The True Identity of My Hubby - Bab 119 Hal di luar perkiraan

Namun Julius bersedia datang, dia sudah sangat senang.

Hanya saja, kesenangan di dalam hati yang baru saja dirasakan langsung dihancurkan oleh Julius......

"Aku pikir kamu semalam sudah keluar dari rumah sakit, baru saja berencana mengunjungimu setelah makan siang, tidak disangka kita malah bertemu di rumah sakit."

"Kalau begitu kamu datang ke rumah sakit......."

"Clarissa terkena flu, aku menemani dia kesini untuk membeli obat." Julius baru saja selesai berbicara, Clarissa pun berjalan keluar dari ruang pemeriksaan.

Julius melihat Clarissa yang ekspresinya buruk, tapi tubuh lumayan segar, di matanya terlihat kekagetan.

Semalam dia jelas-jelas melihat dia sambil menangis berlari keluar villa, kenapa........

Melihat Gwendolyn Tsu, Clarissa juga kaget, dia mengamati Gwendolyn dan bertanya: "Gwendolyn, kamu masih di rumah sakit? Lukamu sudah lebih baik?"

"Sudah membaik banyak." Gwendolyn tertawa kering.

Julius mengulurkan tangan, Clarissa pun langsung menggandengnya.

"Apa kata dokter? Bayi baik-baik saja?" Julius bertanya lembut.

Clarissa mengangguk sambil tertawa berseri-seri: "Dokter bilang bayi sangat baik, dan membukakan resep obat tanpa efek samping untukku."

Melihat tangan mereka yang tergandeng, Gwendolyn merasa dia tidak bisa tetap disini lagi, setelah dia sambil tersenyum di permukaan sambil menanyakan keadaan Clarissa, dia pun berkata kepada Julius: "Julius, aku dan kakakku berencana pulang hari ini, apakah kalian mau pulang bersama?"

Julius berpaling ke Clarissa dan bertanya sambil tersenyum: "Clarissa, kapan kamu ingin pulang?"

"Pemandangan disini lumayan bagus, aku ingin disini beberapa hari lagi baru pulang." Clarissa tertawa berseri-seri.

"Baiklah, kalau begitu beberapa hari lagi baru pulang."

Gwendolyn menggertakkan giginya, terus mempertahankan senyumnya: "Kalau begitu kita pulang duluan, kalian bermainlah dengan senang."

Kemudian, Gwendolyn berbalik dan berjalan ke arah pintu rumah sakit.

Sepertinya sia-sia dia ke rumah sakit kali ini, juga sia-sia terluka, bahkan sia-sia mengeluarkan uang hampir 200 juta untuk membeli paket liburan ini.

Di jalan pulang ke villa, Julius tersenyum bertanya: "Kemarin bukannya ribut mau pulang? Kenapa hari ini jadi tidak ingin pulang?"

Clarissa mendengus: "Dua hari pertama itu bukan liburan, itu siksaan." Kemudian, Clarissa merangkul tangan Julius dengan erat, tertawa: "Aku rasa hari ini baru benar-benar sedang berlibur."

Benar, kemarin dia memang sangat ingin mengakhiri liburan ini, lebih baik pulang ke Villa West Town yang kosong dan diam disana, juga tidak mau tetap disini melihat kenangan Julius dan Gwendolyn.

Setelah mereka saling menyampaikan perasaan mereka kemarin malam, dia baru tiba-tiba merasa liburan seperti ini lumayan bagus, dia lumayan suka.

"Kamu terkena flu, tidak merasa tidak enak badan?" Julius bertanya sambil tersenyum.

Jelas-jelas demam begitu tinggi, namun masih begitu segar, mungkin hanya Clarissa yang bisa seperti ini.

"Ada kamu yang menemani disisiku, aku pun tidak merasa tidak enak badan." kata Clarissa.

Sesampainya di villa, Clarissa pun dipaksa istirahat di kasur, bahkan makan siangnya juga diantar dari restoran.

Makan siangnya adalah steak kecil, Clarissa baru saja makan sesuap langsung mual dan muntah-muntah, bahkan obat yang sebelumnya dia makan juga dimuntahkan bersamaan.

Julius ikut masuk ke kamar mandi, menepuk punggung Clarissa dan bertanya: "Kamu baik-baik saja?"

"Masih oke...." Clarissa berkumur, menghela nafas panjang.

Julius menopangnya kembali ke kasur, berkata: "Tidak bisa makan jangan makan lagi, istirahat dulu sejenak, aku suruh restoran mengantarkan sedikit bubur untukmu."

"Baik." Clarissa mengambil gelas dan minum seteguk, bersandar lemah di dinding kasur, semangatnya langsung hilang.

Clarissa sejenak lupa mengenai penglihatan Julius, dia membuka mata dan berkata: "Tolong ambilkan obatku yang ada di atas meja, botol warna merah."

Kemudian, hal yang menakjubkan terjadi.

Dia melihat setelah Julius mengiyakan, Julius berbalik badan dan berjalan langsung ke meja, membungkuk dan mengambil botol obat berwarna merah, kemudian berbalik dan kembali ke depannya.

Clarissa mengamati Julius, seperti melihat sebuah makhluk aneh.

Tangan Julius yang menggenggam botol obat itu pun mengerat, langsung tertawa dengan ekspresi polis: "Kenapa? Aku salah ambil?"

Clarissa duduk tegak, mengangkat tangan dan melambaikannya di depan mata Julius, tidak ada reaksi!

Tapi kenapa......?

"Kamu kenapa bisa tahu botol obat ditaruh dimana? Terlebih lagi tahu yang mana yang berwarna merah?" Clarissa mengamati Julius dengan mata curiga, menanyakan pertanyaan di dalam hatinya.

Julius malah terlihat sangat tenang, berkata: "Tadi ketika pulang kamu bukannya menaruh obat di meja kecil? Sudah tinggal disini selama 3 hari, aku sudah tidak asing dengan sudut-sudut disini. Sedangkan ini, aku asal ambil, tidak tahu apakah benar atau tidak." Julius menggoyangkan botol obat di tangannya.

Benar seperti itu? Clarissa tetap tidak muda percaya.

Dia tahu Julius pintar, kemampuannya beradaptasi di lingkungan baru sangat tinggi, tapi ini sudah terlalu hebat?

"Sepertinya aku ambil benar." Julius tersenyum dan membuka tutup botol obat, dengan hati-hati menuangkan 3 butir obat dan menyerahkannya kepada Clarissa: "Cepat makan."

Clarissa mengambil obat, meneguk air hangat, kemudian menyerahkan gelas ke Julius.

Tapi, Julius tidak mengambil gelas tersebut.

Clarissa pun meletakkan gelas ke meja di samping kasur.

Dia menggoyangkan kepalanya, berpikir Julius mana mungkin bisa melihat? Terlebih lagi juga tidak ada keperluan untuk membohonginya.

Setelah makan obat dan bubur, serta tidur satu sorean, demam Clarissa pun turun, juga tidak begitu tidak enak badan lagi.

Malamnya mereka pergi ke festival musik bersama, makan snack malam, waktu pun berlalu, tidak bermain apa-apa, tapi Clarissa tetap merasa sangat senang.

Dibandingkan dua hari yang lalu pergi melihat Lovers' Island, Desa Nongjia lebih gembira.

Keesokan paginya, flu Clarissa sudah sembuh, namun dia tetap terbaring di kasur dan tidak mau bangun.

Julius meletakkan tangannya di kening Clarissa, tersenyum ringan dan berkata: "Bagus, demam sudah turun, kepalamu masih pusing?"

"Pusing." Clarissa menjawab: "Tidak hanya pusing, seluruh tubuhku sakit juga mual, pokoknya seluruh tubuhku terasa tidak enak."

"Kenapa separah ini?" ekspresi Julius serius.

"Aku juga tidak tahu," Clarissa menahan tawa.

Dia suka melihat wajah Julius yang serius karena khawatir dengannya.

Julius otomatis bisa mendengar kenakalan di suara Clarissa, menghela nafas lega dan berkata: "Kelihatannya tidak bisa hanya makan obat, cepat pergi ke rumah sakit, rawat inap."

"Tidak mau."

"Mana bisa begitu, keadaanmu akan semakin parah."

"Sebenarnya asalkan kamu menghiburku dengan sepenuh hati, aku akan langsung sehat."

"Menghibur bagaimana?" Julius bingung.

"Temani aku mengobrol, menghiburku makan obat, menghiburku banyak minum air hangat, kemudian pinjamkan bahumu untuk jadi sandaranku." kata Clarissa.

Dari kemarin, dia terus melakukan hal ini, Clarissa sangat merindukan dan juga menyukai perasaan seperti ini, tadi ketika dia baru bangun, dia bahkan sedikit berharap flu nya jangan begitu cepat sembuh.

Jarang-jarang bisa bersama dengannya seharian, jarang-jarang melihat dia begitu perhatian dan lembut, tentu saja ada perasaan tidak rela di hati Clarissa.

"Hanya demi ini?" Julius sedikit kaget.

Clarissa mengangguk.

Benar-benar perempuan yang simpel, Julius tertawa, setelah duduk di tepi kasur, dia pun menarik Clarissa ke pelukannya.

Bersandar di bahunya, Clarissa pun ikut tersenyum gembira.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu