The True Identity of My Hubby - Bab 245 Biarkan Aku Hidup
Di dalam kamar hanya tersisa Gwendolyn yang berteriak tajam: "Frans Tsu! Kamu bagaimana bisa berbuat seperti ini kepadaku?! Aku juga tidak mau kakak yang membela orang luar sepertimu!"
Nyonya Tsu mendengar teriakan putrinya, kemudian melihat Frans yang berjalan turun dari atas, dia pun mendekati Frans dan bertanya khawatir: "Kenapa dengan Gwendolyn? Kamu lagi-lagi memarahinya?"
"Ibu, aku sekarang tidak hanya ingin memarahinya, aku bahkan ingin mencekiknya!"
"Kamu kenapa bicara seperti itu?" Nyonya Tsu merasa tidak senang: "Kamu tidak dengar Gwendolyn menangis sesedih apa? Benar-benar......."
Frans menggendong Natalia dari tangan Nyonya Tsu, melihat sekilas ke atas dan berkata datar: "Biarkan dia menangis, setelah menangis sampai puas dan mengelap air matanya, dia akan tetap kembali merugikan orang lain seperti seekor kecoa."
"Frans, dia adalah adikmu." Noah berkata tidak senang.
"Kalau boleh, aku benar-benar tidak menginginkan adik seperti dia." Frans menghela nafas panjang, kemudian berjalan ke arah pintu sambil menggendong Natalia.
Nyonya Tsu melihat dia menggendong Natalia berjalan ke arah pintu, dia segera mengejar mereka: "Frans, kamu tidak meninggalkan Natalia di rumah?"
"Tidak usah, aku bawa dia pulang ke villa." Frans menjawab tanpa berbalik.
Meninggalkan Natalia di rumah? Dia masih khawatir Natalia akan dilukai seperti Liam.
*****
Selesai mengambil darah, Justin kembali ke depan ruang pertolongan darurat dan duduk di sebelah Clarissa, mengamatinya: "Sekarang sudah boleh memberitahuku, kan? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Clarissa dengan perlahan berpaling melihatnya, melihat sekilas Justin yang wajahnya agak pucat: "Wajahmu sedikit pucat, kenapa tidak istirahat sebentar di dalam?"
"Mengambil sedikit darah bukan apa-apa untuk seorang lelaki dewasa." Justin berkata.
"Terima kasih." Clarissa sudah tidak menangis lagi, air mata di wajahnya juga sudah kering.
"Kalau anak ini adalah milik Julius, bukannya normal aku menolongnya?" Justin tersenyum, bertanya: "Tadi di telepon kamu bukan sedang bercanda, kan? Meskipun aku dengarnya tidak jelas, tapi kira-kira mengerti, baru aku bisa bergegas kemari."
Air mata yang susah payah kering kembali mengalir keluar dari mata Clarissa, dia mengangguk: "Kamu tidak salah dengar, anak ini memang anak Julius."
Sebelum Clarissa mengatakan kalimat ini, Justin pernah berpikir mungkin karena anak ini terlalu memerlukan darah golongan Rh negatif, dan Clarissa panik mencari sumber darah, oleh karena itu baru bisa mencarinya dan memberinya alasan yang bisa membuatnya setuju.
Tetapi setelah mendengar kata-kata Clarissa ini, Justin benar-benar kaget, dia melihat Clarissa dengan tatapan terkejut.
Putra Julius? Julius bisa-bisanya memiliki putra sebesar ini?
"Apakah Julius tahu?" Justin bertanya bengong.
Clarissa menggelengkan kepala: "Tidak tahu, aku juga tidak berani memberitahunya, makanya bisa mencarimu."
"Tapi dia adalah ayah dari anak ini."
Clarissa berkata sedih: "Aku tahu, tapi sekarang dia juga adalah suami Gwendolyn......."
"Kalau begitu kamu beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi? Julius kenapa bisa punya anak sebesar ini?"
"Justin, masalah ini aku akan jelaskan nanti, sekarang tolong kamu berjanji padaku, jangan beritahu Julius dan Nenek dulu, tunggu keadaan Liam membaik baru kita rencanakan lagi."
Sekarang masih belum tahu bagaimana keadaan Liam, kalau setelah memberitahu Julius dan Nenek, hanya akan menambah kesedihan mereka, juga akan semakin merusak pernikahan Julius dan Gwendolyn.
"Baik, aku berjanji." Justin mengangguk.
Saat ini, Frans berjalan keluar dari lift sambil menggendong Natalia, melihat Clarissa dan Justin, Natalia langsung menangis dan bertanya: "Paman Justin, Bibi Clarissa, ayah bilang kakak ada di rumah sakit, aku kenapa tidak melihatnya?"
