The True Identity of My Hubby - Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
Yuliana memang bertanya seperti itu, hanya saja telinganya sama sekali tidak mendengar jawabannya, jari jempol terus mengetik tanggal lahir Vicvin di layar, tak disangka kunci terbuka begitu saja.
Saat Vicvin masih sedang membanggakan handphone-nya itu, dia membuka riwayat panggilan di handphonenya, benar saja, terlihat nomor Gwendolyn disana.
Penemuan itu membuatnya terkejut, ternyata memang sama seperti yang dia duga, semua ini ulah Gwendolyn Tsu?
Dia segera membuka kotak pesan terkirim, terlihat sebuah pesan yang baru saja terkirim, bertuliskan : Nona Tsu, kapan sisa uangnya dikirim untukku?
“Yuliana, kamu kenapa?” Melihatnya terbengong menatap layar handphone, Vicvin memiliki firasat buruk, segera menjulurkan tangan merebut kembali handphonenya.
Yuliana malah merebut handphone itu, mengarahkan layar ke depan Vicvin, sambil bertanya dengan dingin: “Bagaimana kamu bisa mengenal Gwendolyn?”
Vicvin tercengang, kehabisan kata-kata dalam seketika.
Kini dia baru mengerti, ternyata Yuliana mengajaknya keluar memang demi sebuah tujuan, bagaimana ini? Ketahuan olehnya…
Di tengah suasana panik, Vicvin segera menjelaskan: “Aku…..dia hanya teman dari salah satu pelangganku, pernah makan bersama satu kali. Aku merasa dia memiliki reputasi yang besar, mungkin saja bisa mendatangkan banyak pelanggan untukku, makanya terus mempertahankan komunikasi.”
“Lalu kenapa dia harus mengirimimu uang?” Yuliana terus mendesaknya dengan berbagai pertanyaan.
Vicvin mulai merasa gelisah, berhadapan dengan bukti di depan mata, dia pun tidak mampu menjelaskan apapun, terpaksa memilih diam.
Yuliana mengembalikan handphone itu dengan kesal, melihatnya sambil tersenyum dingin: “Semua pakaian mewah dan bermerek yang kamu pakai sekarang, termasuk kalung itu, pasti pemberian Gwendolyn kan?”
“Bukan……”
“Kamu masih berani mengatakan bukan?” Yuliana emosi hingga ingin sekali menggigitnya sampai mati, tetapi dia tidak mungkin melakukannya, hanya bisa berkata sambil menggigit gigi sendiri: “Kamu membohongiku dengan mengatakan cincin Clarissa diberikan oleh Juwono, kamu membohongiku soal melihat Juwono dan Clarissa berpelukan di rumah sakit, semua ini diajarkan Gwendolyn padamu, benar?”
“……”
Melihat Vicvin tidak berbicara, Yuliana lanjut meneriakinya: “Demi uang, kamu mengarang semua cerita ini? Apakah kamu tidak takut menerima karmanya?”
Terdiam cukup lama, akhirnya Vicvin berkata dengan rasa bersalah: “Maafkan aku Yuliana, aku melakukan semua sesuai yang diajarkan Gwendolyn, aku kira dia hanya ingin membuat kamu berantem dan adu mulut dengan Clarissa, tidak menyangka hatinya begitu kejam, hingga hampir merenggut nyawa Clarissa. Aku juga tidak menyangka kamu akan begitu marah, terjebak olehnya dan langsung menabrak Clarissa hingga keguguran.”
“Sial! Tahukah kamu seberapa parah kamu telah mencelakaiku?” Yuliana berteriak tanpa menjaga perasaannya lagi, marah hingga air mata hampir menetes.
Semenjak Clarissa mengalami kecelakaan, dia tidak pernah tidur tenang satu malam pun, juga tidak berani keluar dari rumah Keluarga Yi sesuka hati, bahkan saat makan di hari-hari biasa pun tidak berani makan terlalu leluasa. Setiap kali bertemu Clarissa, dia bagai tikus yang bertemu kucing, takut sekali perempuan itu akan membalas dendam pada dirinya.
Dengan tekanan batin seperti itu, setiap hari dia hidup dalam ketakutan, hari-hari terasa amat panjang, dia bahkan tidak tahu kapan semua itu akan berakhir.
Kini, setelah tahu kenyataan di balik semua, beban dalam hatinya bertambah selapis, bertambah rasa bersalah pada Clarissa.
Dia memang tidak menyukai Clarissa, tetapi sama sekali tidak berpikir membuatnya seperti itu. Kehilangan anak dan tidak bisa mengandung seumur hidup, pantas saja setiap kali bertemunya Clarissa seperti kucing yang bertemu tikus, ingin sekali menyerang dan mengoyak-ngoyak badannya.
Setelah keluar dari kafe, Yuliana berjalan sendiri di tepi jalan, berjalan selama berjam-jam.
Saat berjalan melewati toko keperluan bayi, dia mendengar suara promotor di depan toko, langsung menyampingkan badan, berjalan memasukinya.
Banyak sekali model-model pakaian kecil di dalam, semuanya terlihat sangat menggemaskan, Yuliana pun tidak tahan untuk membeli beberapa helai.
Saat pulang ke rumah, kebetulan bertemu Gloria yang sedang turun tangga dengan terburu-buru.
“Bu, kenapa Ibu buru-buru sekali, mau kemana?” Yuliana melihatnya sambil bertanya.
“Aku ada janji dengan Pengacara Fang.” Gloria turun secepat angin, secara tidak sengaja menabrak kantong belanjaan yang sedang ditenteng Yuliana hingga terjatuh.
“Yahh! Barang-barangku.” Yuliana mengeluh dengan suara kecil.
