The True Identity of My Hubby - Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
Tiga hari kemudian, akhirnya Julius Yi tersadar, setelah dokter melakukan pemeriksaan, Julius bisa keluar dari ruang UGD.
“Dokter, bagaimana keadaannya?” Clarissa Yuan melihat ke arah dokter dengan ekspresi serius, akhirnya dengan susah payah dia menghela nafas dan bisa sedikit santai.
Dokter meliriknya dan Justin Yi yang di sebelahnya, juga Nyonya Tua, dan berkata: “Pasien sudah tidak di dalam masa kritis, tetapi tentang masalah matanya yang pernah dibahas sebelumnya…” Dokter berhenti, dan kemudian melanjutkan: "Tadi waktu kami melakukan pemeriksaan,mata pasien tidak merespon cahaya, yang berarti ... mata pasien ada kemungkinan menjadi buta. "
Semua orang yang hadir tercengang.
Meskipun sebelumnya sudah mempersiapkan diri, tetapi Clarissa Yuan masih merasa sangat sedih, bahkan dia tidak bisa bernafas, dia melangkah mundur tidak menentu, lalu terjatuh ke kursi yang ada di belakangnya.
Kaki Nyonya tua itu juga melemah dan terjatuh di perlukan Justin Yi, air matanya menetes.
Justin Yi memeluk Nyonya Tua, dan bertanya dengan cemas, "Dokter, apa mungkin jika ada kesalahan dalam diagnosis? Atau.. bisakah nanti dia pulih seperti sedia kala?"
Dokter menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin jika ada kesalahan diagnosis, sampai nantinya akan ada masalah dalam masa-masa pemulihan, masih perlu untuk melihat keadaaan pasien setelah masa pemulihan, jika masa pemulihannya berjalan baik ada kesempatan untuk melakukan operasi."
Dokter berhenti sejenak, berkata, "Sekarang masalah utamanya adalah pengobatan pada bagian otak pasien, matanya hanya untuk perawatan insidental, terlebih dahulu untuk menyelamatkan nyawanya."
Justin Yi terkejut untuk sesaat, sebelum dia mengangguk pada dokter: "Terima kasih."
“Sama-sama.” Dokter berbalik meninggalkan pintu kamar pasien.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin Julius menjadi buta ..." Nyonya tua itu berteriak dengan sedih lalu mengulangi kata-kata itu lagi: "Bagaimana ini bisa terjadi ..."
"Nenek, jangan terlalu sedih, dokter bilang bahwa mungkin nantinya bisa disembuhkan dengan operasi.”
"Tapi dokter juga tidak mengatakan kalau itu pasti." Nyonya Tua itu berkata dengan sedih, "Jika Julius benar-benar menjadi buta, dia pasti gila, apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus dia lakukan ke depannya?"
Setelah berkata begitu, Nyonya Tua itu menghampiri Clarissa Yuan dan mengenggam tangannyaL “Clarissa, kali ini Julius benar-benar menjadi buta, kita harus bagaimana?”
Masih belum sampai 1 bulan sebelumnya, karena dia baru tahu bahwa Julius Yi ternyata sama sekali tidak buta, jadi dia sangat senang, baru saja berusaha semaksimal mungkin, tetapi dokter memberi tahu Julius Yi bahwa kali ini dia benar-benar buta. Perasaan ini seperti dari neraka datang ke surga, lalu dari surga pergi lagi ke neraka, sama seperti mendapat pukulan yang benar-benar mengejutkan.
Clarissa Yuan memandang wanita tua itu sambil menangis tanpa suara, dia juga tidak tahu harus berbuat apa, dan dia ingin tahu apa yang seharusnya dilakukan!
“Clarissa, jika Julius benar-benar buta, apakah kamu akan meninggalkannya?” Nyonya Tua itu bertanya dengan cemas.
Dia takut Julius Yi akan menjadi buta, dan secara bersamaan juga kehilangan Clarissa Yuan, maka Julius pasti akan hancur.
“Apabila Julius benar-benar menjadi buta, tentu saja Clarissa akan tetap disampingnya.” Teresa Wang yang baru saja berjalan dari lift, mendengar percakapan ini dan segera melangkah menghampiri mereka dan memandang semua orang: “Ada apa?” Apa dokter mengatakan bahwa mata Julius tidak bisa melihat lagi? Apa sudah dipastikan? "
"Iya, Bibi," Justin Yi mengangguk.
"Ya Tuhan! Kalau begitu bagaimana?" Seru Teresa Wang: "Bagaimana dengan Clarissa ku?"
“Iya, Clarissa, apa yang akan kamu lakukan?” Nyonya Tua itu bertanya pada Clarissa Yuan.
