiklah, aku kembali ke rumah sakit menemani Julius. Nenek, Justin kalian istirahatlah.”
“Aku akan mengantarmu.” Justin ikut bangkit berdiri dari sofa.
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Dan Rahasia
JesslynHanya Kamu Hidupku
RenataKamu Baik Banget
Jeselin VelaniTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)