The True Identity of My Hubby - Bab 165 Hidup dalam Ketakutan

Yuliana memang bertanya seperti itu, hanya saja telinganya sama sekali tidak mendengar jawabannya, jari jempol terus mengetik tanggal lahir Vicvin di layar, tak disangka kunci terbuka begitu saja.

Saat Vicvin masih sedang membanggakan handphone-nya itu, dia membuka riwayat panggilan di handphonenya, benar saja, terlihat nomor Gwendolyn disana.

Penemuan itu membuatnya terkejut, ternyata memang sama seperti yang dia duga, semua ini ulah Gwendolyn Tsu?

Dia segera membuka kotak pesan terkirim, terlihat sebuah pesan yang baru saja terkirim, bertuliskan : Nona Tsu, kapan sisa uangnya dikirim untukku?

“Yuliana, kamu kenapa?” Melihatnya terbengong menatap layar handphone, Vicvin memiliki firasat buruk, segera menjulurkan tangan merebut kembali handphonenya.

Yuliana malah merebut handphone itu, mengarahkan layar ke depan Vicvin, sambil bertanya dengan dingin: “Bagaimana kamu bisa mengenal Gwendolyn?”

Vicvin tercengang, kehabisan kata-kata dalam seketika.

Kini dia baru mengerti, ternyata Yuliana mengajaknya keluar memang demi sebuah tujuan, bagaimana ini? Ketahuan olehnya…

Di tengah suasana panik, Vicvin segera menjelaskan: “Aku…..dia hanya teman dari salah satu pelangganku, pernah makan bersama satu kali. Aku merasa dia memiliki reputasi yang besar, mungkin saja bisa mendatangkan banyak pelanggan untukku, makanya terus mempertahankan komunikasi.”

“Lalu kenapa dia harus mengirimimu uang?” Yuliana terus mendesaknya dengan berbagai pertanyaan.

Vicvin mulai merasa gelisah, berhadapan dengan bukti di depan mata, dia pun tidak mampu menjelaskan apapun, terpaksa memilih diam.

Yuliana mengembalikan handphone itu dengan kesal, melihatnya sambil tersenyum dingin: “Semua pakaian mewah dan bermerek yang kamu pakai sekarang, termasuk kalung itu, pasti pemberian Gwendolyn kan?”

“Bukan……”

“Kamu masih berani mengatakan bukan?” Yuliana emosi hingga ingin sekali menggigitnya sampai mati, tetapi dia tidak mungkin melakukannya, hanya bisa berkata sambil menggigit gigi sendiri: “Kamu membohongiku dengan mengatakan cincin Clarissa diberikan oleh Juwono, kamu membohongiku soal melihat Juwono dan Clarissa berpelukan di rumah sakit, semua ini diajarkan Gwendolyn padamu, benar?”

“……”

Melihat Vicvin tidak berbicara, Yuliana lanjut meneriakinya: “Demi uang, kamu mengarang semua cerita ini? Apakah kamu tidak takut menerima karmanya?”

Terdiam cukup lama, akhirnya Vicvin berkata dengan rasa bersalah: “Maafkan aku Yuliana, aku melakukan semua sesuai yang diajarkan Gwendolyn, aku kira dia hanya ingin membuat kamu berantem dan adu mulut dengan Clarissa, tidak menyangka hatinya begitu kejam, hingga hampir merenggut nyawa Clarissa. Aku juga tidak menyangka kamu akan begitu marah, terjebak olehnya dan langsung menabrak Clarissa hingga keguguran.”

“Sial! Tahukah kamu seberapa parah kamu telah mencelakaiku?” Yuliana berteriak tanpa menjaga perasaannya lagi, marah hingga air mata hampir menetes.

Semenjak Clarissa mengalami kecelakaan, dia tidak pernah tidur tenang satu malam pun, juga tidak berani keluar dari rumah Keluarga Yi sesuka hati, bahkan saat makan di hari-hari biasa pun tidak berani makan terlalu leluasa. Setiap kali bertemu Clarissa, dia bagai tikus yang bertemu kucing, takut sekali perempuan itu akan membalas dendam pada dirinya.

Dengan tekanan batin seperti itu, setiap hari dia hidup dalam ketakutan, hari-hari terasa amat panjang, dia bahkan tidak tahu kapan semua itu akan berakhir.

Kini, setelah tahu kenyataan di balik semua, beban dalam hatinya bertambah selapis, bertambah rasa bersalah pada Clarissa.

Dia memang tidak menyukai Clarissa, tetapi sama sekali tidak berpikir membuatnya seperti itu. Kehilangan anak dan tidak bisa mengandung seumur hidup, pantas saja setiap kali bertemunya Clarissa seperti kucing yang bertemu tikus, ingin sekali menyerang dan mengoyak-ngoyak badannya.

Setelah keluar dari kafe, Yuliana berjalan sendiri di tepi jalan, berjalan selama berjam-jam.

Saat berjalan melewati toko keperluan bayi, dia mendengar suara promotor di depan toko, langsung menyampingkan badan, berjalan memasukinya.

Banyak sekali model-model pakaian kecil di dalam, semuanya terlihat sangat menggemaskan, Yuliana pun tidak tahan untuk membeli beberapa helai.

Saat pulang ke rumah, kebetulan bertemu Gloria yang sedang turun tangga dengan terburu-buru.

“Bu, kenapa Ibu buru-buru sekali, mau kemana?” Yuliana melihatnya sambil bertanya.

“Aku ada janji dengan Pengacara Fang.” Gloria turun secepat angin, secara tidak sengaja menabrak kantong belanjaan yang sedang ditenteng Yuliana hingga terjatuh.

