The True Identity of My Hubby - Bab 242 Menghindar (2)
Karena Noah Tsu sedang sakit, akhir-akhir ini kesempatan Frans Tsu tinggal di rumah keluarga Tsu bertambah banyak.
Ketika Gwendolyn melihat Frans keluar dari kamar ayahnya, dia bertanya curiga: "Kak, kamu kenapa akhir-akhir ini terus datang ke rumah? Kamu tidak melewati dunia berdua dengan Clarissa-mu lagi?"
Frans Tsu membuat tanda diam dengan jarinya, memberitahunya jangan sampai ayah mendengar perkataan ini.
Kalau sampai ayah salah paham dia dan Clarissa ada hubungan apa-apa, pasti akan marah-marah kemudian penyakitnya tambah parah.
Frans duduk di sofa, mengamati Gwendolyn dan berkata: "Bagaimana hubunganmu dengan Julius-mu beberapa hari ini? Sudah lebih baik?"
"Termasuk membaik."
"Baguslah kalau begitu."
Gwendolyn berpikir sejenak, kemudian berkata kepada Frans: "Kak, aku tahu kamu tidak ingin terus di Kota A, tidak apa-apa, kamu bawa Liam dan Natalia pulang ke Swiss saja."
Frans mengamati adiknya ini dengan curiga, tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba menjadi begitu pengertian.
Frans tertawa: "Tidak pulang, usia ayah dan ibu sudah tua, perlu aku tinggal di Kota A, terlebih lagi aku juga sudah berjanji pada ayah mulai bekerja di perusahaan."
"Tenang saja, aku akan menjaga ayah dan ibu." Gwendolyn berkata dengan penuh percaya diri.
Kalau Frans keluar negeri, Clarissa pasti akan ikut, kalaupun tidak, dia juga akan memaksanya keluar negeri, dengan begitu maka hubungan antara dia dan Julius juga akan berkurang secara perlahan.
"Kamu? Kamu sendiri saja masih harus membuat orang lain khawatir." Frans berdiri dan mengelus kepala Gwendolyn: "Sudah, kamu jaga dirimu sendiri saja, aku akan menjaga ayah dan ibu."
"Kak......." Gwendolyn memanggil sosok kakaknya yang menjauh, namun Frans tidak berhenti.
Frans mana mungkin tidak tahu rencana adiknya?
Tidak usah bilang ayahnya sekarang memerlukannya, kalaupun tidak perlu, dia juga tidak akan bodoh sampai lagi-lagi dipergunakan oleh adik kandungnya ini.
*****
Demi menghindari Julius, Clarissa mengirimkan sebuah pesan kepada Julius, berkata bahwa dia sedang menemani Liam dan Natalia ke luar negeri untuk berpartisipasi di sebuah lomba seni, tidak bisa berhubungan dengannya.
Dia awalnya bermaksud memblokir nomor teleponnya, kemudian menghindarinya, tapi beberapa hari ini telepon Julius terus datang tanpa henti, bahkan sudah datang ke depan rumah Frans.
Sedangkan Frans meskipun tidak ingin mencampuri hubungan mereka berdua, tapi Julius adalah adik iparnya, di dalam hati dia tetap merasa tidak nyaman, ketika dia keluar rumah di pagi hari, dia pun memberitahu Julius bahwa Clarissa membawa anak-anak keluar negeri untuk mengikuti lomba.
Julius melihat ke dalam rumah sekilas, tidak bersedia percaya dan berkata: "Clarissa dan anak-anak keluar kota, kamu kenapa tidak ikut?"
Frans tidak tahan dan melihat Julius dengan tatapan kesal: "Julius Yi, mohon kamu mengerti identitasmu sekarang, kamu sudah menikahi adikku, maka mohon kamu perlakukan dia dengan baik, jangan terus berhubungan dengan perempuan lain."
Julius mengerutkan kening: "Frans Tsu, aku percaya kamu mengerti kenapa aku bisa menikah dengan Gwendolyn."
"Benar, aku mengerti, tapi dulu kamu boleh memilih tidak menikah dengannya, sekarang sudah menikah maka seharusnya bertanggung jawab, terlebih lagi di keadaan kedua kakinya cacat seperti ini."
Julius melihat Frans sambil tertawa sinis: "Aku sangat penasaran, kamu seperti ini sebenarnya demi adikmu atau demi dirimu sendiri."
"Aku boleh berkata jujur denganmu, memang ada sedikit keegoisan, tapi mengasihani adikku sendiri pasti ada." Frans berkata dengan nada menyalahkan: "Tidak peduli seburuk apa Gwendolyn, tapi dia sudah menikahimu, kamu tidak mengkhawatirkan kakinya, tidak membawa dia berobat keluar negeri, malah setiap hari membuatnya marah dan menangis pulang ke rumah, kamu tidak merasa kamu sangat dingin?"
Julius emosi: "Tuan muda Tsu! Aku minta tolong kamu lihat dengan jelas situasi sekarang, perempuan yang kucintai dipaksa keluar dari rumah keluarga Yi, sekarang lagi-lagi dipaksa menghindariku dari pagi sampai malam. Di keadaan seperti ini kamu masih berharap aku memperhatikan kaki adikmu, membawanya memutari dunia mencari dokter untuk berobat? Kalau diganti jadi kamu, apakah kamu bisa berbuat seperti itu?"
"Tidak bisa."
"Kalau begitu kenapa kamu memintaku berbuat seperti itu?"
"Gwendolyn adalah adikku, aku hanya bisa memohon padamu." Frans Tsu menghela nafas tidak berdaya, dia menyalakan mobil dan pergi meninggalkan rumah.
Kalau Gwendolyn bukan adik kandungnya, dia tidak akan menyalahkan Julius sedikitpun, tapi.....
Mungkin ini adalah keegoisan manusia, dia menggelengkan kepalanya.
*******
Di saat Gwendolyn menerima laporan pemeriksaan dari temannya, tangannya sedikit bergetar, dia bahkan tidak berani langsung membuka laporan dan melihat hasilnya.
Beberapa hari ini, Andi sudah membantunya mencari beberapa murid yang kuliah di Universitas F 4 tahun lalu, begitu menyebutkan nama Clarissa Yuan, mereka semua rata-rata kenal, dan alasan utama mereka mengenalnya adalah karena dia menjalin hubungan dengan guru pengganti.
Dan guru pengganti itu adalah Julius Yi, dia sudah memastikan fotonya di album pekerja universitas.
"Lebih baik kamu yang beritahu aku hasilnya." kata Gwendolyn.
Teman itu tidak mengerti alasan dan gunanya Gwendolyn memeriksa hal ini, dia tersenyum dan berkata: "Menurut dua rambut yang kamu berikan, di antara kedua orang ini ada hubungan darah, terlebih lagi adalah hubungan langsung."
Meskipun sudah mempersiapkan diri untuk yang paling buruk, tapi begitu mendengar hasil ini, hati Gwendolyn langsung mengerat, membeku di tempat.
Liam dan Natalia benar-benar adalah anak Clarissa dan Julius, hal ini adalah kenyataan!
Wajahnya perlahan-lahan memutih.
Pantas saja Clarissa bersedia merendahkan diri dan menjadi ibu pengasuh di rumah keluarga Tsu, pantas saja ketika di Ocean World, Clarissa menangis sesedih itu, ternyata ini alasannya!
Apa yang sebenarnya terjadi? Clarissa bagaimana bisa tahu anak-anak ini adalah anaknya, apakah selama ini tahu atau baru tahu belakangan ini? Julius tahu atau tidak?
Menurut pengawasannya, Julius seharusnya tidak tahu, kalau tidak dari dulu dia sudah membawa anak-anak itu kembali ke sisinya.
Tapi Clarissa tahu kenyataan ini, kenapa tidak memberitahu Julius?
Yang membuatnya paling tidak mengerti adalah..... Anak-anak kenapa bisa diadopsi oleh Frans? Apa yang sebenarnya terjadi?
Sekumpulan pertanyaan dan kebingungan menekan hati Gwendolyn, membuat dia tidak bisa bernafas, dia benar-benar tidak bisa membayangkan, reaksi Julius ketika tahu Liam dan Natalia adalah darah dagingnya, saat itu kalaupun Nyonya Tua berlutut sampai kakinya patah, mungkin tetap tidak bisa menghentikan Julius menceraikannya dan menikahi Clarius, kan?
Tidak boleh! Dia tidak boleh membiarkan hal seperti ini terjadi, pokoknya tidak boleh membiarkan Julius tahu Liam dan Natalia adalah anaknya.
"Gwendolyn, kamu baik-baik saja?" Teman Gwendolyn melihat wajah Gwendolyn yang pucat dan bertanya dengan khawatir.
Gwendolyn tersadar dari lamunannya, dengan nada suara yang kaku menjawab: "Baik-baik saja."
Kemudian, dia menggerakkan kursi rodanya menuju pintu rumah sakit.
Clarissa menuju ke TK untuk menjemput Liam dan Natalia, setelah menyerahkan kartu jemput kepada guru, anak-anak malah tidak berlari keluar dengan senang hati seperti biasanya. Malah melihat Liam duduk di atas kursi menangis, sedangkan Natalia berdiri di samping menemani guru menghiburnya.
"Ada apa? Kenapa Liam menangis?" Clarissa berjalan mendekati mereka, mengamati Liam yang sedang menangis.
"Bibi Clarissa, dia mencakar telingaku." Liam berkata sambil menunjuk ke seorang anak kecil yang sedikit tinggi di samping.
Clarissa berpaling ke anak itu, melihat anak itu tidak hanya melipat tangan tanpa merasa bersalah, bahkan mengangkat wajahnya setinggi langit, melirik Liam yang menangis dengan dingin.
Sedangkan belakang telinga Liam dicakar sampai ada dua bekas luka.
Wali kelas di samping berkata dengan ekspresi maaf: "Maaf, Nona Yuan, tadi Liam dan George bertengkar karena berebut kursi, George tidak sengaja mencakar Liam, Liam pun menangis."
Clarissa menatapi luka di belakang telinga Liam, di dalam hati merasa sedih dan juga marah, dia tidak bisa menyalahkan George yang bersikap angkuh di samping, namun juga tidak bisa menahan kemarahannya, dia pun terpaksa memarahi wali kelas: "Kamu bagaimana menjaga anak? Kenapa bisa membiarkan mereka bertengkar? Kalau tadi yang tercakar itu mata bagaimana? Atau pakai kursi memukul kepala bagaimana?"
"Maaf, salah kami tidak mengurus anak dengan baik." ekspresi guru tersebut penuh dengan maaf.
Clarissa melihat guru yang menunduk minta maaf, terpaksa menahan keinginannya yang ingin terus memarahinya, dengan sedih memeluk Liam.
Clarissa satu tangan menggendong Liam, satu tangan menggandeng Natalia berjalan menuju pintu keluar.
Dari belakang terdengar obrolan para orang tua: "Tidak berpendidikan, anak mana yang tidak bertengkar? Bisa-bisanya memarahi guru."
"Benar, sudah biasa anak-anak bertengkar."
"Kalau dimanja sampai seperti ini, dirumah anak itu bukannya tidak terkalahkan di rumah, ketika sudah besar malah aneh kalau bisa sukses!"
Clarissa mendengar obrolan mereka, di dalam hati bukannya tidak merasa malu, dia tahu tadi dia terlalu impulsif, terlalu tidak berlogika. Tapi Liam adalah anaknya, adalah hati dan jantungnya, bagaimanapun dia tidak bisa melihat Liam terluka.
Dia terus merasa Liam dan Natalia adalah hadiah dari Tuhan, ketika dokter memberitahu bahwa dia tidak akan bisa hamil seumur hidup, ketika dia berpikir seumur hidup ini dia tidak bisa menjadi ibu, Liam dan Natalia muncul, memberinya kesempatan menjadi seorang ibu.
Kalau orang-orang itu tahu perasaannya saat ini, apakah bisa lebih sedikit segan dengan mulut mereka?
Dia menurunkan Liam dan mengamatinya sesaat, kemudian memeluknya dengan erat dan berkata: "Liam, lain kali tidak peduli apa yang terjadi jangan bertengkar, harus melindungi diri dengan baik, harus baik-baik saja, mengerti?"
"Aku mengerti, Bibi Clarissa." Liam mengangguk menuruti perkataan Clarissa.
"Natalia, kamu juga." Clarissa mengeluarkan satu tangannya dan menarik Natalia ke pelukannya, matanya basah: "Kalau terjadi sesuatu dengan kalian, Bibi Clarissa akan merasa sangat sedih, ayah juga akan merasa sedih."
"Bibi Clarissa, lain kali aku dan kakak akan melindungi diri sendiri dengan baik." Natalia juga berkata dengan nada suara menurut, menghibur Clarissa.
"Iya, pintar sekali!" Clarissa mengelus kepala kedua kakak beradik ini, kemudian berdiri sambil tersenyum: "Kalau begitu sekarang kita pulang."
"Baik!" Kedua kakak beradik menjawab bersamaan.
Clarissa menggandeng Liam dan Natalia berjalan menuju pintu keluar TK, Liam lebih dulu berlari ke arah parkiran.
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaVillain's Giving Up
Axe AshciellyPejuang Hati
Marry SuIstri kontrakku
RasudinKamu Baik Banget
Jeselin VelaniMy Cute Wife
DessyCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyMore Than Words
HannyThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)