Teresa Wang berkata dengan tidak sungkan-sungkan: "Ya ampun, Nyonya Tua, aku tidak bisa menahan diri untuk mengatakan ini, Julius benar-benar bodoh, seseorang berpura-pura buta, lalu akan benar-benar menjadi buta, lalu perusahaan bangkrut, dan akan ada yang melukai Clarissa ku, sebenarnya apa yang dilakukan kalian di kehidupan sebelumnya! Benar-benar merugikan Clarissa ku. "
"Maaf, aku tidak tahu apa dosa yang dilakukan Julius di kehidupan masa lalunya, sampai bisa bertemu dengan wanita seperti Gwendolyn Tsu…” Nyonya Tua mengenggam tangan Clarissa Yuan dan meminta maaf: "Clarissa, kami keluarga Yi meminta maaf kepada kamu, apabila kamu benar-benar ingin meninggalkan Julius, Nenek tidak akan menyalahkan kamu. "
"Nenek ..." Akhirnya Clarissa Yuan berbicara, suaranya terdengar pelan: "Sekarang aku hanya mengkhawatirkan tentang apakah Julius dapat menerima kenyataannya atau tidak, aku hanya peduli apakah dia bisa menjalani hidup dengan baik atau tidak, adapun aku ..." Dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit. : "Apabila aku ingin meninggalkannya, aku sudah lama pergi dan tidak akan menunggu lagi sampai sekarang."
"Clarissa, mengapa kamu berbicara hal omong kosong ini lagi?" Teresa Wang yang ada di sampingnya berkata dengan suara pelan.
Clarissa Yuan mengangkat kepala menatap Teresa Wang dan berkata, "Ibu, keadaan sudah seperti ini, mengapa kamu masih mengatakan hal ini kepada ku? Aku pikir kamu lebih mengerti aku dibanding siapa pun, aku pikir dari awal kamu sudah tahu bahwa aku dan Julius Yi tidak akan terpisahkan. "
"Aku tahu, tapi ..." Teresa Wang tampak sangat tidak berdaya, tentu saja dia tahu bahwa hubungan Clarissa dan Julius Yi sangat baik, tetapi dia adalah putrinya, jika dia tidak mengatakan hal seperti ini, siapa yang akan mengatakannya?
Clarissa Yuan mengabaikannya, berpaling ke Nyonya Tua dengan berlinangan air mata: "Nenek, tenang saja, Julius saat itu sudah lama menjadi orang buta, dan aku masih menemani dia, dan dari awal aku sudah terbiasa menjaga dia selama sehari-hari, tidak peduli berapa lama apakah dia dapat melihat atau tidak, seumur hidup ku, aku akan terus bersamanya. "
“Benarkah?” Nyonya Tua itu memandangnya tidak percaya.
Dia tentu saja berharap bahwa di sisi cucunya ada orang yang benar-benar mencintainya, bersedia menjadi istri yang menjaga suaminya.
Clarissa Yuan mengangguk dengan wajah serius.
“Clarissa Yuan, kamu benar-benar anak yang baik dan baik.”Nyonya Tua itu memeluknya dengan lembut, dan menangis: “Orang baik seperti kamu, kenapa Tuhan tidak bisa memperlakukan kamu lebih baik lagi?”
Clarissa Yuan tersenyum pahit, dia juga ingin tahu masalah ini.
*****
Setelah lama Julius Yi tidak memimpikan hal itu, kali ini dia bermimpi hal yang sama.
Bahkan, kali ini gambarannya lebih jelas dari sebelumnya, dia tidak hanya mendengar suara, tetapi juga melihat sosok wanita di tempat tidur, yang sebenarnya adalah Clarissa Yuan!
Dia bermimpi bahwa Clarissa Yuan sedang bercinta di ranjang dengan seorang pria tanpa busana, wajah pria itu sangat familiar, tetapi tetapi dia tidak bisa terpikirkan apakah dia mengenal pria itu atau tidak.
Melihat kejadian ini, dia ingin membuka matanya, tetapi sekeras apa pun dia berusaha, dia tetap tidak bisa membuka matanya.
Gambaran itu perlahan menghilang di dalam benaknya, dan sosok Clarissa Yun pun perlahan-lahan menghilang dari hadapannya.
"Clarissa ...!" Dia memanggil dengan panik.
Dipanggil seperti itu olehnya, Clarissa Yuan, yang sedang tertidur di tepi tempat tidur, segera bangun, lalu meraih tangannya dan berkata dengan khawatir: "Julius, apa kamu sudah tersadar?"
Matanya terbungkus kain kasa, dan dia tidak yakin apakah dia sudah terbangun.
“Clarissa, kamu jangan pergi!” Julius Yi meraih tangannya yang kecil, mengenggam erat, seolah-olah sekalinya dia melepaskan tangannya, mungkin Clarissa akan menghilang dengan pria lain begitu saja.
“Aku tidak akan pergi, Julius, aku akan selalu berada di sisimu.” Clarissa Yuan menghiburnya dengan tenang, dia bisa merasakan, bahkan setelah terbangun kaget seperti itu, ada keringat dingin di tangannya.
"Ada apa denganmu? Mimpi buruk?" Dia sedikit membantunya menghapus keringat dingin dari wajah dan lehernya.
"Eng, aku bermimpi bahwa kamu satu ranjang dengan pria lain, lalu di dalam mimpi itu, kalian pergi bersama-sama.”
