The True Identity of My Hubby - Bab 199 Rahasia pada dirinya

Dia masih sangat mengharapkan bagian ingatan ini.

Apalagi mimpi itu sudah menyiksanya sangat lama, juga sudah waktunya untuk mendapatkan jawaban.

Tapi Clarissa malah tidak merasa senang, melainkan ada sedikit sedih, dan bertanya : “Ingatan yang lampau apakah sangat penting bagimu?”

“Tentu saja.”

“Mengapa?”

“Karena itu adalah salah satu bagian dari kehidupanku.” Julius menarik napas : “Masih ingat aku yang sering bermimpi buruk? Aku pikir pasti ada hubungan dengan ingatan yang hilang ini.”

“Kalau andaikata……kamu mengingat itu semua, dan juga menyadari ternyata orang yang kamu cintai bukan Gwendolyn juga bukan aku, tapi orang yang kamu lupa? Bagaimana?” tanya Clarissa.

“Bagaimana mungkin?” Julius tidak bisa menahan tawa, mengusap kepalanya : “Kamu tidak tergantikan di dalam hatiku.”

“Lumayan kalau begitu.” Jawab Clarissa puas seraya bangkit dari ranjang, sambil berjalan ke kamar mandi sambil berkata : “Aku mengambil air untuk membersihkan badanmu.”

Dia membawa keluar sebaskom air dari kamar mandi, melihat Julius yang masih berpikir dengan dahi mengkerut, karena itu dia meletakkan baskom dan tangannya menepuk dada Julius : “Sudah cukup, jangan pikir lagi, lagi pula tidak bertemu dengan gadis cantik.”

Selagi bicara, dia mulai membantu Julis melepaskan kancing baju.

Tepat saat ini Julius mengangkat kepala, berhadapan dengannya, lalu berkata : “Menurutmu apa mungkin aku adalah gurumu, kamu adalah murid? Dengan begini maka ada kemungkinan kita di dalam satu kelas.”

Dia tidak sembarang bertanya, karena setiap kali di dalam mimpi, dia bisa mendengar suara panggilan Clarissa yang putus asa dan memanggilnya guru.

Dan kata-kata dia malah membuat Clarissa tiba-tiba termangu, mengangkat kepala dan memandangnya dengan heran.

Guru……

Panggilan ini selalu menjadi satu luka dalam hatinya.

Karena Charlie dulu adalah guru pembimbingnya, tapi dia dan Julius……tidak pernah bertemu sama sekali.

“Ada apa?” tanya Julius tidak paham, dia mendapati gerakan Clarissa yang berhenti membantu menyeka tubuhnya.

“Julius, mengapa kamu bisa berpikir seperti itu?” tanyanya heran.

Julius tertawa : “Bukannya sudah kuceritakan padamu, setiap kali saat aku bermimpi buruk aku bisa mendengar kamu memanggilku guru, tidak salah, itu adalah suaramu, jadi ketika aku bertemu denganmu untuk pertama kalinya aku merasa suaramu tidak asing, lalu meminta Steve memintamu ke dalam mobil."

Clarissa mendadak merasa tidak bisa bernapas.

Sepertinya dia mengabaikan satu hal, Julius pernah operasi plastik, dia tidak pernah tahu Julius yang dulu seperti apa, juga tidak pernah ada yang menyebut ketika dia kabur dari rumah selama tiga tahun itu sebenarnya dia kemana.

Sejak awal, dia merasa dalam diri Julius ada bayangan Charlie, ada lagi kebiasaan sehari-hari yang mirip sekali dengan Charlie, bahkan sampai sakit lambung juga sama.

“Clarissa, kamu membuka bajuku, tapi tidak baik-baik membantuku membersihkan badan, tidak takut aku masuk angin?” tawa Julius.

Clarissa sadar kembali, dengan suara yang nyaris gemetar berkata : “Julius, putar badanmu.”

Julius dengan patuh memutar badannya, agar Clarissa menyeka punggungnya.

Clarissa tidak menyeka punggungnya, tapi pelan-pelan membuka matanya yang terpejam, saat dia melihat satu tahi lalat kecil di pinggang atas Julius, dia hampir menjerit keluar suara.

Dia buru-buru meletakkan tangannya yang terkepal erat di bibirnya, nafasnya terasa semakin berat.

Tahi lalat kecil ini adalah satu-satunya ciri khusus yang dia ingat mengenai Charlie, bahkan nalurinya mulai curiga apakah ini sebuah kebetulan, kalau tidak mengapa di dunia ini bisa ada masalah yang sangat kebetulan?

Pada waktu itu satu pesan pun tidak ditinggalkan dan pergi begitu saja. Charlie selalu aktif di dalam ingatannya, bagaimana mungkin adalah tuan muda pertama Yi yang ada di depannya? Suami dia?

Dan dia yang ceroboh, malah tidak memperhatikan satu tahi lalat kecil di pinggangnya. Karena tidak kepikiran, jadi tidak pernah menaruh perhatian……

“Nyonya Yi, kamu tertidur?” Julius tidak sabar memperingatkan sekali lagi.

“Maaf.” Clarissa mengusap wajahnya yang tanpa sadar mengeluarkan air mata, lalu mulai menyeka badan Julius.

“Ada apa?” Julius mendengar suaranya yang agak sengau, dengan rasa heran memutar badan dan berkata : “Clarissa, kamu menangis?”

“Tidak”.

“Jelas-jelas ada.” Julius menangkap tangan kecilnya yang memegang handuk, tangan satu lagi mengelus wajahnya, dengan jelas merasakan wajahnya yang basah, hingga dia makin cemas : “Clarissa, sebenarnya ada apa denganmu?”

“Aku……hanya tidak tega melihatmu, aku takut kamu kenapa-kenapa.” Tanpa berpikir Clarissa berbohong.

Sekarang dia masih belum berani memastikan seratus persen kalau Julius adalah Charlie, dia perlu mencari lebih banyak bukti lagi, dia harus pergi mencari.

Julius tidak tahu sama sekali apa yang ada dalam hati Clarissa, malah dia tersenyum mendengar kata-katanya, lengannya merangkul Clarissa dalam pelukannya : “Clarissa, bukankah aku sudah berjanji padamu, aku akan baik-baik saja, jangan menangis lagi.”

“Iya.” Clarissa mengangguk tergesa-gesa.

“Kalau begitu……sekarang sudah bisa lanjut membersihkan tubuhku kan?” dia bertanya.

“Iya.” Clarissa lanjut mengangguk, mulai membantu dia membersihkan bagian tubuh lainnya.

Karena terlalu kaget, kedua tangannya masih gemetaran, dengan tidak mudah dia menyelesaikan menyeka badan dan mengenakan pakaian pada Julius.

Tepat saat ini Kak Sarah datang mengantarkan makan malam, setelah Clarissa menyuapi Julius makan malam, dia sendiri juga makan sedikit tanpa selera, setelah itu dia membereskan peralatan makan.

“Nyonya muda, mengapa makannya sedikit?” Kak Sarah berjalan ke arahnya dan merebut untuk membereskan peralatan makan.

“Aku tidak lapar.” Clarissa dengan senyum dibuat-buat berkata : “Kak Sarah, kamu di sini menemani tuan muda pertama sebentar, aku ada urusan ingin keluar sebentar.”

“Ada urusan apa?” tanya Julius.

“Ehm……aku ingin pulang menengok nenek.”

Julius merasa Clarissa ada sedikit janggal, tapi tidak bisa menebak di mana letak kejanggalannya, hanya bisa mengangguk dan berpesan : “Hati-hati di jalan.”

“Julius, kamu istirahat dulu, aku agak malam baru datang menemanimu.” Clarissa dengan sangat perhatian memapahnya ke kepala ranjang untuk bersandar dengan baik, baru dia pergi meninggalkan kamar pasien.

Saat Clarissa bergegas pulang ke rumah, nyonya tua dan Justin sedang makan, melihat dia pulang, nyonya tua segera memanggilnya untuk duduk dan makan bersama.

Clarissa menggeleng, sambil senyum berkata : “Aku sudah makan di rumah sakit, silakan kalian makan pelan-pelan.”

Dia duduk di sofa ruang tamu, menerima segelas air putih dari Kak Vero, seteguk demi seteguk dia minum.

Nyonya tua yang seabis makan berjalan keluar dari ruang makan dan melihat Clarissa yang tidak tenang hatinya, lalu bertanya dengan penuh perhatian : “Clarissa, ada apa? Apakah Julius ada masalah?”

Clarissa bergegas menggeleng : “Bukan, nenek, Julius baik-baik saja.”

“Lalu mengapa raut wajahmu begitu buruk?”

“Mungkin karena beberapa hari ini sangat tertekan.” Clarissa meraba-raba wajahnya sendiri, apakah dia menunjukkannya dengan sangat jelas?

“Besok minta Kak Sarah atau Kak Vero yang pergi menjaga Julius, kamu juga sudah waktunya baik-baik istirahat.”

“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja.” Clarissa juga melihat Justin menyusul keluar dari ruang makan, takut dia naik ke lantai atas atau keluar, dengan cepat menyapa dan berkata : “Justin, aku ingin ngobrol dengan kamu dan nenek, boleh?”

Justin memutar langkahnya, mengangguk dan berjalan ke arah sofa, dan duduk di depan dirinya : “Tentu saja boleh, kamu ingin mengobrol apa?”

“Aku ingin bertanya mengenai Julius masalah saat dia pergi dari rumah.” jawab Clarissa.

“Mengapa tiba-tiba ingin mengobrol tentang ini?” tanya nyonya tua curiga.

“Hanya ingin tahu saja.” Clarissa tersenyum : “Aku ingin tahu pada saat itu di daerah mana Justin menemukan Julius, dan juga dulu Julius bekerja di mana, dan bersama siapa saja.”

Meskipun Justin tidak mengerti mengapa dia mendadak pulang untuk bertanya tentang ini, tapi hal ini juga bukan sebuah rahasia yang tidak boleh diceritakan, lebih lagi tidak perlu disembunyikan darinya. Maka dia mulai bicara : “Pada waktu itu, aku sudah mengutus banyak orang untuk pergi mencari Julius, genap tiga tahun mencarinya, sampai saat aku hampir kehilangan keyakinan, mendadak menerima kabar yang mengatakan Julius berada di universitas F menjadi guru pengganti, dan aku segera menyusul. Tidak disangka benar-benar dia, waktu itu dia bersikeras tidak bersedia ikut aku pulang, sampai biar bagaimanapun dia tidak mau mengatakan alasannya. Apa boleh buat, aku tinggal di situ untuk semalam, hari kedua aku menggunakan obat tidur untuk membuatnya tidur, kemudian dengan paksa memapahnya naik ke mobil, tidak terpikir baru saja masuk ke kota A dia sudah bangun, kami berdua saling bertengkar di dalam mobil, kemudian terjadi kecelakan mobil itu……”

Menceritakan kembali masa lalu ini, Justin masih merasa pedih dan menyesal.

Clarissa malah saat mendengar dia mengatakan Julius berada di universitas F sebagai guru pengganti, sekali lagi dia tertegun.

Guru pengganti universitas F, bukankah Charlie?

Jadi Julius benar-benar adalah Charlie, benar-benar dia!

“Clarissa, kamu kenapa? Sebenarnya apa yang terjadi?” Nyonya tua melihat wajahnya yang semakin pucat, dan mulai kuatir dengannya.

Clarissa malah menoleh, dengan panik menatap nyonya tua dan bertanya : “Nenek, kamu punya foto Julius sebelum operasi plastik? Kalau Justin? Kamu ada?” Dengan cepat sekali dia beralih ke arah Justin.

Justin dan nyonya tua saling berpandangan, nyonya tua menggeleng : “Foto tiga tahun yang lalu sudah aku bereskan semuanya.”

Justin melihat Clarissa yang begitu mendesak ingin melihat foto Julius, lalu berkata : “Foto aku punya satu, yang selalu aku bawa.”

Sambil berkata dia mengambil dompet dari sakunya, dan dari dompet dia menarik keluar selembar foto lalu memberikan pada Clarissa yang di depan.

Clarissa dengan gemetar menerima foto dari tangan Justin, ketika dia melihat wajah yang dia kenal, sudah terkejut sampai tidak bisa terkejut lagi dan dia nyaris pingsan.

Fotonya terlihat sudah lama, seorang kira-kira umur tiga puluhan, wanita yang cantik, sebelahnya memeluk dua anak remaja yang wajahnya sangat mirip. Ketiga orang di dalam foto tersebut tersenyum dengan wajah bahagia, dan meskipun anak remaja ini hanya umur sepuluh tahunan, tapi Clarissa masih bisa sekali lihat itu adalah Charlie.

“Yang ada di foto itu adalah mamaku, yang sebelah kiri Julius, kanan itu aku, foto ini diambil saat aku dan Julius ulang tahun yang ke dua belas.”

Clarissa baru pertama kali melihat ibu kandung Julius dan Justin, cantik alami, muda dan cantik, sekali lihat sudah tahu Julius dan Justin mewarisi gen yang baik darinya.

Sebelah kiri adalah Julius……

Clarissa menatap lekat Julius yang ada di foto, dalam sekejap dia seolah-olah melihat Charlie, melihat adegan dirinya saat pertama kali bertemu.

Saat itu dia tertarik dengan keelokan Julius, dia pikir seumur hidup ini bakalan tidak bisa bertemu dengan wajah ini, tidak disangka bisa melihat sekali lagi di hari ini!

“Terima kasih……” Clarissa tidak rela mengembalikan foto tersebut pada Justin.

“Clarissa, kalau kamu perlu foto ini, boleh kamu bawa.”

“Tidak, tidak perlu.” Clarissa menggeleng, dia tahu arti foto ini bagi Justin, tentu saja dia tidak akan membawanya.

“Kalau ada masalah silakan bicara denganku, aku akan berusaha membantumu.” Siapapun bisa melihat, sekarang dia memiliki beban pikiran.

“Tidak ada apa-apa.” Clarissa menggeleng : “Aku hanya penasaran apa yang terjadi pada Julius, penasaran dulu rupa dia seperti apa. Sekarang sudah tahu, itu sudah cukup.”

Dia tidak ingin mengatakan apapun sekarang, dia perlu mencari satu tempat yang tenang untuk menenangkan diri, berpikir, menghilangkan berita yang sangat mengejutkan orang ini.

Dia beranjak dari sofa, senyum kecil dan berkata : “Baiklah, aku kembali ke rumah sakit menemani Julius. Nenek, Justin kalian istirahatlah.”

“Aku akan mengantarmu.” Justin ikut bangkit berdiri dari sofa.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu