The True Identity of My Hubby - Bab 249 Natasia Hilang (1)
Liam dan Natasia sudah berumur tiga tahun, tetapi hari ini dia baru tahu ternyata mereka adalah anaknya!
“Kenapa kamu tidak bertanya pada diri sendiri? Kenapa anak kamu bisa dijual oleh orang? Apakah di dunia ini ada Ayah yang lebih gagal dari kamu?”
Walaupun Pak satpam juga penasaran dengan keributan dua orang pria ini, tetapi bertengkar di depan lift seperti ini benar-benar tidak baik, maka dia memperingati dengan tidak sungkan: “Kalian berdua, di sini adalah rumah sakit, tolong kalian bertengkar di tempat lain saja.”
Julius Yi menarik Frans Tsu ke dalam koridor di samping, dia masih melototi Frans Tsu dengan marah dan berkata: “Walaupun sekarang kedua anak ada di tanganmu, tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk melepaskan mereka, kalau aku tahu keberadaan mereka, walaupun menyerahkan segalanya aku juga tidak akan menjual mereka pada kamu!”
“Apa gunanya bicarakan sekarang? Saat itu saat Clarissa susah payah mengandung dan melahirkan, kamu ada di mana?”
“Aku terjadi kecelakaan dan amnesia, aku bukan sengaja meninggalkan mereka!” Julius Yi menatap dengan sinis: “Kalau kamu? Memangnya kamu di mana? Kamu juga hanya mengeluarkan sedikit uang dan membeli mereka, saat kamu membeli mereka pada saat itu, apakah pernah berpikir penderitaan orang tua mereka karena kehilangan mereka?”
“Aku…….” Frans Tsu terbisu.
Waktu itu orang perantara yang beritahu dia jika Ibu dari kedua anak adalah Ibu yang belum menikah dan tidak mampu menghidupi mereka, maka memutuskan untuk menjual anaknya. Dan saat itu dia hanya pergi ke Kota Y dan melihat mereka sekali, langsung tertarik oleh Liam dan Natasia yang lucu, lalu baru dibawa ke Kota A.
Frans Tsu menarik nafas dalam, menenangkan perasaan dan berkata: “Ada satu hal yang harus kamu akui, karena Ibunya Clarissa pasti menjual mereka, orang lain juga akan beli walaupun aku tidak beli, misalkan yang waktu itu membeli Liam dan Natasia bukan aku tapi orang lain, mungkin seumur hidup ini kamu tidak akan bisa bertemu mereka lagi.”
Benar dia bilang, Julius Yi juga mengakui hal ini, tetapi terpikir kedua anak setiap hari memanggil Frans Tsu Ayah, dia merasa sakit hati.
“Jadi? Kamu merasa aku harus berterima kasih padamu?”
“Memangnya tidak?”
Julius Yi menatap dia, lalu mengangguk: “Ok, terima kasih kamu sudah merawat dan mendidik Liam dan Natasia tiga tahun ini, saat itu berapa uang yang kamu bayar untuk membeli mereka dari Ibunya Clarissa dan juga biaya tiga tahun ini, aku akan membayarmu dua kali lipat.”
“Kalau begitu aku mending memilih Liam dan Natasia.” kata Frans Tsu.
Julius Yi tertawa mengejek: “Tuan Muda Tsu, masalah ini tidak perlu didiskusikan lagi, seharusnya kamu tahu jelas, di dunia ini hubungan apapun bisa diputuskan, hanya hubungan darah yang tidak dapat diputuskan. Aku tidak bilang dulu kamu membeli anak melarang hukum atau tidak, mereka adalah anakku dan Clarissa, bagaimanapun hukum tidak akan memberikan mereka padamu.”
Frans Tsu tentu saja tahu jelas tentang ini, sejak mengetahui identitas asli kedua anak, dia sudah mempersiapkan mental mereka akan direbut kembali.
Jika mereka adalah anak orang biasa, mungkin masih bisa diatasi dengan uang dan membiarkan anak-anak tinggal di Keluarga Tsu. Tapi Ayah dari mereka adalah Julius Yi, ini memang seperti yang dikatakan Julius Yi, sama sekali tidak bisa didiskusikan.
Frans Tsu berdiri diam di tempat, hatinya merasa sedih dan tidak rela.
Julius Yi berjalan kembali ke depan Pak satpam dan tersenyum ramah padanya: “Paman, tadi maaf sekali, aku terlalu impulsif.”
“Kalian sudah selesai mendiskusikannya?” Pak satpam mengamati mereka berdua.
“Sudah selesai.”
“Jadi sebenarnya siapa Ayahnya?”
“Tentu saja aku.”
Pak satpam melihat Frans Tsu yang tidak jauh darinya, Frans Tsu mengedipkan mata yang berkaca-kaca dan diam-diam menggeser badannya, menghindar tatapan penasaran Pak satpam dengan sadar.
Pak satpam yang tadi mengasihani Julius Yi, sekarang mulai mengasihani Frans Tsu.
Julius Yi datang kembali ke depan layar rekaman CCTV Liam dan mengamati Liam yang wajahnya masih pucat dengan teliti, melihat kepala dia dibalut perban yang tebal, melihat posisi tidurnya yang tidak bergerak, hatinya sangat sakit.
Akhirnya dia memahami dirinya yang tidak suka main dengan anak kecil, kenapa begitu suka bersama dengan Liam dan Natasia, ternyata itu adalah ulah hubungan darah.
Tetapi penyesalannya juga terus bertambah, dia menyesal mengapa tidak mengenali Liam dan Natasia lebih awal, tidak dibawa ke sisinya dan dilindungi dengan baik, kalau begitu Liam tidak akan terluka seperti ini!
“Liam, kamu harus membaik.” Dia berkata dengan suara pelan dan sakit hati pada layar rekaman CCTV.
Keluar dari taman kanak-kanak, Natasia terlihat tidak senang.
Clarissa Yuan jongkok di hadapannya, mengamati dia dan berkata: “Natasia, kamu kenapa tidak senang?”
“Aku rindu Kakak.” kata Natasia.
Clarissa Yuan tentu tahu dia merindukan Kakaknya, sejak Liam rawat inap, Natasia terus merasa tidak senang. Sebenarnya suasana hati dia juga buruk, tetapi demi membuat Natasia senang, dia tetap berkata sambil tersenyum: “Beberapa hari lagi Kakakmu akan siuman, Bibi Clarissa bawa kamu makan dessert dulu, lalu bawa kamu menjenguk Kakak, baik tidak?”
“Tapi tidak ada Kakak untuk makan dessert bersama tidak seru.” Dulu Natasia yang mendengar makan dessert langsung berlompat-lompat girang, kali ini setelah mendengarnya dia tetap terlihat tidak senang.
Clarissa mengelus kepalanya: “Bibi Clarissa akan menemani kamu, Natasia sudah tidak suka bibi Clarissa ya?”
“Tentu saja bukan.” Natasia langsung menggeleng kepala.
“Kalau begitu biarkan Bibi Clarissa menemani kamu ya.”
“Baiklah.” Natasia mengangguk dan menyetujuinya.
“Anak baik.” Clarissa Yuan menggendong dia dan berjalan menuju ke mobil.
Clarissa membawa Natasia ke tempat biasa, toko dessert di seberang City Walk.
Setelah mobil terparkir, Natasia langsung membuka pintu dan keluar dari mobil, setelah Clarissa Yuan keluar dan mengunci mobil, Natasia sudah tidak terlihat. Tetapi dia juga tidak memperhatikannya dan berjalan ke dalam toko dessert.
Dulu setiap sampai di sini, Liam dan Natasia juga masuk duluan, jadi dia tidak memperhatikannya. Sampai dia membuka pintu, pelayan di dalam mengangguk padanya sambil tersenyum: “Selamat datang, apakah hari ini Nona Yuan datang sendiri?”
Karena Liam dan Natasia sangat lucu, pelayan di sini sudah mengenal mereka.
“Aku datang bersama Natasia.” Clarissa Yuan melihat di dalam toko: “Natasia di mana? Cepat sekali sudah lari ke mana?”
“Natasia tidak masuk kok.” kata pelayan.
“Tidak masuk?” Clarissa Yuan tertegun sebentar.
“Tidak, aku menjaga pintu masuk dari tadi.”
Karena sekarang belum sampai waktu pulang kerja, maka orang di dalam toko tidak banyak, melihat ke dalam benar-benar tidak ada bayangan Natasia. Firasat buruk muncul di pikirannya, dia langsung balik badan dan berjalan keluar.
Mobil hanya terparkir di depan toko dessert, dia sambil memanggil nama Natasia, sambil mencari ke mana-mana dengan panik, setelah mencari satu kali di tempat parkir kecil juga tidak menemukan bayangan Natasia, dia semakin panik sampai menangis.
Ada pengalaman Liam di depan mata, tentu saja dia panik dan takut, dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Natasia, dia takut jika ini adalah ulah Gwendolyn Tsu lagi.
“Natasia! Natasia kamu keluar!” Dia mulai menangis.
Tetapi sudah mencari ke mana-mana di sekitar, masih tidak menemukan bayangan Natasia. Jika bukan diculik orang, mana mungkin Natasia bisa lari begitu cepat? Dia mengunci pintu juga hanya sebentar saja!
Terpikir mungkin Gwendolyn Tsu yang menculik Natasia, terpikir kejadian Liam, kaki Clarissa Yuan langsung melemas, dia tertegun beberapa detik, baru mengeluarkan ponsel dengan gemetar dan menelepon Frans Tsu, Frans Tsu belum berbicara dia langsung berkata sambil menangis: “Frans Tsu, Natasia hilang, bagaimana ini……?”
Frans Tsu tertegun sebentar, lalu bertanya dengan naluriah: “Natasia kenapa hilang? Hilang di mana?”
“Di depan pintu toko dessert seberang City Walk, aku juga tidak tahu terjadi apa, baru balik badan Natasia langsung hilang……..”
Mendengar dia menangis dengan sangat panik, Frans Tsu langsung menenangkannya: “Clarissa, kamu jangan panik dulu, aku langsung ke sana.”
Melihat Frans Tsu ingin mematikan telepon, Clarissa langsung berkata: “Frans Tsu, kamu tunggu dulu.”
“Kenapa?”
Clarissa Yuan berkata dengan terburu-buru: “Natasia pasti diculik Gwendolyn Tsu, kamu cepat telepon dia, suruh dia kembalikan Natasia padaku, tidak peduli dia ada permintaan apa, aku akan menyetujuinya, walaupun menyuruh aku mati di depannya aku juga bersedia!”
“Jangan bilang begitu dulu, aku segera telepon Gwendolyn.” Frans Tsu menenangkannya dan mematikan telepon.
Saat Frans Tsu menelepon Gwendolyn Tsu, Gwendolyn Tsu masih sedang tidur siang.
Dia melihat layar ponsel dan mengangkat dengan kesal: “Tuan Muda Tsu, kamu bukannya bilang sudah putus hubungan dengan aku? Ngapain…….”
Tidak menunggu dia selesai bicara, Frans Tsu langsung bertanya dengan marah: “Gwendolyn, kamu bukan yang membawa pergi Natasia?”
Gwendolyn Tsu tertegun sebentar dan bertanya dengan naluriah: “Apa maksudnya?”
“Kamu bilang 'apa maksudnya'? Natasia diculik orang, kamu berani bilang bukan ulah kamu?”
Gwendolyn Tsu mendengar dia berkata begitu, dia langsung marah: “Frans Tsu, apa maksud kamu? Anak hilang langsung mencari aku? Aku keluar pintu saja tidak mudah, bagaimana membawa pergi Natasia?”
“Kamu tidak mudah beraktivitas, bukannya juga bisa melukai Liam? Gwendolyn, aku peringati kamu, Liam dan Natasia adalah orang yang aku rawat sampai tumbuh besar, kalau terjadi apa-apa pada mereka, aku pasti tidak akan melepaskanmu!” Frans Tsu mengancam: “Aku menasihati kamu sebaiknya kembalikan Natasia padaku!”
Namun dia semakin berkata begitu, Gwendolyn Tsu semakin marah dan kesal.
Dia tiba-tiba tertawa dingin: “Mengembalikannya padamu? Clarissa Yuan yang bilang kan? Kamu beritahu dia, anak itu sudah tidak bisa dikembalikan.”
“Apa maksud kamu?”
“Tidak salah, aku yang menculik Natasia, tetapi aku beritahu kalian dengan sayang sekali, aku sudah membunuhnya, mayat pun juga sudah tidak ada.”
“Gwendolyn!”
“Kenapa? Kamu bukannya tidak akan melepaskanku? Sini bunuh aku juga kalau bisa!” Tiba-tiba Gwendolyn Tsu berteriak: “Aku sengaja ingin membunuh dua orang itu, tidak membunuh mereka aku tidak bisa makan dan tidur, ini adalah hutang Clarissa Yuan padaku!”
Setelah Gwendolyn Tsu selesai berteriak, dia langsung mematikan telepon.
*****
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiIstri Pengkhianat
SubardiBeautiful Love
Stefen LeeThe Winner Of Your Heart
ShintaIstri kontrakku
RasudinThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)