"Bagaimana bisa? Bagaimana aku bisa meninggalkanmu?" Clarissa Yuan sedikit tersenyum, "Kamu tertekan, jadi mempunyai mimpi buruk.”
Mengalami pengalaman diculik, di dalam hatinya dia juga memiliki tekanan psikologis seperti itu, dan itu hal yang normal.
“Kenapa aku merasa bahwa itu tidak tampak seperti mimpi? Seperti benar-benar terjadi," kata Julius Yi murung.
Adegan tadi tampak seperti mimpi, bahkan dia sendiri tidak tahu apakah itu mimpi atau bukan.
"Pasti kamu masih bingung, jadi muncul beberapa halusinasi yang tidak mau kamu lihat, tidak masalah, beristirahat lah selama beberapa hari ini, kamu pasti baik-baik saja." Clarissa Yuan meletakkan telapak tangannya untuk kembali ke dalam selimut, menyuruhnya untuk beristirahat.
Julius Yi mengangkat tangannya yang lain, lalu jari-jarinya dengan lembut menyentuh kain kasa itu: "Kapan dokter mengatakan kain kasa ini dapat dilepas, jika sepert ini sangat tidak nyaman, hanya gelap tidak ada terang, aku bahkan tidak bisa memberdakan apakah ini pagi atau malam hari.”
Clarissa Yuan sebenarnya tidak tahan untuk memberitahunya, bahkan jika kasa matanya dilepas, kehidupnya pun tidak akan bisa membedakan siang dan malam seperti ini.
Dia diam-diam tersedak, dan memaksakan tertawa: "Dokter mengatakan bahwa untuk sementara tidak bisa dibuka terlebih dahulu, itu akan memakan waktu, dan tahanlah dulu."
Untuk mengalihkan perhatiannya, dia segera berkata, "Julius, kamu pasti lapar, Kak Sarah baru saja mengantarkan bubur, aku akan menyuapi kamu, bagaimana?”
“Baik.” Julius Yi mengangguk, dia memang lapar.
“Ayo, duduklah.” Clarissa Yuan merangkulnya agar dia bersandar di kepala tempat tidur, dia hendak memberinya makan, tetapi Julius Yi mengangkat telapak tangannya dan menyentuh wajah nya yang kecil, dari pipi ke bagian belakang kepala, lalu ke tubuhnya, dia tersenyum simpul sambil menyentuhnya: "Biarkan aku melihat apakah kamu benar-benar baik-baik saja."
Clarissa Yuan mengenggam telapak tangannya, lalu tersenyum, "Benar tidak apa-apa, setelah kamu terjatuh, para penculik ketakutan dan bertindak konyol, kemudian mereka berhasil ditangkap oleh polisi."
“Hari itu, kamu pasti sangat ketakutan, bukan?” Dia memeluknya, mengingat adegan yang dia lihat saat dia bergegas naik ke atas itu, dia masih menggertakkan giginya: “Bahkan mereka pun berani memegang wanita ku, benar-benar bernyali besar.”
“Memang pada saat itu menakutkan, tetapi untungnya kamu datang tepat pada waktunya, dan juga hal itu telah berlalu.” Clarissa Yuan menepuk pundaknya: “Tenang saja, aku sudah lupa, selama kamu baik-baik saja.”
Dia bukannya lupa, tapi dia sama sekali tidak ingin bersedih karena kenangan lama, sekarang dia bahkan sangat peduli pada Julius Yi, mana ada hati bersedih untuk dirinya?
"Julius..." Dia berbisik di telinganya.
“Hah?” Dia menanggapi hal dengan kelembutan yang sama seperti biasa.
Untuk sejenak, Clarissa Yuan ragu-ragu, baru membuka mulut dan berkata: “ Nantinya apa pun yang terjadi, kamu jangan terlalu bersedih, aku akan selalu ada di sisi kamu, sama seperti sebelumnya."
“Mengapa kamu mengatakan hal seperti ini?” Julius Yi bingung.
"Bukan apa-apa, hanya saja, hal-hal di masa lalu membuat aku terharu.” Clarissa Yuan masih tersenyum dan berkata: "Ingat ketika aku keguguran anak, lalu apakah kehilangan kualifikasi untuk menjadi seorang ibu? Lalu aku putus asa untuk melanjutkan hidup. Tetapi kamu selalu berada di sampingku menghibur aku, memperdulikan aku, membuat aku mempunyai keberanian untuk terus melanjutkan hidup. "
“Eng.” Di dalam hatinya, Julius Yi memiliki firasat buruk.
Clarissa Yuan kemudian melanjutkan dan berkata: “Kemarin Ibu ku bilang, nasib kita berdua buruk, ke depannya pasti ada banyak kesulitan yang menanti.”
Novel Terkait
Don't say goodbye
Dessy PutriCEO Daddy
TantoIstri Yang Sombong
JessicaLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieAdieu
Shi QiThe Sixth Sense
AlexanderMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)