“Melihatku turun saja tidak bisa menghindar, dasar kamu ini.” Melihat dia tidak terluka, Gloria pun merasa lebih tenang, langsung membungkukkan badan membantu memungut pakaian kecil di lantai.
Melihat baju-baju warna merah muda yang berserakan di lantai, Yuliana segera melambaikan tangan: “Bu, tidak perlu, biar aku saja.”
Tetapi, sudah terlambat.
Gloria sudah memungut beberapa helai pakaian berwarna merah muda dan kuning di lantai, tentu tahu itu pakaian untuk bayi perempuan, langsung melihatnya sambil bertanya: “Untuk apa kamu membeli begitu banyak pakaian bayi perempuan?”
“Aku……” Yuliana membisu dalam seketika, tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Wajah Gloria menjadi kaku dalam sekejap, menundukkan kepala melihat perut Yuliana sembari berkata: “Yang ada di dalam perutmu bukan bayi laki-laki?”
Otak Yuliana berputar cepat, bingung harus berkata seperti apa agar Gloria tidak curiga, beberapa saat kemudian pun berkata: “Ini untuk temanku, bulan depan dia lahiran. Bu, jangan lihat semua pakaian ini bermerek, sesungguhnya tidak terlalu mahal, tidak menghabiskan banyak uang kok.”
Gloria masih terus mengamati raut wajahnya, kelihatan jelas rasa curiga itu belum hilang sepenuhnya.
“Sekalipun tidak mahal, kamu juga tidak perlu membeli sebanyak ini, apa tidak terlalu boros.” Gloria langsung melemparkan baju-baju itu padanya, berjalan ke arah pintu.
Setelah Gloria pergi, Yuliana baru berani menghela nafas dengan lega.
Untung saja Gloria terburu-buru keluar sehingga tidak banyak bertanya, jika tidak, sungguh tidak tahu harus menjawab seperti apa.
*****
Secara bersusah payah Evelin Ke menaruh harapan pada sebuah perjudian kartu, ternyata malah kalah telak, kini sedang berteriak menuduh Julius dan Clarissa bersekongkol, intinya mendesak keduanya mengembalikan uang yang telah dimenangkan.
Julius sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kedua lengan, tersenyum kecil dan berkata: “Nona Ke, bukan masalah uang, tetapi masalah prinsip. Jika kamu tidak bersedia mengakui kekalahan, minggu depan aku akan menemanimu bermain lagi.”
“Bermain lagi? Aku tidak mau.” Evelin sudah kapok karena kekalahan itu.
Dia memerhatikan Julius, berkata dengan tidak sabar: “Jelas-jelas kamu tidak bisa melihat, bagaimana mungkin menang? Ini tidak masuk akal, maka dari itu kamu harus mengembalikan uangku, setengah juga boleh.”
“Saat bermain kartu, yang terpenting bukanlah mata, melainkan ini.” Julius menunjuk kepala sendiri menggunakan jari.
Catherine Yao dan Clarissa Yuan saling bertatapan, tidak kuat menahan tawa.
Evelin malah kehabisan kata-kata, sungguh tidak berdaya: “Baiklah, malam ini traktir kami makan sampai puas, boleh kan?”
“Tetapi aku sudah berjanji pada Clarissa malam ini akan pergi mencobai makanan Perancis.”
“Aku dan Catherine juga bisa makan makanan Perancis kok.”
“Tetapi yang aku pesan adalah porsi pasangan, untuk dua orang saja.” Julius berpikir sejenak, kemudian berkata: “Atau kamu pergi makan dengan Catherine saja, nanti aku yang bayar?”
“Tuan Muda Yi! Aku juga punya prinsip hidup.” Evelin sangat kesal dibuatnya: “Pergi makan membawa uangmu, dan ditraktir makan olehmu adalah dua hal berbeda, mengerti tidak?”
“Tidak terlalu mengerti.”
“Jika kamu menraktirku makan, itu adalah kesempatan bagimu untuk meminta maaf padaku, aku……”
“Sudah, sudah.” Clarissa memotong perkataan Evelin, tersenyum berkata: “Jangan kerjai Tuan Muda Yi lagi, dia tidak memiliki sel-sel darah humoris sepertimu. Dan aku juga ingin mengingatkan satu hal padamu, sebentar lagi jam kerja kamu telah tiba, jika masih tidak pergi, bukan hanya uang yang ludes kalah judi, tetapi bonus rajinmu juga akan ludes.”
Clarissa menunjuk jam dinding, barulah Evelin melihat menelusuri jam dinding yang menggantung disana. Setelah berteriak terkejut, dia pun berlari secepat kilat keluar pintu.
Clarissa mengambil kotak nasi di atas meja, segera mengejarnya, meletakkan kotak nasi ke posisi samping supir dalam mobilnya, terakhir berkata: “Soal makanan Perancis jangan kamu pikirkan terus, ini adalah makanan yang baru saja dibuat Kak Sarah, makanlah sendiri jika sudah tiba di rumah sakit.”
Evelin melihat kotak nasi itu sekilas, tiba-tiba mendekati wajah Clarissa dan mengecupnya sangat kuat, sengaja berkata dengan nada tinggi: “Perempuan yang begitu perhatian dan berbakat sepertimu, kenapa bisa menikah dengan laki-laki pelit dan pasif seperti Julius? Sungguh menyayangkannya, seharusnya saat itu aku melarang keras.”
“Sudah, sudah, cepat sana.” Selesai berkata, Clarissa Yuan menutupkan pintu mobilnya.
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiWaiting For Love
SnowThat Night
Star AngelMr. Ceo's Woman
Rebecca WangGet Back To You
LexyMi Amor
TakashiIstri kontrakku
RasudinYour Ignorance
YayaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)