“Yahh! Barang-barangku.” Yuliana mengeluh dengan suara kecil.

“Melihatku turun saja tidak bisa menghindar, dasar kamu ini.” Melihat dia tidak terluka, Gloria pun merasa lebih tenang, langsung membungkukkan badan membantu memungut pakaian kecil di lantai.

Melihat baju-baju warna merah muda yang berserakan di lantai, Yuliana segera melambaikan tangan: “Bu, tidak perlu, biar aku saja.”

Tetapi, sudah terlambat.

Gloria sudah memungut beberapa helai pakaian berwarna merah muda dan kuning di lantai, tentu tahu itu pakaian untuk bayi perempuan, langsung melihatnya sambil bertanya: “Untuk apa kamu membeli begitu banyak pakaian bayi perempuan?”

“Aku……” Yuliana membisu dalam seketika, tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Wajah Gloria menjadi kaku dalam sekejap, menundukkan kepala melihat perut Yuliana sembari berkata: “Yang ada di dalam perutmu bukan bayi laki-laki?”

Otak Yuliana berputar cepat, bingung harus berkata seperti apa agar Gloria tidak curiga, beberapa saat kemudian pun berkata: “Ini untuk temanku, bulan depan dia lahiran. Bu, jangan lihat semua pakaian ini bermerek, sesungguhnya tidak terlalu mahal, tidak menghabiskan banyak uang kok.”

Gloria masih terus mengamati raut wajahnya, kelihatan jelas rasa curiga itu belum hilang sepenuhnya.

“Sekalipun tidak mahal, kamu juga tidak perlu membeli sebanyak ini, apa tidak terlalu boros.” Gloria langsung melemparkan baju-baju itu padanya, berjalan ke arah pintu.

Setelah Gloria pergi, Yuliana baru berani menghela nafas dengan lega.

Untung saja Gloria terburu-buru keluar sehingga tidak banyak bertanya, jika tidak, sungguh tidak tahu harus menjawab seperti apa.

*****

Secara bersusah payah Evelin Ke menaruh harapan pada sebuah perjudian kartu, ternyata malah kalah telak, kini sedang berteriak menuduh Julius dan Clarissa bersekongkol, intinya mendesak keduanya mengembalikan uang yang telah dimenangkan.

Julius sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kedua lengan, tersenyum kecil dan berkata: “Nona Ke, bukan masalah uang, tetapi masalah prinsip. Jika kamu tidak bersedia mengakui kekalahan, minggu depan aku akan menemanimu bermain lagi.”

“Bermain lagi? Aku tidak mau.” Evelin sudah kapok karena kekalahan itu.

Dia memerhatikan Julius, berkata dengan tidak sabar: “Jelas-jelas kamu tidak bisa melihat, bagaimana mungkin menang? Ini tidak masuk akal, maka dari itu kamu harus mengembalikan uangku, setengah juga boleh.”

“Saat bermain kartu, yang terpenting bukanlah mata, melainkan ini.” Julius menunjuk kepala sendiri menggunakan jari.

Catherine Yao dan Clarissa Yuan saling bertatapan, tidak kuat menahan tawa.

Evelin malah kehabisan kata-kata, sungguh tidak berdaya: “Baiklah, malam ini traktir kami makan sampai puas, boleh kan?”

“Tetapi aku sudah berjanji pada Clarissa malam ini akan pergi mencobai makanan Perancis.”

“Aku dan Catherine juga bisa makan makanan Perancis kok.”

“Tetapi yang aku pesan adalah porsi pasangan, untuk dua orang saja.” Julius berpikir sejenak, kemudian berkata: “Atau kamu pergi makan dengan Catherine saja, nanti aku yang bayar?”

“Tuan Muda Yi! Aku juga punya prinsip hidup.” Evelin sangat kesal dibuatnya: “Pergi makan membawa uangmu, dan ditraktir makan olehmu adalah dua hal berbeda, mengerti tidak?”

“Tidak terlalu mengerti.”

“Jika kamu menraktirku makan, itu adalah kesempatan bagimu untuk meminta maaf padaku, aku……”

“Sudah, sudah.” Clarissa memotong perkataan Evelin, tersenyum berkata: “Jangan kerjai Tuan Muda Yi lagi, dia tidak memiliki sel-sel darah humoris sepertimu. Dan aku juga ingin mengingatkan satu hal padamu, sebentar lagi jam kerja kamu telah tiba, jika masih tidak pergi, bukan hanya uang yang ludes kalah judi, tetapi bonus rajinmu juga akan ludes.”

Clarissa menunjuk jam dinding, barulah Evelin melihat menelusuri jam dinding yang menggantung disana. Setelah berteriak terkejut, dia pun berlari secepat kilat keluar pintu.

Clarissa mengambil kotak nasi di atas meja, segera mengejarnya, meletakkan kotak nasi ke posisi samping supir dalam mobilnya, terakhir berkata: “Soal makanan Perancis jangan kamu pikirkan terus, ini adalah makanan yang baru saja dibuat Kak Sarah, makanlah sendiri jika sudah tiba di rumah sakit.”

Evelin melihat kotak nasi itu sekilas, tiba-tiba mendekati wajah Clarissa dan mengecupnya sangat kuat, sengaja berkata dengan nada tinggi: “Perempuan yang begitu perhatian dan berbakat sepertimu, kenapa bisa menikah dengan laki-laki pelit dan pasif seperti Julius? Sungguh menyayangkannya, seharusnya saat itu aku melarang keras.”

“Sudah, sudah, cepat sana.” Selesai berkata, Clarissa Yuan menutupkan pintu mobilnya.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu