The True Identity of My Hubby - Bab 256 Liam 2
Ketika Gwendolyn Tsu mendengar Liam sudah siuman, dia mulai merasa gelisah.
Sebelum Liam siuman, dia masih bisa bersikeras menyangkal bukan dia yang mendorong Liam ke bawah, tapi sekarang Liam sudah siuman. Tidak tahu apakah Liam mengingat apa yang terjadi sebelum dia jatuh dari tangga. Jika Liam mengatakan yang sebenarnya, maka tidak hanya anggota Keluarga Yi yang akan membencinya, bahkan keluarganya juga akan kecewa kepadanya.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya dia mengeluarkan ponsel khusus yang dia gunakan untuk berhubungan dengan Andi lalu dia menghubungi nomor Andi.
Andi yang berada di balik telepon tidak tahu sedang dugem di mana. Musik yang terdengar dari balik telepon sangat memekakkan telinga, jadi secara naluriah Gwendolyn Tsu mengerutkan keningnya, dan menjauhkan telepon dari teliganya.
Suara musik yang memekakkan telinga perlahan-lahan menjauh, mungkin Andi sudah pergi ke kamar mandi, sambil tersenyum dia bertanya: "Nona Tsu, ada perintah apa?"
“Apakah saat ini kamu leluasa untuk berbicara?” tanya Gwendolyn Tsu .
"Leluasa, silahkan katakan."
“Aku ingin kamu pergi ke rumah sakit untuk menangani sesuatu.” Gwendolyn Tsu berhenti sejenak, lalu dia melanjutkan berkata: “Seorang anak kecil.”
"Apa yang harus aku lakukan kepadanya?"
"Terserah apa pun caranya, yang penting dia harus mati."
"Mati...?" Andi terkejut, lalu dia merendahkan suaranya dan berkata: "Kakak, apakah kamu benar-benar menganggapku sebagai dewa? Di rumah sakit penuh dengan dokter di mana-mana, dan penuh dengan kamera dimana-mana, kamu menyuruhku masuk untuk membunuh?" Aku takut belum sempat keluar dari rumah sakit aku sudah ditangkap dan dipenjarakan lalu menunggu untuk ditembak mati.
"Bukankah beberapa kali sebelumnya kamu tidak pernah ketahuan?"
"Itu berbeda, rumah sakit adalah tempat umum."
"Aku tidak peduli, kamu harus memikirkan cara untuk menghabisinya."
"Kakak, kali ini aku benar-benar tidak bisa membantumu, bagaimana kalau kamu ajari aku."
“Apakah masih perlu aku ajari?” jemari Gwendolyn Tsu menyisir rambutnya yang panjang dengan jengkel. “Lusa ini ketika Liam dipindahkan dari unit perawatan intensif, saat orang-orang sedang tidak memperhatikan kamu bisa menambahkan obat yang beracun di selang infusnya, atau langsung mencekiknya, intinya, tidak boleh membiarkannya hidup. "
Gwendolyn Tsu benar-benar sudah gila, dia mengatakan semua ide yang pernah dilihatnya di film.
Andi yang berada di balik telepon berkata dengan suara serak: "Kakak, membunuh orang harus membayar dengan nyawa."
Gwendolyn Tsu berkata dengan marah: "Siapa yang bisa mengenalimu kalau kamu memakai jubah putih dan memakai masker? Kalau kamu tidak berani cari orang yang berani dan cekatan. Berikan uang muka dua miliyar rupiah kepadanya, setelah berhasil berapa pun yang dia minta akan aku berikan. "
“Benarkah?” Begitu Andi mendengar uang, dia langsung tersenyum.
"Kapan aku pernah berbohong kepadamu?"
"Tapi Nona Tsu , hutang dua miliyar rupiah yang sebelumnya masih belum kamu bayar."
“Tenang saja, aku pasti akan memberikannya kepadamu.” Gwendolyn Tsu bukan orang bodoh. Kalau dia memberikan semua uang itu kepadanya. Andi akan mengambil uang itu dan pergi. Kelak siapa lagi yang bisa dia mintai tolong?
"Baiklah, nanti kirimkan nomor kamar dan namanya kepadaku, aku akan berusaha membantumu menghabisinya."
“Baik, nanti aku akan menghubungimu lagi.” selesai berbicara Gwendolyn Tsu langsung menutup telepon, matanya memancarkan aura yang dingin.
Clarissa Yuan ingin membuatnya bercerai? Lalu mereka sekeluarga hidup dengan bahagia? Dia tidak akan pernah membiarkan keinginan Clarissa terkabul!
****
Tiga hari kemudian, Liam akhirnya dipindahkan dari unit perawatan intensif.
Nyonya Tua bertanya kepada Julius Yi dengan penuh pengharapan, "Julius, apakah sekarang aku bisa melihat buah hatiku ?"
Julius Yi dan Clarissa Yuan saling bertatapan, lalu dia berkata sambil tersenyum: "Dokter bilang boleh, hanya saja aku tidak tahu Liam bersedia bermain dengan nenek atau tidak."
"Mana mungkin dia tidak bersedia, aku adalah nenek buyutnya."
"Ini sulit untuk dikatakan, bagaimanapun juga saat ini Liam belum sepenuhnya pulih."
“Bagaimana kalau begini, aku akan diam-diam mengikuti kalian masuk, dan diam-diam berdiri di sudut ruangan, seperti ini tidak akan menakuti Liam lagi kan?” Nyonya Tua menganggukkan kepalanya, “Hmm, aku rasa cara ini boleh, ayo, kita lakukan seperti ini saja. "
Clarissa Yuan tersenyum dan berkata: "Nenek, tidak perlu diam-diam, kita lihat dulu reaksi Liam, setelah itu baru kita putuskan apakah kita akan memperkenalkan nenek kepadanya atau tidak."
"Boleh juga."
Ketika Julius Yi dan Clarissa Yuan masuk ke kamar pasien, Frans Tsu sedang bermain dengan Liam, dan Liam sedang tersenyum dan terlihat sangat bahagia. Begitu melihat mereka masuk, Liam langsung tersenyum dan berkata, "Paman Julius dan Bibi Clarissa sudah datang."
“Kalau begitu biar Paman Julius dan Bibi Clarissa menemanimu di sini, Ayah pergi bekerja dulu, ok?” tanya Frans Tsu .
“Baik.” Liam mengangguk dengan patuh.
Frans Tsu berdiri dari kursi lalu dia berkata kepada Clarissa Yuan dan Julius Yi : "Kalian temani Liam di sini, aku pergi dulu."
Clarissa Yuan mengangguk, Frans Tsu langsung berbalik dan pergi meninggalkan kamar pasien.
Hari ini Liam terlihat jauh lebih baik dan suaranya sudah lebih jernih, tetapi karena cederanya serius, tubuh bagian kirinya masih tidak terlalu fleksibel.
"Liam, bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit?" Clarissa Yuan mengenggam tangan kecilnya.
Liam menggelengkan kepalanya, "Tidak sakit lagi. Ayah bilang Liam adalah laki-laki sejati, jadi tidak boleh selalu menangis kesakitan."
"Hmm, Liam adalah laki-laki sejati."
“Paman Julius , Bibi Clarissa , dia siapa?” Mata Liam tertuju ke arah Nyonya Tua yang berdiri di belakang mereka.
Sejak masuk Nyonya Tua terus tersenyum kepadanya, hal ini membuatnya merasa bingung.
Julius Yi menoleh untuk melihat Nyonya Tua sebentar lalu dia tersenyum dan berkata: "Dia adalah nenek Paman Julius, seharusnya Liam memanggilnya nenek buyut."
“Iya, benar, aku adalah nenek buyutmu.” Nyonya Tua tersenyum sambil menunjuk dirinya.
“Nenek buyut ,” Liam memanggilnya dengan patuh.
Panggilan 'Nenek buyut ' ini langsung membuat Nyonya Tua berbunga-bunga dan meneteskan air mata bahagia, bagaimana pun dia adalah keturunan Keluarga Yi.
****
Frans Tsu tidak ingin pergi meninggalkan Liam, tetapi anggota keluarga Yi datang. Terus tinggal di sana membuatnya merasa canggung oleh karena itu dia memilih untuk pergi.
Saat menunggu lift, dia tiba-tiba mendapatkan telepon dari Nyonya Tsu yang mengatakan dia sudah tiba di rumah sakit, dan menayakan nomor kamar Liam kepadanya.
Frans Tsu tertegun sejenak, lalu secara naluriah dia bertanya , "Ibu, buat apa kamu datang ke sini?"
“Tentu saja aku datang untuk melihat keadaan Liam, apakah kamu masih perlu bertanya?” Nyonya Tsu merasa bingung.
"Tapi sekarang ..." Frans Tsu ingin mengatakan sekarang bukan saat yang tepat dan menyuruhnya tidak usah datang, tapi begitu dia berpikir Nyonya Tsu adalah nenek Liam , dan dia datang menemui cucunya adalah hal yang sangat wajar , terlebih dia masih belum mengetahui hubungan Liam dan Keluarga Yi. Kalau menyuruh ibunya pulang begitu saja, akan terasa sedikit aneh.
Frans memberi tahukan nomor kamar Liam, lalu dia berdiri di lift dan menunggu ibunya.
Tak lama Nyonya Tsu langsung tiba, dan ada Gwendolyn Tsu yang ikut dengannya.
Melihat Gwendolyn Tsu, raut wajah Frans Tsu langsung berubah: "Gwendolyn, untuk apa kamu datang kesini?"
“Liam sudah siuman, bukankah sudah seharusnya aku datang menjenguknya?” Kata Gwendolyn Tsu .
Melihat raut wajah Frans Tsu, Nyonya Tsu langsung berkata dengan tidak senang: "Frans Tsu , ada apa denganmu? Barusan kamu bertanya kepadaku buat apa aku datang kesini, sekarang kamu bertanya kepada Gwendolyn buat apa dia datang kesini, meskipun Liam bukan cucu kandung Keluarga Tsu, tapi dia dibesarkan oleh Keluarga Tsu. Bukankah wajar bagi kami untuk datang melihat keadaannya? "
“Ibu, kalau kamu datang melihatnya adalah hal yang wajar, tapi kalau Gwendolyn datang melihatnya bukan hal yang wajar.” Frans Tsu masih terlihat tidak senang.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Gwendolyn datang melihat Liam karena bermaksud baik."
"Dia bermaksud baik? Dia yang mendorong Liam ke bawah." Frans Tsu menatap Gwendolyn Tsu, dia benar-benar khawatir adiknya mendekati Liam lagi.
“Gwendolyn sudah mengatakan bukan dia yang melakukannya, kenapa kamu masih bersikeras mengatakan dia yang melakukannya?” Nyonya Tsu sedikit naik pitam, dan dia berkata dengan tidak senang: “Lagian, apakah Gwendolyn yang mendorongnya atau bukan, nanti setelah kita tanyakan kepada Liam bukankah semuanya akan jelas? "
Begitu mendengar ibunya akan bertanya mengenai cedera Liam, Frans Tsu bergegas menghentikannya dan berkata: "Ibu, dokter bilang sebaiknya jangan membahas hal-hal yang mengguncang dengan Liam, jadi untuk saat ini sebaiknya ibu jangan menanyakan hal ini kepadanya."
“Satu hari Liam tidak mengatakan kebenarannya, kamu tidak memaafkan Gwendolyn satu hari, lebih baik menanyakannya dengan jelas di depan semua orang,” kata Nyonya Tsu .
"Gwendolyn mengakuinya sendiri."
“Bukankah Gwendolyn selalu menyangkalnya?” balas Nyonya Tsu.
Frans Tsu menatap Gwendolyn Tsu yang dari tadi terus diam, sesaat dia tidak tahu bagaimana menghadapinya.
Gwendolyn Tsu berpura-pura sedih dan berkata: "Kakak, aku hanya ingin pergi menemui Liam, bisakah kamu jangan bersikap seperti ini?"
Meskipun Frans Tsu tidak ingin dia pergi menemui Liam, tetapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa di hadapan Nyonya Tsu, oleh karena itu dia hanya bisa mengatakan: "Baik, aku akan menemani kalian kesana.
Nyonya Tsu berkata dengan tidak senang: "Frans Tsu, kamu ini sedang tidak mempercayai adikmu?"
“Aku seratus persen tidak mempercayainya.” kata Frans Tsu sambil menatap Gwendolyn Tsu sebentar, lalu dia berbalik dan berjalan ke arah kamar pasien.
Setibanya di kamar pasien Liam , Nyonya Tsu melihat keluarga Yi yang berada di dalam, lalu dia menoleh dan menatap Frans Tsu dengan bingung: "Kenapa mereka bisa ada di sini?"
Frans Tsu menatap Julius Yi, lalu dia menatap Liam , sesaat dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan semua ini kepada ibunya. Tadi saat dia membawa mereka kemari, dia terus memikirkan masalah ini dan bagaimana menjelaskan situasi ini kepada ibunya.
Ketika Nyonya Tua mendengarnya mengajukan pertanyaan ini, dia langsung menatapnya dengan tidak senang, "Kami? Tentu saja kami..."
“Nenek.” Clarissa Yuan bergegas menghentikan Nyonya Tua.
Nyonya Tua langsung mengerti, dan langsung menyadari sikapnya yang gegabah.
Masalahnya belakangan ini hubungan kedua keluarga ini sangat tegang, oleh karena itu begitu melihat Nyonya Tsu dan Gwendolyn Tsu dia langsung menggeretakkan giginya.
Frans Tsu berkata, "Tidak peduli siapa pun, orang-orang yang datang ke sini adalah orang-orang yang ingin Liam cepat sembuh, ibu, setelah kamu melihat keadaan Liam segeralah pulang. Tidak boleh ada terlalu banyak orang di kamar pasien."
Nyonya Tsu merasa kesal, atas dasar apa keluarga Yi boleh berkumpul di sini, dan dia tidak boleh tinggal berlama-lama disini? Dia memelototi putranya dengan marah, setelah itu dia mendekati Liam yang berada di atas tempat tidur.
Sejak Liam melihat Gwendolyn Tsu, wajah mungilnya penuh dengan ketakutan, dia bahkan tidak berani melihat Gwendolyn Tsu lagi, dan tubuh kecil sedikit demi sedikit bersandar ke sisi tuubuh Clarissa Yuan.
Clarissa Yuan merasakan kepanikannya, oleh karena itu dia mengenggam erat tangan kecilnya, dan tangannya yang satu lagi menepuk punggung tangan Liam untuk menenangkannya.
Nyonya Tsu menatap Liam, lalu dia mengambil tangan kecilnya dari telapak tangan Clarissa Yuan, dan berkata, "Liam, nenek datang menjengukmu, apakah Liam merindukan nenek?"
Liam mengangguk kepadanya, "Liam merindukan nenek."
“Kenapa Liam tidak tersenyum saat melihat nenek? Apakah Liam sedang tidak enak badan?” Nyonya Tsu menatapnya dengan serius.
Liam membuka sudut mulutnya dan tersenyum kepadanya.
“Ini baru benar.” Nyonya Tsu tersenyum dengan puas.
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)