The True Identity of My Hubby - Bab 238 Kegilaan saat mabuk
Ketika Clarissa Yuan kembali ke vila Frans Tsu , Frans Tsu masih belum tidur.
Langkah kakinya berhenti dan dia menatapnya sambil bertanya, "Kenapa sudah selarut ini kamu masih belum tidur? Kamu tidak sedang menungguku kan?"
Frans Tsu menggelengkan kepalanya dan menyangkal: "Tidak, aku terbiasa tidur larut."
Biasanya jam segini dia sudah tertidur, dan dia sudah pulang ke rumah sejak tadi. Dia bilang dia tidak sedang menunggunya? Clarissa benar-benar tidak percaya.
Clarissa Yuan merasa sedikit bersalah, dia menaikan kerah bajunya, karena disana ada jejak yang ditinggal Julius Yi kepadanya, dia khawatir Frans Tsu melihatnya. Bagaimanapun, ketika dia keluar, dia sudah berjanji dia tidak akan melakukan apa-apa dengan Julius Yi, tetapi pada akhirnya, semuanya terjadi.
"Kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu," Clarissa Yuan bergegas berkata kepadanya.
Tiba-tiba Frans Tsu bertanya, "Kamus sudah mengantarnya pulang?"
"Hmm, aku khawatir orang lain akan salah paham, jadi aku mengantarnya ke apartemennya."
"Jadi, tadi kalian hanya berdua saja?"
Clarissa Yuan terdiam dan menatapnya tanpa bisa berkata apa-apa.
Frans Tsu tahu dirinya mengajukan pertanyaan seperti ini sedikit keterlaluan, oleh karena itu dia bergegas menambahkan: "Maaf, aku hanya tidak ingin Gwendolyn hidup terlalu tragis."
Alasan ini bukan alasan yang dibuat-buat.
Gwendolyn adalah adik perempuannya, dikarenakan dia sudah menikah, tentu saja dia berharap adiknya bisa memiliki kehidupan yang baik dan bukannya kembali ke rumah orang tuanya sambil menangis seperti hari ini. Tapi ini hanya sebagian dari alasannya, alasannya yang lain tanpa perlu dia perjelas Clarissa juga tahu, mereka berdua tahu sama tahu.
"Aku paham dengan perasaanmu, aku terlalu gegabah, seharusnya aku yang minta maaf."
"Bagus kalau sudah pulang, cepat pergi tidur."
Clarissa Yuan mengangguk, lalu dia berbalik dan naik ke atas.
*****
Setelah berpikir semalaman, Gwendolyn Tsu semakin merasa perasaan Clarissa Yuan terhadap Liam dan Natasia yang sangat mendalam terlihat sedikit tidak masuk akal. Terutama saat kejadian kemarin pagi, demi mencari anak-anak dia menangis hingga wajahnya penuh dengan air mata, seperti film yang berputar, kejadian itu terus berputar di dalam benaknya.
Dia bahkan ingat saat Clarissa Yuan meneriakkan 'anak-anakku' dengan sangat putus asa. Jika bukan terhadap anak kandung, siapa yang akan menangis hingga seperti itu?
Liam dan Natasia adalah anak Clarissa Yuan ? Hal ini langsung membuatnya bergidik dan tidak percaya.
Meskipun dia tidak tahu dari mana Frans Tsu mendapatkan dua bayi kecil itu, dan tidak peduli bagaimana pun dia menghubungkan pemikiran ini dia tidak bisa menghubungkannya dengan Clarissa Yuan .
Adakah di dunia ini ada kebetulan semacam ini? Dia benar-benar tidak bisa mempercayainya!
Sambil menyimpan kecurigaan ini di dalam hatinya, dia kembali ke Kediaman Tsu dan bahkan menyapa Frans Tsu duluan.
Frans Tsu meliriknya dengan acuh tak acuh, "Kenapa? Tidak membenciku lagi?"
“Kakak, kamu bukannya tidak tahu temperamenku, mana mungkin aku membencimu.” Gwendolyn Tsu berdiri di sampingnya sambil menyanjungnya: “Kakak, kemarin aku terlalu marah, sehingga aku mengucapkan kata-kata itu, bisakah kamu maafkan aku."
"Maafkanmu boleh-boleh saja, tapi kelak kamu tidak boleh keras kepala seperti itu lagi."
“Aku berjanji.” Gwendolyn Tsu mengangguk sambil tersenyum.
Setelah diam sejenak, Gwendolyn Tsu tiba-tiba bertanya: "Oh ya, kakak, bisakah aku menanyakan sesuatu kepadamu?"
“Tanya apa?” Frans Tsu menunduk melihat koran di tangannya.
"Dulu dari mana kamu mendapatkan Liam dan Natasia?"
"Untuk apa kamu menanyakan hal ini?"
"Aku hanya ingin tahu." Gwendolyn Tsu menggandeng lengan Frans lalu mengguncangnya: "Beritahukan kepadaku, aku benar-benar ingin tahu."
"Dari rumah sakit di Kota Y ."
"Kota Y? Kalau begitu apakah kamu tahu siapa orang tuanya?" Gwendolyn Tsu melanjutkan bertanya. Dia hanya tahu dulu Clarissa Yuan kuliah di Kota F, dan Justin juga menemukan Julius di Kota F.
"Aku tidak tahu, aku hanya bertemu dengan perantara."
"Lalu ... apakah kamu tahu siapa perantaranya?"
Frans Tsu yang terus ditanya olehnya akhirnya mengangkat kepalanya, lalu dia menatapnya dengan bingung dan bertanya, "Gwendolyn , apa yang ingin kamu lakukan?"
"Aku ... oh, aku hanya ingin belajar darimu, mengadopsi seorang anak."
"Apakah kamu ingin mengikat Julius Yi dengan anak yang kamu adopsi?"
“Hmm, bisa dikatakan seperti itu.” Gwendolyn Tsu mengangguk dengan acuh tak acuh, lalu dia kembali bertanya: “Apakah kamu masih berhubungan dengan perantara itu?”
"Sudah tidak." Frans Tsu menatapnya dan membujuknya: "Gwendolyn, tidak ada gunanya kamu melakukan ini. Julius Yi bukan orang yang penurut, bisakah kamu jangan senaif ini?"
“Kakak, kamu jangan mengatai aku lagi, aku hanya bercanda.” karena tidak mendapatkan informasi yang berguna dari mulut Frans Tsu , Gwendolyn Tsu menggerakkan kursi rodanya dan berjalan keluar.
"Oh ya, Gwendolyn," Frans Tsu menghentikannya dan berkata kepadanya: "Kelak kalau kamu merasa tidak nyaman tinggal di Kediaman Yi, pulanglah lebih sering dan temani ayah dan ibu."
“Aku mengerti.” Gwendolyn Tsu masih menjawab dengan acuh tak acuh.
Sebagai gantinya, dia datang ke ruang bermain Liam dan Natasia, dia menghentikan kursi rodanya di depan pintu dan melihat anak-anak itu bermain.
Saat melihatnya, Natasia berseru dengan gembira: "Bibi, apakah bibi datang ke sini untuk bermain bersama kami?"
Gwendolyn Tsu tersenyum lalu mengangguk, “Benar, bibi sudah lama tidak menemani kalian bermain.” Dia menggerakkan kursi rodanya ke dalam, lalu dia memanggil dua bocah itu: “Sini, biarkan bibi melihat kalian.”
Dengan patuh Liam dan Natasia meletakkan mainan mereka lalu berjalan menghampirinya dan berdiri di depannya, sambil tersenyum mereka membiarkan Gwendolyn Tsu melihat mereka.
Untuk pertama kalinya, Gwendolyn Tsu menatap kedua anak itu dengan sangat serius, dulu dia belum pernah melihat mereka dengan baik-baik, dulu ketika dia mendengar ide Frans Tsu untuk mengadopsi anak, dia merasa Frans Tsu pasti sudah gila.
Saat ini, semakin dia lihat dia semakin merasa Natasia terlihat mirip dengan Clarissa Yuan , dan Liam juga terlihat mirip dengan Julius Yi .
Gwendolyn Tsu menggelengkan kepalanya dengan pelan, dalam hati dia berpikir dirinya terlalu berprasangka, sehingga dia merasa anak-anak ini mirip dengan mereka berdua. Sebelumnya Julius Yi dan Clarissa Yuan tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin mereka memiliki anak bersama? Ataukah... dulu mereka pernah bersama?
Dia langsung merasa cemas, sewaktu Julius Yi kabur dari rumah beberapa tahun yang lalu adalah waktu yang sama ketika Clarissa Yuan sedang berkuliah di Kota F. Waktunya sangat pas. Sepertinya dia harus mencari tahu apa yang Julius lakukan saat dia menghilang selama tiga tahun di Kota F?
Tentu saja, cara yang paling cepat adalah ...
Dia mengelus kuncir rambut Natasia, dia mengelusnya beberapa kali lalu di sela-sela jarinya tertinggal beberapa helai rambut yang lembut, Natasia bahkan tidak merasa sakit. Setelah mencapai tujuannya raut wajahnya terhadap anak-anak itu juga berubah menjadi acuh tak acuh: "Sudah, kalian kembalilah bermain."
Setiap dia teringat kedua bocah kecil ini mungkin merupakan anak-anak Clarissa Yuan dan Julius Yi , dia jadi tidak ingin melihat mereka.
Liam dan Natasia sudah lama terbiasa sikap Gwendolyn Tsu yang angin-anginan, dan mereka juga tidak peduli. Mereka kembali bermain dengan gembira.
****
Siang hari, ponsel Clarissa Yuan berdering, dia yang sedang mencari buku gambar anak-anak di internet, langsung mengangkat telepon tanpa melihat nomor telepon penelepon. Saat dia mendengar suara Julius Yi, dia baru tertegun.
“Kamu sedang apa?” suara Julius Yi yang tenang membuat dirinya kaget, mereka seakan-akan masih merupakan pasangan suami istri yang hubungannya sangat baik sehingga baru berpisah satu hari saja harus membuat panggilan yang tak terhitung jumlahnya untuk mengganggu pasangannya.
Dan dari nada bicaranya terdengar dia sedikit kelelahan dan baru bangun tidur, jelas sekali tadi malam dia sangat mabuk, jadi dia baru bangun sesiang ini.
Hanya saja nada bicara Julius ini membuatnya kesulitan untuk menahannya? Apakah dia ingin mencoba mendekatinya?
“Ada apa lagi denganmu?”Clarissa Yuan sengaja berbicara dengan dingin.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuanmu tadi malam, dan juga tadi malam aku terlalu kasar, tidak tahu apakah aku menyakitimu atau tidak."
Wajah Clarissa Yuan memerah, dia berpura-pura tidak mengerti: "Apa yang sedang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti."
"Apakah kamu ingin memberitahuku tadi malam bukan kamu yang mengantarku kembali ke apartemen dan orang yang bersenggama denganku juga bukan kamu?"
“Julius Yi, mimpi basah?” Wajah Clarissa Yuan semakin memerah.
"Tadi aku juga mengira aku mimpi basah, tetapi dengan cepat aku mengingat semua kejadian tadi malam. Aku tidak seperti kamu yang begitu mabuk bahkan tidak tahu apakah kamu telah bersenggama dengan orang lain atau tidak." Julius mengejeknya sambil tersenyum: "Tidak tahu apa yang kamu lakukan semalam cukup untuk membuktikan kamu masih mencintaiku?"
“Julius Yi , kamu benar-benar mesum!”Clarissa Yuan merasa panik dan tidak berdaya, disaat yang sama dia mulai khawatir, seharusnya tadi malam dia tidak mengurusi hidup dan matinya Julius, seharusnya dia tidak mengantarnya pulang sendiri, sekarang Julius menemukan kelemahannya lagi .
Dia berteriak dengan marah, "Dikarenakan kamu bilang kamu ingat dengan semua kejadian tadi malam, seharusnya kamu ingat bagaimana kamu memaksaku, dan bagaimana aku melawan, aku sama sekali tidak ingin bersenggama denganmu. Kamu yang memaksaku dan menindihku! "
“Dikarenakan kamu bilang aku memaksamu, kenapa kamu tidak memilih melaporkanku kepada polisi dan membiarkan polisi menangkapku?” Julius Yi mencibir: “Aku adalah orang mabuk yang bahkan tidak bisa berjalan, kalau kamu benar-benar ingin melawan, apakah kamu tidak bisa melarikan diri dan pergi keluar? "
Tak disangka Julius menyadari hal ini, Clarissa Yuan tiba-tiba memiliki keinginan untuk menabrakkan dirinya ke dinding.
Tadi malam karena tergoda olehnya, di akhir dia memang setengah menolak dan setengah bersedia, dia dan dirinya sama-sama menginginkan satu sama lain.
“Tunggu!” Julius Yi menghentikannya.
"Apa lagi yang kamu inginkan?"
"Aku ingin makan siang bersamamu."
"Maaf, aku sudah ada janji untuk makan makanan barat bersama Frans Tsu."
"Batalkan, kalau tidak aku akan menyebarkan apa yang terjadi tadi malam."
“Kamu ... Julius Yi, otakmu sakit ya!” selesai memakinya, Clarissa Yuan bergegas menutup teleponnya, lalu dia mengnonaktifkan ponselnya.
Dia tidak percaya Julius akan menyebarkan apa yang terjadi tadi malam, kecuali jika dia tidak punya malu lagi.
Tapi, Julius Yi sudah semakin tidak percaya kepadanya, dan dia berubah menjadi semakin kurang ajar, tak disangka dia meneleponnya dan mengajaknya makan siang bersamanya, Kelihatannya dia sudah bertekad untuk berulah dengannya.
Bagaimana ini? Bagaimana kalau dia tahu kebenarannya?
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaPejuang Hati
Marry SuInventing A Millionaire
EdisonWaiting For Love
SnowMenunggumu Kembali
NovanKembali Dari Kematian
Yeon KyeongCinta Yang Terlarang
MinnieThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)