The True Identity of My Hubby - Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
"Jadi, aku percaya keadaan Gwendolyn Tsu sekarang pasti sangat tidak baik, dan aku juga mengerti mengapa Frans Tsu menyalahkan kamu, menyalahkan kamu tidak pergi menjenguk Gwendolyn Tsu."
"Clarissa, jangan mengungkit masalah dulu kembali." Julius Yi menjawab dengan sedih.
"Kamu bisa sedih kepadaku, itu membuktikan kamu mengerti penderitaaan itu," Clarissa Yuan ragu-ragu sejenak lalu membujuk, "kamu naiklah menjenguk dia, anggap saja kamu bersimpati kepada dia."
"Clarissa.......!" Julius Yi tidak tahu harus berkata apa.
Clarissa Yuan bergegas berkata, "aku tahu kamu tidak ingin memberinya harapan, tetapi dia tidak bisa melewati rintangan ini, benar-benar menyedihkan."
"Aku tidak akan pergi, Clarissa, kamu jangan lupa akan sakitnya meskipun lukanya sudah sembuh." Julius Yi melanjutkan, "sudahlah, kamu lekas beristirahat, jangan membujuk aku kembali."
Clarissa Yuan tahu dia tidak akan berhasil membujuk dia, menghela nafas dan berkata, "baiklah, kamu juga lekas beristirahat."
Setelah memutuskan panggilan, dia mendengar suara dari lantai bawah, dia pun beranjak dan berjalan ke bawah.
Rupanya Frans Tsu sudah pulang, dengan wajah sedih, dia melempar kunci mobil dan tas kerja di sofa, sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
Clarissa Yuan ragu-ragu sejenak, lalu turun perlahan-lahan ke lantai bawah, menuang segelas air putih dan menaruh di depannya bertanya, "keadaan Gwendolyn tidak begitu baik ya?"
Frans Tsu mengadahkan kepala menatap dia, dan tersenyum ringan, "tidak menyangka kamu masih menanyakan dia."
"Aku bukan perhatian kepada dia, hanya merasa dia menyedihkan." Clarissa Yuan menjawab.
Frans Tsu mengangguk-anggukan kepalanya, dia juga tidak berharap masih ada orang yang memberi perhatian kepada adiknya.
"Omong-omong, kamu pasti belum makan malam ya?" Clarissa Yuan bertanya. Sejak sore dia bergegas pulang, begitu sampai langsung pergi menjenguk Gwendolyn Tsu.
"Tidak ada nafsu, tidak mau makan." Frans Tsu menjawab.
"Bagaimana bisa jika tidak makan? Aku memasak semangkok mi untukmu." Selesai berbicara Clarissa Yuan segera beranjak dan berjalan ke arah dapur,
Merupakan suatu hal yang baik jika ada seorang wanita di rumah, Frans Tsu melihat punggung Clarissa Yuan yang sedang sibuk di dalam dapur, tanpa tertahankan dalam hatinya berpikir bahwa dia sudah seharusnya mencari seseorang untuk hidup bersama-sama.
Frans Tsu melhat sisi samping tubuhnya bertanya, "Liam dan Natasia seharusnya sudah menerima kamu dan Julius kan ya?"
Clarissa Yuan berpikir sejenak, dan tersenyum tipis menjawab, "sejauh ini baik-baik saja. Tetapi terkadang masih merajuk menginginkanmu. Kamu lihat Natasia, setiap malam harus kembali ke sini baru ingin tidur."
"Biarkan dia beradaptasi perlahan-lahan saja." Frans Tsu berkata, "tunggu Liam keluar dari rumah sakit, aku akan mencari waktu yang tepat memberitahu dia kebenarannya, lalu kalian bisa bersama-sama pindah dari sini."
Clarissa Yuan tidak menyangka dia akan berkata seperti itu, dalam hatinya sangat terharu dan berkata, "terima kasih."
"Terima kasih untuk apa? Pada dasarnya Liam dan Natasia memang merupakan anakmu dan Julius. Mereka pindah keluar dan tinggal bersama kalian juga merupakan suatu hal yang wajar." Frans Tsu mengambil semangkok mi dari dia, setelah mengucapkan terima kasih, dia berkata, "kamu cepatlah kembali ke kamar untuk tidur, tidak perlu mengurusi aku."
Clarissa Yuan mengangguk-anggukan kepalanya, melihat dia sebentar dan membalikkan badannya naik ke lantai atas.
Ketika dua orang polisi masuk ke dalam ruangan rawat inap Gwendolyn Tsu, Gwendolyn Tsu sedang menghancurkan barang-barang, melihat dia yang seperti ini, kedua polisi saling menatap dan tidak tahu harus melakukan apa.
Nyonya Tsu melihat ke arah mereka dan bertanya, "polisi, ada keperluan apa?"
Seorang polisi bergegas menjawab, "oh, seperti ini, kamu membutuhkan Gwendolyn Tsu bekerja sama untuk memberikan kami keterangan."
Nyonya Tsu pun berjalan ke sisi tubuh Gwendolyn Tsu, memegang tangannya dan bekata, "Gwendolyn, jangan berulah lagi, polisi menginginkan kamu bekerja sama untuk memberikan keterangan."
Gwendolyn Tsu melihat sekilas ke arah pintu rawat inap dengan tatapan dingin melototi kedua polisi berkata, "apa yang ingin kamu tanyakan? Apa yang harus ditanyakan? Tidak melihat aku yang sudah menjadi orang lebih baik mati daripada hidup?"
Kedua polisi ini khawatir dengan sikapnya. Tetapi demi menyelesaikan kasus ini, mereka harus tetap bertanya, "apa hubungan Nona Tsu dengan Andi?"
"Siapa itu Andi?"
"Si penculik yang terjatuh lalu meninggal itu."
"Jika sudah tahu dia itu penculik, mengapa menanyakan pertanyaan bodoh seperti ini? Apakah aku bisa mengenal seorang penculik?"
"Tetapi berdasarkan pernyataan dua tersangka lainnya, Nona Tsu dan Andi sudah mengenal sejak dulu. Nona Tsu juga berhutang uang kepada Andi dengan jumlah yang tidak sedikit. Jadi Nona Tsu bisa mengalami penculikan."
"Aku tidak mengenal dia, aku sudah bilang tidak kenal ya tidak kenal!" Gwendolyn Tsu dengan marah menatap kedua polisi dan berteriak, "aku Gwendolyn Tsu apakah mungkin berhutang uang kepada orang seperti itu? Apakah kamu percaya?"
Kedua polisi saling menatap satu sama lain, meskipun tidak ada yang percaya, bukankah ketika menangani sebuah kasus itu berdasarkan spekulasi dan tebakan?
Gwendolyn Tsu lanjut berteriak, "dengan jelas mereka merupakan orang jahat, tetapi ingin melempar begitu saja semua tanggung jawab kepadaku, kalian ingin melindungi mereka ya? Iya bukan!?"
Gwendolyn Tsu sangat emosional dan marah memelototi mereka serta lanjut berteriak, setelah seleasi berteriak kembali berkata, "kalian semua menindas aku! Semuanya brengsek!"
"Gwendolyn, kamu jangan seperti ini." Nyonya Tsu buru-buru memeluk tubuh dia dan menenangkan dia lalu menatap kedua polisi itu berkata, "putriku sudah seperti ini, tolong kalian jangan mengungkit masalah itu kembali ya. Tolong."
Kedua polisi melihat keadaan Gwedolyn Tsu yang seperti ini pun mengerti tidak akan mendapatkan hasil apa-apa. Mereka pun pergi dengan tidak berdaya.
Gwendolyn Tsu terus berteriak, "ibu, mengapa Julius tidak menjengukku? Aku sudah menjadi seperti ini, mengapa dia tidak menjengukku?"
"Gwendolyn, kamu kenapa masih tidak menyerah?" Nyonya Tsu bertanya dengan sedih dan putus asa.
"Menyerah? Kenapa aku harus menyerah?" Tiba-tiba Gwendolyn Tsu memegang lengan Nyonya Tsu sambil berlinangan air mata bertanya, "apakah Julius menghina aku? Dia merasa aku sudah kotor jadi tidak menginginkan aku lagi ya?"
"Bukan." Nyonya Tsu menggelengkan kepalanya dan berkata, "kamu tidak kotor, kamu masih putri kesayangan ibu. Hanya saja sejak awal Julius Yi sudah tidak mencintaimu, dia mencintai orang lain. Jadi tidak peduli kamu berubah menjadi apa, dia tidak akan sedih, tidak akan peduli dan tidak akan datang menjengukmu."
"Bagaimana dia boleh seperti itu!" Gwendolyn Tsu mengeluarkan suara 'wa' dan menangis, "dia sudah kelewatan, sudah kelewatan!"
"Gwendolyn......"
"Pasti Clarissa Yuan yang melarang dia untuk datang, pasti!" Belum sempat menghapus air matanya, Gwendolyn Tsu langsung mengeluarkan ekspresi jahat dan menggertakan gigi berkata, "aku tidak akan melepaskan dia, aku pasti tidak akan melepaskan dia!"
