The True Identity of My Hubby - Bab 270 Mau Membantunya Tidak
Malam harinya setelah menidurkan Liam dan Natasia, Clarissa Yuan tersenyum pada Julius Yi, "Tidak terpikir kamu menyetujui Liam dan Natasia mengikuti upacara pemakaman Noah."
"Yang kamu katakan benar, dendam sesama orang tua tidak seharusnya dilibatkan juga pada anak-anak." Julius Yi melingkarkan tangan di pundak Clarissa Yuan, setelah diam sebentar, dia baru bicara, "Apa kamu tahu kenapa Noah bisa meninggal?"
"Bukankah karena kanker?"
"Bukan, karena dicekik mati oleh Juwono."
"Hah? Juwono?"
"Iya." Julius Yi menganggukan kepala, "Aku juga dengar ini dari Justin."
"Kenapa Juwono mau membunuhnya? Ini adalah pembunuhan berencana, harus ganti nyawa." Clarissa bertanya bingung. Dalam bayangannya, Juwono Yi bukanlah orang yang begitu bodoh.
"Mungkin tentang masalah penjualan saham sebelumnya. Berdasarkan pengakuannya sendiri, beberapa tahun ini dia selalu dikejar oleh Noah. Jadi karena kesal, dia mencekik mati Noah." saat Julius berkata tentang adiknya ini, hatinya tanpa bisa ditahan merasa sayang.
"Kalau begitu ... dia kira-kira akan dihukum berapa tahun?" tanya Clarissa Yuan.
Julius Yi tertawa, "Pengacara Yuan, pertanyaan ini seharusnya aku yang tanyakan padamu."
"Ehm ..." Clarissa Yuan tertawa dengan malu, "Kalau aku, aku rasa aku bisa membantunya mendapatkan hukuman di bawah sepuluh tahun."
"Seyakin itu?"
"Tentu saja." kata Clarissa Yuan, "Kalau Juwono ada bukti biasanya dia mendapat pengejaran dari Noah, maka ini sama sekali tidak sulit. Selain itu Noah mengidap kanker stadium akhir. Dikatakan dengan lebih jelas lagi, nyawanya tidak begitu berharga lagi."
"Tapi Juwono juga mendapatkan hukuman atas perbuatannya sendiri. Biarkan dia menetap di penjara saja." Julius Yi melingkarkan tangan di bahu Clarissa Yuan dan berkata, "Ayo kita tidur."
Keesokan harinya setelah Clarissa Yuan mengantarkan Liam dan Natasia ke sekolah, dia berjalan keluar dari halaman sekolah. Saat dia bersiap naik ke mobil, muncul seseorang di sampingnya membuat dia terkejut.
Setelah dia melihat siapa orang itu, dia baru menghela napas lega dan berkata dengan kesal, "Ibu, kamu sudah menganggetkanku."
Akhir-akhir ini dia sudah dibuat terkejut oleh Gwendolyn Tsu sampai hampir gila. Pergi kemana-mana selalu sangat hati-hati. Melihat orang tidak dikenal yang berjalan ke arahnya, juga akan merasa gugup.
Gloria masih tetap dengan tampilannya yang menyedihkan. Rambut berantakan, dan wajahnya kelihatan sangatlah lemah. Begitu melihat Clarissa Yuan, Gloria langsung berlutut dan berkata sambil menangis, "Clarissa, tolong kamu bantu Juwono, aku mohon ..."
"Ibu, cepat berdiri." Clarissa Yuan melihat sekeliling orang tua murid dan anak-anak yang memandang ke arahnya dan berkata, "Kalau kamu seperti ini, orang-orang akan mengira aku sudah menindas orang tua."
Gloria tidak mempedulikan hal itu, merambat ke tubuh Clarissa Yuan, lalu memohon, "Clarissa, dulu aku yang bersalah padamu. Aku tidak seharusnya selalu menyakitimu, mengabaikanmu, aku tidak seharusnya membawa dokumen seperti itu kepada Julius. Semua itu salahku. Kamu maafkan aku ya?"
Clarissa Yuan menganggukan kepala dengan cepat, "Iya, iya, iya ... aku memaafkanmu. Cepatlah berdiri."
Selama Gloria bersedia bangun saja. Selain itu sudah lewat begitu lama, memaafkan atau tidak apa artinya?
"Kalau begitu apa kamu bisa menyelamatkan Juwono?"
"Aku ... kamu ingin aku menyelamatkannya dengan cara apa?" Clarissa Yuan tidak mengerti.
Gloria menghapus air mata di wajahnya dan berkata, "Kamu adalah pengacara, kamu pasti mempunyai cara untuk menyelamatkannya. Clarissa, aku hanya memiliki satu anak. Aku tidak bisa menatapnya mati begitu saja. Selain itu Juwono juga membunuh Noah, si serigala itu karena terpaksa."
"Kalau begitu kenapa kamu tidak menggunakan pengacara yang lebih ahli?" tanya Clarissa Yuan.
Juwono Yi dulu mencelakai Julius Yi sampai begitu parah, Gloria juga menyuruh Julius Yi menandatangani dokumen seperti itu. Bahkan Julius Yi juga sudah akan masuk penjara karena Gloria. Dan sekarang, Gloria ingin dia membantu Juwono Yi lepas dari hukuman? Dia juga bukan orang suci.
Gloria menangis dengan lebih sedih, "Aku juga ingin, tapi sekarang aku tidak mempunyai uang. Bahkan makan juga kesulitan. Mana ada uang untuk mengundang pengacara? Jadi aku baru memohonmu seperti ini."
"Clarissa ..." Gloria tiba-tiba menengadahkan kepala, lalu berkata sambil menatapnya, "Selama kamu bersedia membantuku, aku bisa melakukan apapun juga. Aku bisa membantumu menjadi saksi untuk Noah. Aku mengatakan semua tentang Noah yang mengancam Juwono ... aku ...."
"Ibu." Clarissa Yuan berkata dengan tidak berdaya, "Noah sudah meninggal. Selain itu kamu bisa menjadi saksi apa? Si tua itu sangat licik. Dia bisa meninggalkan bukti apa untukmu?"
Gloria terdiam. Dia memang tidak bisa menjadi saksi.
Setelah terdiam dua detik, dia mulai menangis lagi, "Tapi bagaimana dengan Juwono? Clarissa, selain kamu, tidak ada lagi orang yang bisa menolong dia. Tolong kamu selamatkan dia ..."
Clarissa Yuan menurunkan tangan Gloria dari kakinya dengan tidak berdaya dan berkata, "Ibu, kalau kamu seperti ini lagi aku sudah akan teriak memanggil orang nih."
"Clarissa ... aku mohon padamu." Gloria tetap menempel padanya dengan pantang menyerah.
Gloria mengerti Clarissa Yuan, juga tahu wanita ini adalah orang yang mudah tergerak hatinya, jadi dia baru bersedia menurunkan harga diri untuk memohon pada Clarissa Yuan. Tapi tidak disangka Clarissa Yuan kali ini begitu kejam, mau dia memohon bagaimanapun tetap tidak bersedia menyetujui.
Clarissa Yuan dibuat tidak berdaya oleh Gloria, hanya bisa berkata, "Kamu cari Julius saja. Kalau dia bersedia mengampunimu, maka aku bantu kamu."
"Benarkah?" Gloria berhenti menangis lalu menengadah menatap Clarissa Yuan.
Clarissa Yuan menganggukan kepala, "Tapi aku harus menjelaskan dulu padamu. Bisa menolong Juwono atau tidak, itu semua berdasarkan kondisi kasus dan juga bukti yang dia miliki. Belum tentu juga bisa membantunya."
"Aku tahu, aku tahu ..." Gloria mengangguk dengan tidak sabar.
Clarissa Yuan begitu mendapatkan kembali kebebasan, langsung berbalik dan masuk ke dalam mobil.
*****
Malam hari, saat Julius Yi pulang, Clarissa Yuan baru saja selesai membacakan cerita pada Liam dan Natasia, menidurkan mereka.
Julius Yi berdiri di ujung ranjang menatap Liam, lalu melihat Natasia. Dengan lembut memberikan kecupan di dahi kedua anak, baru keluar bersama dengan Clarissa Yuan.
Setelah kembali ke kamar, Clarissa Yuan ingin menyediakan air mandi bagi Julius Yi, malah ditarik kembali oleh Julius Yi. Julius Yi bertanya padanya, "Hari ini ibu mencarimu?"
Clarissa Yuan menganggukan kepala, "Dia juga mencarimu?"
"Bukankah kamu yang menyuruh dia mencariku?"
Clarissa Yuan terkejut lalu tersenyum tidak enak hati, "Aku ... aku hanya asal bicara saja. Karena aku tahu dia tidak bisa masuk ke dalam Perusahaan Besar Yi."
"Dia memang tidak boleh masuk. Tapi dia ribut-ribut di depan pintu perusahaan, kebetulan dilihat oleh Justin yang baru pulang, dan dia sekalian membawa ibu masuk." Julius Yi diam sebentar dan berkata, "Pada pandangan pertama aku hampir tidak mengenalinya, seperti orang yang berbeda saja."
"Iya, tidak disangka dia bisa mencapai tahap seperti ini." Clarissa Yuan menghela napas. Satu tahun ini telah terjadi terlalu banyak masalah. Semua orang berubah.
"Dia juga lumayan kasihan." kata Julius Yi.
"Jadi?" Clarissa Yuan menilai Julius Yi sambil tersenyum, "Julius, kamu bukan tersentuh olehnya 'kan?"
"Bukannya tersentuh, hanya saja ..." Julius Yi juga tertawa, dia tersenyum pahit, "Juwono bagaimanapun merupakan saudara yang tumbuh besar denganku. Selain itu dia hanya suka main, sikapnya tidak jahat. Membunuh Noah juga hanya karena terpaksa. Jadi aku berharap dia hanya mendekam di penjara selama beberapa tahun saja."
"Bagaimana denganmu?" tanya Julius Yi.
Clarissa Yuan berkata, "Kamu saja sudah memaafkannya, aku masih bisa bagaimana lagi?"
"Kamu boleh memilih tidak memaafkan. Aku tidak akan menyalahkanmu." kata Julius Yi.
"Sudahlah, seperti yang kamu katakan. Cukup dihukum beberapa tahun saja, tidak perlu sampai mendekam seumur hidup di penjara." Clarissa Yuan memegang wajah Julius Yi yang tampan, "Sudahlah, pergi mandi sana."
"Iya. Kamu sudah mandi?" Julius Yi melihat Clarissa Yuan yang sudah memakai pakaian tidur, jelas-jelas tahu tapi masih bertanya.
"Sudah dari tadi."
"Begitu cepat. Kalau belum kita bisa mandi bareng, menghemat air." Julius Yi berkata sambil tersenyum.
Clarissa Yuan melihatnya dengan kehabisan kata-kata, "Sudah merupakan ayah dari dua anak, masih saja begitu tidak serius."
Hanya bertambah dua anak saja, Julius Yi sedikit tidak sudi. Julius Yi ikut masuk ke dalam kamar mandi dan langsung menutup pintu. Wajah yang tampan terlihat di kaca dengan senyum jahat tersungging.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" Clarissa Yuan menatapnya bingung.
"Tentu saja ingin membuatmu merasakan rasanya ditimpa oleh orang yang tidak serius." baru saja Julius Yi selesai berkata, dia memasukkan Clarissa Yuan bersama dengan baju tidurnya ke dalam bak mandi yang sedang diisi air.
"Hei ... Julius, kamu gila ya!" Clarissa Yuan berdiri dari bak mandi dengan berantakan, seperti anak ayam yang kehujanan.
"Tidak kok, hanya mencari pasangan yang lebih bersih saja." Julius Yi melepaskan baju di tubuh Clarissa Yuan tanpa ragu, lalu kembali lagi menimpanya ke dalam bak mandi.
Dia ingin membuat Clarissa Yuan mengerti, hubungan suami istri tidak bisa kehilangan banyak kesenangan hanya karena mempunyai anak.
*****
Liam dan Natasia datang ke upacara pemakaman Noah Tsu. Mereka menatap sekeliling dengan wajah penasaran.
Frans Tsu membawa mereka berpisah dengan Noah Tsu. Gwendolyn Tsu melihat sekeliling, lalu melihat pintu, tapi tetap tidak menemukan keberadaan Julius Yi.
Sisca menunduk dan berkata di samping telinganya, "Nona Tsu, tidak perlu melihat lagi, Tuan Muda Yi tidak datang."
Gwendolyn Tsu menggigit bibir, dan matanya kembali berkaca-kaca.
Julius Yi tidak datang, dia bahkan tidak berpamitan dengan ayahnya untuk terakhir kalinya. Apa pria itu benar-benar tidak menganggapnya sebagai istrinya?
Julius Yi, kamu terlalu kelewatan. Gwendolyn Tsu memarahi dalam hati.
Setelah upacara pemakaman selesai dan mengantar semua tamu pergi, Keluarga Tsu pun pulang ke villa Keluarga Tsu.
Frans Tsu memapah Nyonya Tsu dan membujuk Nyonya Tsu istirahat di ranjang, dia berjalan ke ruang tamu dan melihat Sisca turun dari lantai atas, "Dimana Gwendolyn? Apa dia baik-baik saja?"
Sisca menggelengkan kepala, "Tidak terlalu baik, Tuan Muda Yi tidak hadir di upacara pemakaman. Nona Tsu tidak terlalu senang. Tuan Tsu kamu naik dan melihatnya saja."
Frans Tsu menganggukan kepala dan naik ke lantai atas.
Saat dia masuk ke dalam kamar Gwendolyn Tsu, Gwendolyn Tsu sedang melampiaskan emosi dengan melemparkan semua barang-barang yang ada di kamar. Ketika melihat Frans Tsu masuk, dia melemparkan kotak tisu pada Frans Tsu, "Kalian semua keluar! Jangan pedulikan aku!"
Frans Tsu membungkuk, mengambil kotak tisu yang ada di atas lantai dan meletakkan benda itu ke atas meja. Dia menilai Gwendolyn Tsu dan berkata, "Julius tidak menghadiri upacara pemakaman ayah bisa membuatmu begitu marah?"
Gwendolyn Tsu berkata dengan marah, "Apa aku bisa tidak marah? Begitu banyak keluarga dan teman yang melihat. Dia jelas-jelas sengaja membuatku malu!"
"Tapi apa kamu tidak pernah berpikir, bagi Julius, apa artinya kamu dan ayah bagi dia?" Frans Tsu berkata dengan tenang, "Kamu selamanya hanya memikirkan pikiranmu sendiri, tidak mengerti untuk berpikir dari sudut pandang orang lain. Kamu dan ayah dulu selalu menyusahkan Perusahaan Besar Yi, memaksa Julius untuk menikahimu, bahkan sengaja menjebaknya untuk menandatangani kontrak palsu. Di bawah kondisi seperti itu, kamu masih berharap dia datang menghadiri uparaca pemakaman ayah?"
"Kakak, kamu mau membela mereka di depanku lagi?"
"Aku hanya berharap kamu bisa berpikir lebih terbuka. Jangan selalu keras kepala."
"Aku justru mau keras kepala! Aku mau membencinya! Salahkan dia!" Gwendolyn Tsu berkata dengan marah, "Kalau kamu tidak suka, tampar saja aku seperti ibu, tidak pedulikan saja aku seperti ibu, atau langsung usir saja aku keluar dari Keluarga Tsu!"
Gwendolyn Tsu tiba-tiba menangis dan berkata, "Yang jelas ayah juga sudah pergi. Kalian boleh menindasku bagaimana pun. Tidak ada lagi orang yang akan memarahi kalian lagi."
"Kamu kembali lagi seperti ini. Apa aku sedang menindasmu?"
"Memangnya bukan? Kalau bukan, kenapa kamu harus membantu Julius bicara. Jelas-jelas dia yang melakukan tidak benar, kenapa yang salah malah aku? Kenapa?"
"Gwendolyn, kamu benar-benar tidak tertolong lagi!" Frans Tsu berkata seperti itu lalu langsung keluar dari kamar.
Setelah Frans Tsu pergi, Gwendolyn Tsu menangis dengan lebih sedih. Dia berkata, "Ayah, cepatlah pulang. Jangan tinggalkan aku seorang diri. Mereka semua menindasku, tidak mau aku lagi ..."
Dan sekarang, ayahnya tidak lagi seperti sebelumnya menghiburnya sambil menepuk-nepuk punggung tangannya dan berjanji membantunya membalaskan ketidakadilan lagi.
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Air Mata Cinta
Bella CiaoUntouchable Love
Devil BuddyThe Winner Of Your Heart
ShintaMata Superman
BrickDewa Perang Greget
Budi MaWahai Hati
JavAliusThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)