"Natalia......." Clarissa menggendong Natalia dari gendongan Frans, dengan erat memeluk Natalia dan berkata: "Kakak akan segera keluar, Bibi Clarissa juga sedang menunggunya."
Justin melihat Natalia, kemudian melihat Frans.
Dia meskipun tidak dekat dengan Frans, tapi juga tahu Frans punya sepasang anak kembar, hanya saja dia tidak menyangka kedua anak itu adalah anak adopsi, dan lebih tidak menyangka adalah anak dari Clarissa dan Julius.
Frans Tsu melihat Justin, tersenyum pahit: "Tuan muda Kedua, kamu tidak perlu melihatku seperti itu, aku juga hari ini baru tahu bahwa aku membantu keluarga Yi menjaga anak selama 3 tahun."
"Terima kasih kalau begitu." Justin berkata.
Justin kembali mengamati Natalia, kemudian mengulurkan tangan mengelus kepala Natalia: "Kalau begitu, anak kecil ini juga anak Julius?"
Natalia tidak mengerti apa yang dikatakan para orang dewasa, dia hanya cemberut sambil menangis menunggu kakakknya keluar.
Clarissa yang akhirnya mengangguk.
Justin mengamati Natalia sekian lama, kemudian mengangguk: "Dilihat-lihat, benar ada kemiripan dengan Julius. Kalau Julius tahu dia punya sepasang anak seimut ini, dia pasti akan senang setengah mati."
Frans disamping merasa hatinya sakit, akhirnya tidak tahan berkata: "Tuan muda Kedua bisakah jangan mengatakan hal-hal ini di depan anak-anak?"
Justin melirik Frans: "Kenapa? Kamu masih ingin terus membantu kita menjaga anak?"
"Kedua anak ini dulu kubeli dari orang lain, sekarang kamu bilang mau ambil kembali apa bisa langsung ambil?"
"Aku bisa memastikan bahwa perdagangan anak kecil itu ilegal."
"Kamu.......!" Frans kesal.
Clarissa segera menasehati mereka: "Sudah, kalian berdua jangan bertengkar lagi, masalah ini dibicarakan lagi nanti setelah Liam sadar."
Frans berkata kesal: "Kalaupun nanti aku bersedia merelakan mereka, juga harus lebih dulu menyuruh Julius mengurus masalah Gwendolyn sampai selesai."
"Kalau Julius tahu identitas anak-anak ini, apakah dia masih bisa tidak mengurus masalahnya dengan Gwendolyn?"
Tepat ketika mereka bertengkar tanpa henti, ruang pertolongan darurat tiba-tiba terbuka, Liam didorong keluar oleh dokter.
"Kakak......." Natalia menatapi Liam yang penuh dengan selang tidur di atas kasur dan mulai menangis.
Dokter melihat mereka semua dan berkata: "Tanda-tanda vitalnya sudah stabil, tapi karena luka di kepalanya terlalu parah, untuk sementara masih belum bisa sadar."
"Kalau begitu kapan baru bisa sadar?" Frans bertanya.
"Tidak pasti, kita perlu pengamatan dan perawatan lebih lanjut untuk mengetahui." kemudian dokter dan nona perawat mendorong Liam bersama menuju ke ruang perawatan intensif.
Clarissa segera mengikuti mereka, mencoba melihat Liam sebanyak mungkin, namun mereka dihentikan di depan pintu ruang perawatan intensif.
"Clarissa......" Frans mengejar mereka, dan menepuk punggung Clarissa untuk menenangkannya: "Jangan khawatir, dokter bilang tanda-tanda vital Liam sudah kembali normal."
"Tapi masih belum melewati masa kritis."
"Pasti akan lewat, tenanglah." Frans mengelus Natalia yang sedang menangis: "Natalia pintar, jangan nangis lagi, dokter bilang kakak akan segera membaik."
Natalia melihat Frans dengan tatapan tidak percaya: "Benarkah? Tapi Kakak tidak membuka matanya."
"Kakak akan segera membuka matanya." Frans berkata kepada Clarissa: "Lihat kamu, membuat Natalia kita yang imut dan pintar juga ikut menangis."
"Maaf......" Clarissa mengelap air mata di wajahnya, kemudian membantu Natalia mengelap air matanya, mencium wajah kecil Natalia sambil memaksa senyuman: "Natalia pintar, Bibi Clarissa tidak menangis lagi, Natalia juga tidak boleh menangis, kita menunggu kakak bangun bersama, ya?"
"Baik, Natalia pintar, Natalia sudah tidak menangis." Natalia mengangguk.
Melihat kedua anak dan ibu itu, Justin dan Frans tidak tahan dan berpaling, tidak tega melihat.
Melewati penantian selama 2 hari yang lambat, Liam tetap belum sadar.
