The True Identity of My Hubby - Bab 141 Kesepian Sorang Diri
“Hal semacam ini tidak bisa tergesa-gesa. “Julius Yi meraih tangannya : “atau tidak besok aku bicara kepada nenek, bahwa gelang giok itu dipatahkan olehku”.
“Tidak bisa, nenek pasti tidak akan mempercayaimu ”.
“Selama aku bilang ya, dia tidak akan bisa bilang tidak”. Julius Yi tersenyum.
“Bagaimana jika beberapa hari kemudian gelang giok itu? Nenek pasti akan merasa bahwa aku pengecut, dan kamu harus menggantikanku untuk menanggung kesalahan. “ Clarissa Yuan menggelengkan kepalanya :
“ Tidak , Aku tidak bisa mencelakakanmu, aku tidak bisa membiarkan nenek kehilangan kepercayaan terhadap perkataanmu”.
“Aku tidak peduli, sungguh”.
“Aku peduli. “Clarissa Yuan memeluk lengannya, dengan mesra bersandar di pundaknya, dan berkata: “ Terimakasih, tapi aku pikir lebih baik aku sendiri yang mengaku dosa kepada nenek ”.
“Kamu mau berkata jujur kepadanya? ”
“Ya, Clarissa Yuan mengangguk tanpa daya: “hanya ini yang bisa di lakukan.”
****
Keesokan harinya, Clarissa Yuan dengan tangan kosong pergi ke rumah keluaraga Yi.
Melihat pergelangan tangannya yang kosong, Gloria diam-diam senang di dalam hatinya, dan diam-diam melirik nyonya besar yang ekspresi wajahnya sangat serius, di dalam hatinya berpikir bahwa sebentar lagi ada pertunjukkan yang bagus.
Yuliana Liu dengan sengaja menghindari Clarissa Yuan, dan juga tidak ingin turun untuk melihat sesuatu yang menggembirakan.
Di ruang tamu hanya ada nyonya besar dan Gloria, setelah Clarissa Yuan dengan sopan menyapa keduanya, dia berkata kepada nyonya besar: “nenek, hari ini aku datang……untuk mengaku dosa kepadamu”.
“Kamu benar-benar pergi menjual gelang giok itu?” Nyonya besar menatapnya dengan takjub.
“Tidak, nenek. Clarissa Yuan buru-buru menggelengkan kepalanya: “gelang itu dirampok saat aku dan Julius Yi pergi nonton konser music kemarin malam, tapi tolong nenek tenang dulu, Tuan muda sudah mengutus orang untuk melacak keberadaan gelang tersebut, aku percaya bahwa akan segera ada kabar .
Gloria mencibir: “Jelas-jelas gelang giok itu kamu ambil dan jual, sudah ada orang yang melihatnya”.
“Aku tidak menjualnya, bahkan kalau aku butuh uangpun, aku juga tidak akan mengambil dan menjual gelang giok yang begitu penting tersebut ”. Clarissa Yuan memohon: “nenek, tolonglah percayalah padaku, dan juga tolong memberikanku waktu, aku pasti akan membawa kembali gelang giok itu”.
“Bagaimana kalau kamu tidak bisa menemukannya?” kata Gloria.
“Aku……Aku akan melakukan berusaha untuk menemukannya “Clarissa Yuan menoleh ke arah Gloria, dengan sikap acuh tak acuh berkata: “Ibu, tolong kamu jangan menyudutkan aku terus”.
“Hah, Aku menyudutkanmu ?” Gloria berteriak dengan marah: “Clarissa Yuan, meskipun aku tidak mendapatkan gelang giok dari keluarga Yi, tapi aku adalah seorang istri dari tuan besar, dan seorang nyonya untuk masa depan keluarga ini. Tidak bolehkah aku peduli terhadap keberadaan gelang giok ini? Bila di pikirkan lebih jauh, gelang giok ini akanku wariskan untuk anak dan cucuku di masa depan”.
Clarissa Yuan tidak ingin berdebat lagi dengannya, juga tidak ingin melihatnya lagi, dan berkata kepada nyonya besar dengan nada meminta maaf: “Nenek, aku tau kamu sangat marah, tapi tolong jangan diam saja, katakan sesuatu, mau marahi aku juga boleh”.
Nyonya besar mengangkat kelopak matanya untuk menatapnya, dan mendesah : “Clarissa, kamu benar-benar mengecewakanku”.
Ini salahku karena tidak menjaga gelang giok itu dengan baik.” Clarissa Yuan menundukkan kepalanya.
“Apa gunanya kamu minta maaf kepadaku? Apakah bisa membawanya kembali?” Nyonya besar itu menghela nafasnya, melambaikan tangan kepadanya: “Keluarlah, aku tidak ingin melihatmu lagi”.
“Nenek……”.
“awalnya ketika kamu menikahi Julius yang buta itu demi uang, seharusnya aku berpikir, membiarkan gelang giok tersebut berada di tangannmu sangat tidak, salahkanlah aku karena begitu ceroboh, salahkanlah aku……”. Nyonya besar bankit berdiri, sambil menggelengkan kepalannya dan pergi menuju kamar, kemarahannya terlihat begitu jelas .
Melihat punggungnya nyonya besar yang berlalu dari belakang, Clarissa Yuan mengetahui apapun yang di katakannya tidak akan berguna, Nyonya besar hanya akan percaya bahwa dia telah pergi mengambil dan menjual gelang giok itu.
****
Clarissa Yuan pergi meninggalkan kediaman keluarga Yi, dan mendapat telepon dari Julius Yi.
Terdengar suara Julius Yi dari ujung telepon yang bertanya dengan nada khawatir : “Bagaimana, Apakah nenek menyulitkanmu?”
Clarisa Yuan pura-pura tertawa, dan berkata: “ Tidak, nenek hanya memintaku untuk segera mendapatkan gelang giok itu kembali”.
Julius Yi merenung sejenak, dan mengangguk: “Tenang, aku akan berusaha keras untu menemukan gelang giok itu”.
“Oke, aku tunggu kabar baikmu”. Clarissa Yuan selesai berkata, dan menanyakkan hal yang lain: “ Julius, Apakah kamu sudah bangun? Sudah sarapankah?”
“Aku sudah bangun, juga sudah makan”.
Makan dimana?”
“Makan di bawah. ” Julius Yi tersenyum: “mana berani aku tidak mendengarkan perintah Nona”.
Setelah pindah balik ke villa West Town, Clarissa Yuan memintanya makan di lantai bawah.
“Anak baik, aku akan membawakanmu makanan kecil di malam hari. ” Clarissa Yuan tersenyum puas.
“Bagaimana denganmu? Apakah kamu akan pergi ke kantor untuk bekerja?
“Bukannya dokter memintaku untuk kembali melakukan pemeriksaan sebeulan kemudian, Aku berencana pergi hari ini”.
Ketika Julius Yi mendengar dia akan pergi ke dokter untuk diperiksa, dia langsung berkata: “lain hari saja, aku akan pergi bersamamu”.
“Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri”.
“Clarissa !”
“Ada apa?” Clarissa Yuan bingung ketika mendengar nada suaranya yang gugup.
“Aku……biarkan aku pergi bersamamu, Kamu sekarang dimana? Aku akan pergi menemuimu”.
“Aku sudah berada di rumah sakit. ” Clarissa Yuan memarkirkan mobil di tempat parkir dekat pintu masuk rumah sakit, dan berkata: “ Aku matikan ya, Aku mau naik”.
Dia mematikan teleponnya, dan setelah memarkirkan mobilnya, dia turun dari mobil dan berjalan ke arah lift”.
Ketika dia naik, dokter yang bertugas sedang melakukan operasi, jadi dia menunggu di bangku Lorong rumah sakit.
Samar-samar, terdengar suara para gadis dari ruang perawat di sebelahnya, Salah seorang gadis menekankan suaranya dan berkata: “……Sangat menyedihkan menjadi mandul di usia muda”.
“Bisakah di obati?”
“harusnya bisa, tapi dia di tabrak oleh mobil, dan menyebakan luka pada rahimnya……”.
Awalnya dia sedang membaca berita di ponselnya, Clarissa Yuan tidak begitu memperhatikan apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi ketika mendengar kecelakaan mobil, dia tiba-tiba membeku, dan menahan nafas.
Dia berpikir, setiap hari di rumah sakit ada begitu banyak orang sakit, begitu banyak juga orang yang mengalami kecelakaan, mungkinkah sedang membicarakannya, pasti bukan!
Dia segera menghibur dirinya sendiri, tapi argument para gadis itu begitu membuatnya terkejut, hatinya menegang sedikit demi sedikit, dia mendengar suara yang mengatakan: “menikahi orang yang buta saja sudah begitu menyedihkan, setelah itu juga harus menerima kenyataan kehilangan haknya sebagai seorang ibu, kalau aku yang mengalaminya pasti tidak akan bisa melaluinya”.
“Itu karena kamu tidak melihat seberapa baik hubungan mereka”.
“maka dari itu, sangat iri pada mereka”.
Clarissa Yuan dengan susah payah dan bergetar beranjak dari bangkunya, matanya berusaha keras untuk bergerak mencari arah suara.
Para gadis itu melihat bayangan tubuhnya, semuanya langsung diam dan tanpa sadar tersenyum kepadanya, lalu kembali bekerja.
Clarissa Yuan melirik ke arah mereka, dengan suara gemetar bertanya: “Apakah kalian……sedang membicarakanku?”
Gadis-gadis itu langsung memandang satu sama lain, menggelengkan kepala dengan tergesa-gesa: “tidak……tidak, kami……”.
Tidak? Mana mungkin tidak?
Clarissa Yuan sendiri tidak mengerti mengapa dia masih menanyakan hal yang sudah pasti, Apakah hanya untuk mendengar mereka menyangkalnya? Tetapi mereka sekarang sudah menyangkalnya, dan dia makin tidak mempercayai mereka semua.
Karena dari ekspresi mereka, dan dari mulut mereka yang mengangga seperti sedang mengatakan, bahwa dia adalah seorang wanita yang sial karena kehilangan kesuburannya.
Kehilangan kesuburan? Apa itu maksudnya? Itu berarti bahwa dia tidak akan pernah hamil dan punya bayi…….
Clarissa Yuan tiba-tiba menjadi lemas, ‘PENG’ dan jatuh ke lantai dengan keras.
Gadis-gadis itu ketakutan dan berlari dari ruang perawat dengan panik.
Dan pada saat dia pingsan, Julius Yi juga tiba, setelah dia tertegun, dengan tergesa-gesa menghampirinya…….
*****
Selama tidak sadar, Clarissa Yuan bermimpi sedang bersama anak-anaknya dan mereka sedang berkeliling mengejarnya. Dia juga bermimpi bahwa Julius Yi sudah dapat melihat, bahkan sedang mengendarai mobil Bentley dan membawa dia beserta anak2 ke tepi laut.
Tetapi gambarnya berubah, Julius Yi dan anak-anaknya tidak terlihat lagi, dia ditinggalkan sendiri di tengah-tengah laut.
Kemudian, dia terbangun dan membeku karena keringat dingin.
Dia membuka matanya dan menatap lekat-lekat ke langit-langit yang berwarna putih salju. Dia bertanya-tanya, apa sebenarnya arti mimpi itu? Apakah ini berarti bahwa pemandangan yang begitu indah tidak akan menjadi miliknya?
“Clarissa, Kamu sudah sadar?” Julius Yi bergumam di telinganya.
Clarissa Yuan membalikkan kepalanya, menatap Julius Yi yang duduk di depan tempat tidurnya dengan khawatir, dan kemudian tersenyum pahit: “Julius Yi, Apakah kamu bersama dengan mereka bekerjasama untuk membohongiku? Makanya kamu melarangku untuk pergi kerumah sakit sendiri untuk diperiksa?”
“Clarissa……. ” Julius Yi berbicara, tapi tidak tau harus mengatakan apa.
“Semua orang sudah mengetahui, kenapa hanya aku yang tidak tau ? ! ” dia lompat dari ranjangnya dan duduk, melihat kearahnya dengan penuh kekecewaan dan kemarahan.
Julius Li Kamu pembohong besar! Apakah kamu suka melihat leluconku? Apakah kamu menertawakanku saat aku bilang ingin hamil? Pasti kamu mengira bahwa itu lelucon bukan?” dengan berlinang air mata Clarissa Yuan tersenyum dan berkata: “ini bener-bener lucu! Sampai aku berpikir aku sama lucunya seperti badut”.
“Clarissa……”. Julius Yi mengulurkan tangannya dan memeluknya, tapi dia mendorongnya dan berteriak: “Pembohong! Tinggalkan aku!”
Julius Yu memaksanya menariknya ke dalam pelukannya dan memeluknya lebih erat: “Mengapa kamu menganggapku seperti ini? kamu tau kenapa aku tidak memberitahumu yang sebenarnya”.
Dia terisak, hatinya tidak lebih baik dari apa yang diraskan olehnya.
"Aku hanya tidak ingin melihatmu sesedih dirimu saat ini, seputus asa ini."
“Tapi aku lebih suka kamu memberitahuku yang sebenarnya, juga tidak mau kamu memendamnya sendiri, dan juga berharap aku bisa hamil lagi……”.
Aku bilang aku tidak peduli ada atau tidak ada anak, benar-benar tidak peduli”.
“Tapi aku peduli, orang-orang di keluarga Yi peduli.” Clarissa Yu merintih dengan putus asa, orang yang tidak mempunyai anak bagaimana hidupnya bisa sempurna, seorang wanita yang tidak bisa melahirkan anak, apakah bisa menjadi kualifikasi keluarga Yi?
“ Orang-orang di keluarga Yi peduli atau tidak peduli tidaklah penting, selama aku tidak peduli itu sudah cukup.” Julius Yi memeluknya dengan erat dan berkata: “Selain itu, selain aku, para dokter dan perawat, tidak ada lagi orang yang tau bahwa kamu tidak bisa hamil, ini bukan sebuah kebohongan, ini adalah perlindungaku untukmu”.
“Julius Yi, Apakah kamu tau apa artinya?” Clarissa Yi mendorongnya pergi, menatapnya dan menangis:
“itu berarti seumur hidupmu kamu tidak akan merasakan menjadi ayah, itu berarti kamu akan sendirian seumur hidupmu……”.
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeThis Isn't Love
YuyuNikah Tanpa Cinta
Laura WangThe Revival of the King
ShintaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesStep by Step
LeksMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)