"Sudah mengalami kejadian seperti ini, mengapa kamu masih tidak mendapatkan pelajaran?" Nyonya Tsu menghela nafas dengan putus asa. Dia tidak tahu harus bagaima terhadap putri kesayangannya yang satu ini.
Mendapatkan pelajaran? Gwendolyn Tsu menahan air mata dan tersenyum dingin. Julius Yi begitu tidak memiliki belas kasihan kepada dia, mengapa dia harus mendapatkan pelajara dan membiarkan mereka bersama, melihat mereka berbahagia? Dia tidak mau!
Meskipun Nyonya Tsu dan Frans Tsu memiliki niat untuk menyembunyikan hal ini, tetapi Noah Tsu tetap mengetahui masalah yang menimpa Gwendolyn Tsu.
Noah Tsu yang memiliki sifat kompetitif, kuat dan harga diri yang tinggi begitu mendengar putrinya diperkosa orang, dia sangat marah hingga hampir saja tidak bisa bernafas, membuat Nyonya Tsu sangat terkejut.
"Siapa yang melakukannya? Siapa yang berani memperkosa putriku........aku tidak akan membuat dia mati dengan mudah!" Noah Tsu sambil terbatuk sambil menggertakkan giginya.
Nyonya Tsu bergegas berkata, "tuan, kamu jangan emosional, kesehatanmu lebih penting."
"Bagaimana mungkin aku tidak emosional? Berani menyentuh putriku, aku.....aku....." Noah Tsu terbatuk hingga tidak bisa berkata-kata, mukanya sangat merah.
Nyonya Tsu melihat dia yang sesak nafas, buru-buru meminta pembantunya untuk memanggil Dokter Huang.
Dokter Huang sampai dengan cepat, setelah beberapa saat, Noah Tsu kembali tenang dengan tidak mudah.
"Bagaimana, Dokter Huang?" Nyonya Tsu bertanya dengan khawatir.
Sejak penyakit demam yang terakhir, akhir-akhir ini Noah Tsu sering batuk, kelihatannya semakin parah.
Ekspresi Dokter Huang yang sangat membantu dan menenangkan berkata, "Direktur Tsu seharusnya menjalankan kemotrapi di rumah sakit, obat-obat tradisional sudah tidak bisa menahannya, sekarang kemotrapi merupakan satu-satunya pilihan."
"Bukannya obat tradisional bisa mengontrolnya kemungkinan selama tiga tahun?" Begitu mendengar perkataan Dokter Huang, air mata Nyonya Tsu langsung mengalir turun.
"Itu untuk orang yang tubuhnya sehat, dan emosinya yang stabil." Dokter Huang menghela nafas dan kembali berkata, "Direktur Tsu orang yang tidak sabar, mudah emosi. Ini sangat buruk untuk kesehatan tubuhnya."
"Kalau begitu apakah dengan kemotrapi memiliki kesempatan untuk sembuh?"
"Bicara jujurnya, itu tidak mungkin." Dokter Huang berpikir sejenak dan melanjutkan, "jika tidak melakukan kemotrapi, Direktur Tsu juga harus menginap di rumah sakit sekarang untuk melakukan pengawasan. Kualitas di rumah sakit jauh lebih baik dibandingkan terus memaksa di rumah."
Noah Tsu menggelengkan kepalanya dan berkata, "tidak, tidak usah. Aku ingin di rumah saja."
"Tetapi Direktur Tsu, jika Anda memaksakan diri itu sangat mudah............" Dokter Huang tidak ingin melanjutkan perkatannya.
Nyonya Tsu menangis semakin kencang karena khawatir, memegang tangan Noah Tsu berkata, "tuan, kamu dengarlah perkataan Dokter Huang, pergi ke rumah sakit untuk beberapa saat."
"Tidak mau." Noah Tsu memejamkan matanya.
"Tuan, di saat seperti ini kamu tidak boleh memiliki masalah apapun, jika kamu pergi siapa yang akan menjaga aku dan Gwendolyn? Kamu lakukan saja demi kami berdua ya?"
Noah Tsu menarik nafas dalam, dan menyetujui pada akhirnya.
Novel Terkait
1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaBeautiful Lady
ElsaSi Menantu Buta
DeddyCinta Yang Berpaling
NajokurataHei Gadis jangan Lari
SandrakoCinta Yang Tak Biasa
WennieHabis Cerai Nikah Lagi
GibranMore Than Words
HannyThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)