Clarissa hampir setiap saat berjaga di luar ruang perawatan intensif, di depan layar pemantauan, Liam yang di dalam layar berbaring tidak bergerak di kasur kecil, tidak sadar, dan juga tidak bisa berbicara, tapi Clarissa tetap tidak pergi selangkah pun.
Melihat Clarissa yang sangat lemah, Frans merasa kasihan dan menasehatinya: "Clarissa, dokter bilang Liam tidak akan sadar dalam waktu dekat, kamu lebih baik pulang istirahat."
"Aku tidak ngantuk." Clarissa menggeleng kepalanya.
"Lihat kamu ngantuk sampai sudah hampir pingsan, masih bilang tidak." Frans sedikit terdiam: "Jangan sampai ketika Liam bangun, kamu malah runtuh, siapa yang akan menjaganya?"
"Tapi aku takut ketika Liam bangun dan tidak melihat orang yang dekat dengannya dia akan merasa ketakutan."
"Aku akan berjaga disini, kamu pulanglah dan istirahat sebentar."
"Tidak usah, kamu masih harus pergi kerja, cepat pergilah ke perusahaan."
"Clarissa!" Frans terpaksa menggunakan nada serius: "Kalau kamu terus seperti ini, aku akan memberitahu Julius, menyuruhnya kesini menemanimu."
Begitu mendengar Frans bermaksud memberitahu Julius, Clarissa segera berkata: "Jangan beritahu dia dulu, aku tidak ingin melihat dia sedih."
"Tapi kalau Julius melihatmu sekarang, dia pasti akan sangat sedih."
"Baik, aku pulang." Clarissa akhirnya mengalah, dia melihat Liam di layar pemantau untuk sekian lama, baru berjalan ke arah lift dengan ekspresi tidak rela.
Clarissa baru saja sampai di depan pintu lift, dia pun melihat Sisca mendorong Gwendolyn keluar dari lift, Clarissa menghentikan langkahnya, kemudian langsung melangkah melewati Gwendolyn.
Namun Gwendolyn malah bertanya: "Bagaimana keadaan Liam?"
"Masih belum bangun." wajah Clarissa datar.
"Sudah dua hari, kenapa masih belum mati?" Gwendolyn bertanya dengan kesal.
Clarissa memalingkan wajahnya, memelototi Gwendolyn kaget.
Gwendolyn tersenyum: "Kamu tidak salah dengar, aku sedang bertanya padamu kenapa Liam belum mati."
"Liam kenapa harus mati?" Clarissa merasa kemarahan yang amat sangat menabrak dan masuk ke hatinya.
"Karena dia punya ibu yang tidak tahu malu."
"Gwendolyn Tsu, apa yang kamu katakan?" Clarissa kaget dan kesal mendekati Gwendolyn menatapinya.
Dia sudah tahu? Dia tahu Liam dan Natalia adalah anaknya dan Julius?
"Kamu sebenarnya mau aku mengulang berapa kali?" Gwendolyn melirik Clarissa, menekan setiap kata: "Aku bilang, ini hanyalah hukuman kecil untukmu, kalau aku tahu kamu lagi-lagi mendekati Julius, aku akan membunuh Liam dan Natalia."
Clarissa sangat kaget, ternyata Gwendolyn yang membuat Liam menjadi seperti itu, perempuan ini bisa-bisanya ingin membunuh anaknya dan Julius, ini adalah hal yang selama ini dia khawatirkan!
"Apakah kamu merasa mudah menindasku karena aku cacat? Aku beritahu kamu, dengan hanya satu telepon, ingin kedua anak sialan itu mati kecelakaan atau mati keracunan bukanlah masalah."
"Kamu berani?!" begitu mendengar Gwendolyn mau membunuh Liam dan Natalia, Clarissa langsung marah dan melempar dirinya ke Gwendoly tanpa memedulikan imejnya, kedua tangannya menjambak rambut Gwendolyn dan menariknya turun dari kursi rodanya, sambil memukulnya sambil berteriak menangis: "Kamu berani melukai anakku, aku tidak akan mengampunimu! Aku akan bertarung denganmu!"
Gwendolyn tidak menyangka Clarissa berani memukulnya di tempat publik, ditarik jatuh olehnya, kepalanya tepat menabrak lantai, membuatnya kesakitan sampai berteriak.
Kaki Gwendolyn tidak bisa bergerak, otomatis tidak bisa menang dari Clarissa, seketika dia ditekan di bawah Clarissa.
Sisca disamping terkejut bengong, berdiri melihat Clarissa memukul Gwendolyn.
Novel Terkait
Pernikahan Kontrak
JennyPria Misteriusku
LylyKamu Baik Banget
Jeselin VelaniMy Tough Bodyguard
Crystal SongAir Mata Cinta
Bella CiaoMy Lifetime
DevinaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)