The True Identity of My Hubby - Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
Setelah pulang ke negaranya, tidak tahu kapan akan bertemu kembali dengan dua anak lucu ini.
Anak-anak meminta Clarissa Yuan untuk menceritakan sebuah cerita. Setelah mendengar sekali mereka meminta sekali lagi. Clarissa Yuan menghembuskan nafas dengan lega karena tidak mudah membujuk mereka untuk tidur, dia menarik selimut, menyimpan buku cerita dan berbaring.
Sekelilingnya sudah tenang, tetapi hatinya tidak tenang.
Julius Yi mengatakan akhir-akhir ini perusahaan keluarganya tidak dalam kondisi tenang, besok dia akan pulang ke negaranya.
Sedangkan besok.....maukah dirinya pulang bersama-sama dengan dia?
Mengenai masalah ini dia sudah memikirkannya semalaman, bahkan hingga saat ini masih belum ada keputusan akhir.
Hingga dia tertidur pun, juga masih belum ada hasil.
Keesokan harinya, dia terbangun karena suara anak-anak. Natasia sambil tersenyum memberitahu dia bahwa Paman Owen Fang membeli banyak kue yang lezat.
Setelah Clarissa Yuan selesai mandi dan berganti pakaian, dia melihat Owen Fang yang berada di samping meja sambil memegang kue kecil sambil menundukkan kepala sambil tersenyum dan berkata, "Natasia, apakah Bibi Clarissa sudah bangun? Beritahu kepada Bibi Clarissa apabila telat tidak bisa mengejar pesawat."
"Paman Fang, Bibi Clarissa sudah bangun!" Jawab Natasia yang sedang digenggam tangannya oleh Clarissa Yuan.
Clarissa Yuan terkejut dan kebingungan melihat ke arah Owen Fang serta bertanya, "siapa yang katakan aku mau mengejar pesawat?"
Owen Fang mengangkat kepalanya, menatapnya dan berkata, "Frans Tsu yang bilang, Frans Tsu meminta aku membawakan sarapan pagi untuk kallian, sekalian mengantar kamu ke bandara."
"Aku tidak bilang hari ini."
"Lalu kenapa dia bilang kalau kamu menaiki pesawat yang akan lepas landas pukul 10? Owen Fang kebingungan.
"Dimana Frans Tsu? Dimana dia sekarang?"
"Dia bilang dia ada urusan yang harus diurus."
Clarissa Yuan mengambil ponselnya dan menghubungi Frans Tsu. Frans Tsu dengan cepat menjawab panggilannya dan langsung berterus terang mengatakan, "Clarissa, aku tidak bisa mengantarmu ke bandara karena aku khawatir akan berkelahi dengan Justin Yi, tetapi kamu tenang saja, Owen Fang yang akan mengantarmu."
"Aku tidak bilang akan pulang hari ini."
"Kembalilah bersama Justin Yi, jangan ragu-ragu kembali."
"Justin dia pulang hari ini, tetapi aku....." Clarissa Yuan ingin mengatakan bahwa dia belum menyiapkan apa-apa, belum memesan tiket pesawat. Frans Tsu tertawa dan berkata "aku tahu, kemarin malam Justin Yi meminta aku data-data paspor kamu, dia sudah memesan tiket pesawat untuk kamu, dia juga memintaku untuk memberitahu kamu pesawat lepas landas pukul 10, berharap kamu pulang bersamanya."
Pukul 10...........
Clarissa Yuan melihat sekilas jam dinding, sekarang bahkan belum pukul 8.
Frans Tsu tersenyum dan berkata, "sebenarnya aku tidak mau memberikannya kepada dia. Tetapi setiap kali aku mengingat kamu selalu bersedih demi dia, aku pun memberikannya. Karena hanya dia yang bisa membuat kamu bahagia, pergilah bersama dia, jangan memikirkan hal lain kembali."
Setelah mendengar perkataan Frans Tsu, hati Clarissa Yuan perlahan-lahan timbul perasaan haru.
"Terima kasih Frans Tsu." Dia dengan pahit mengehela nafas berkata, "tetapi kamu tidak paham masalah di antara aku dan Julius Yi, kami..."
Dia menarik nafas pelan, tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya kepada Frans Tsu.
Frans Tsu kembali tertawa dan berkata, "itu hanya saran aku, mau atau tidak mau untuk pulang bersamanya tetap kamu yang harus memikirkannya. Kamu masih memiliki waktu setengah jam untuk berpikir."
"Baik, aku akan pikirkan dengan baik."
Begitu panggilan terputus, Clarissa Yuan kembali tenggelam ke dalam keraguannya, sebenarnya pulang atau tidak pulang....?
Sedangkan di dalam bandara, karena Julius Yi khawatir Clarissa Yuan akan datang lebih pagi, khawatir dia tidak akan menemukan dirinya, akhirnya dia pun datang lebih awal satu jam.
Dia telah menunggu di gerbang pos pemeriksaan hampir satu jam tetapi bayangan Clarissa Yuan tetap saja tidak kelihatan. Dari awal hatinya sudah tidak yakin menjadi semakin gelisah.
Ternyata dia masih belum memaafkan dirinya, masih tidak ingin pulang bersama dirinya.
Terdengar pemberitahuan bahwa bagi penumpang yang akan terbang ke Kota A diharapkan masuk ke dalam pesawat. Setelah Clarissa Yuan menenangkan Lian dan Natasia lebih awal, tanpa menunggu Owen Fang memberhentikan mobil dengan baik dia langsung membuka pintu dan masuk ke dalam, dengan cepat untuk pergi ke bandara.
Dia yang memiliki wajah asia, ditambah langkah yang terburu-uru, dia sukses menjadi pemandangan yang aneh di dalam bandara.
Clarissa Yuan sudah tidah bisa peduli begitu banyak, mengikuti papan petunjuk untuk sampai ke pos pemeriksaan.
Dari kejauhan, dia melihat bayangan Julius Yi yang berada di gerbang pos pemeriksaan yang ingin memberikan data-data. Pada saat ini juga, Julius Yi menoleh ke belakang dan melihat ke arah pintu masuk. Lalu, pandangannya terkunci pada dia yang sedang terengah-engah.
Clarissa Yuan kelelahan hingga tidak bisa berbicara. Melihatnya membuat dia ingin menangis, tidak tahu antara bahagia karena melihatnya atau......
Dalam hati Julius Yi terbesit perasaan bahagia, meninggalkan gerbang pos keamanan dan menghampiri dia.
Setelah itu dia berhenti melangkah jarak di antara mereka hanya tersisa dua meter, melihat cara berpakaian dia yang kasual dan bertanya, "kamu datang untuk mengantar aku atau kamu memutuskan untuk pulang bersama aku?"
Perlahan-lahan Clarissa Yuan kembali tenang, melihat ke arah dia dan melangkah maju langsung memeluknya sambil menangis berkata, "aku ingin pulang bersamamu."
"Benarkah?" Julius Yi takut dirinya salah dengar.
Clarissa Yuan mengalungkan tangannya pada leher Julius Yi dengan erat, air mata berjatuhan pada pundak dia, tanpa memedulikan pandangan orang lain berkata, "Julius Yi, dasar pembohong, kamu kenapa tidak memberitahu kepada aku bahwa anak di dalam kandungan aku adalah anakmu? Kamu membuat aku terus hidup dalam menyalahkan diriku sendiri dan kesedihan, kamu membuat aku berpikir bahwa aku istri yang berselingkuh dari suaminya sendiri, kamu juga hampir membuat aku ingin melakukan aborsi, kamu tahu pada masa itu betapa menderitanya aku?"
"Kamu tahu betapa sedihnya aku ketika melihat kamu terus mengurung diri di kamar? Aku setiap hari terus mencari cara untuk membuka pikiranmu, membuat kamu keluar masuk rumah seperti orang pada umumnya. Tetapi aku baru sadar bahwa sejak awal ini hanyalah lelucon. Kamu sebenarnya tidak membutuhkan itu! Setiap kali aku menganggumu untuk membawa kamu keluar, kamu pasti sangat kesal di dalam hati, bahkan kalau bisa ingin mengunciku di dalam kamar, iya bukan?"
"Di saat aku kehilangan anakku, di saat aku ingin menyerah untuk hidup ketika mengetahui bahwa aku infertilitas seumur hidup, kamu menenangkan aku bahwa kamu juga tunanetra, sama-sama cacat. Kamu membutuhkan aku untuk menjagamu. Tapi sekarang? Kamu sudah tidak cacat, kamu ingin menggunakan alasan apa untuk menenangkan aku, untuk membuat aku tetap bersamamu?"
"Julius......bukannya aku tidak percaya padamu dan memaafkanmu. Aku tidak berani memaafkanmu, kamu begitu sempurna, kamu seharusnya tidak menaruh fisik dan hatimu kepada orang yang tidak memiliki apapun. Kamu seharusnya menikah dengan wanita yang sempurna seperti Gwendolyn Tsu, dengan begitu bisa saling memberi kasih sayang, semakin sukses........"
Julius Yi memundurkan dia sedikit, menundukkan kepala dan mencium bibirnya.......
Clarissa Yuan memberontak, ingin mendorongnya menjauh, ingin mengeluarkan semua perkataan yang ada di perutnya. Tetapi dia memeluknya semakin erat dan menciumnya lebih dalam.
Akhirnya dia membiarkannya, membiarkan dia untuk menciumnya.
"Jika kamu datang hanya untuk mengatakan semua ini, tidak perlu dilanjutkan kembali." Bibir Julius Yi berpindah ke samping telinga dia dan berkata, "aku tidak memerlukan kesuksesan, aku tahu kesedihanmu selama ini, aku melihatnya semua dengan mataku. Aku minta maaf, tetapi aku tidak pernah kesal terhadapmu, melainkan setiap kali kamu menganggu aku membuat aku mencintaimu semakin dalam. Mengenai alasan apa yang aku pakai untuk membuatmu tetap bersamaku, aku rasa kamu lebih sadar daripada aku. Aku sekarang hanya ingin menanyakan satu hal, maukah kamu terus berjalan bersamaku, adakah keberanian untuk menghadapi semua rintangan bersamaku?"
Clarissa Yuan buru-buru menganggukan kepalanya berkata, "aku mau! Aku ingin bersamamu melewati semua rintangan, aku juga ingin egois seperti Gwendolyn Tsu untuk dirinya sendiri."
Dia tidak lagi memikirkan akan pandangan apapun, apakah dia pantas untuk pria di hadapannya ini. Terpenting dia mencintai dia, dia pun rela untuk melakukan apapun deminya, biar pun pada akhirnya tidak baik.
"Kalau begitu tidak perlu mengatakan apapun kembali." Julius Yi menundukkan kepalanya dan kembali menciumnya, tidak ada manfaatnya untuk berbicara lebih jauh.
Dia akan membuat dia tahu bahwa dirinya mencintai dia tanpa bisa diukur, dan dibandingkan meskipun ada yang lebih sempurna dibandingkan dengan Gwendolyn Tsu!
"Bibi Clarissa, Bibi Clarissa kamu dimana............?" Dari arah belakang terdengar suara Liam dan Natasia.
Clarissa Yuan terkejut sejenak dan buru-buru melepaskan pelukan Julius Yi dan membalikkan badan untuk mencari Liam dan Natasia miliknya berkata, "Liam, Natasia.......Bibi Clarissa ada di sini!"
"Bibi Clarissa.........!" Anak-anak dengan senang menghampirinya, Clarissa Yuan langsung memeluk mereka ke dalam dekapannya.
"Aku pikir Bibi Clarissa sudah terbang." Wajah Natasia tiba-tiba sedih dan menunjukan ketidak relaan.
"Bibi Clarissa masih belum terbang, tapi sebentar lagi akan terbang."
"Wu.....kami tidak ingin Bibi Clarissa pergi."
"Ehm?" Clarissa Yuan sengaja mendatarkan wajahnya dan berkata, "pada awalnya apa yang telah kalian janjikan kepada Bibi Clarissa?"
Wajah Liam yang sama sedihnya dengan enggan menjawab, "harus mendengar perkataan ayah, tidak boleh menangis dan merajuk........"
Novel Terkait
Bretta’s Diary
DanielleKamu Baik Banget
Jeselin VelaniLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieAwesome Guy
RobinThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)