The True Identity of My Hubby - Bab 245 Biarkan Aku Hidup

Di dalam kamar hanya tersisa Gwendolyn yang berteriak tajam: "Frans Tsu! Kamu bagaimana bisa berbuat seperti ini kepadaku?! Aku juga tidak mau kakak yang membela orang luar sepertimu!"

Nyonya Tsu mendengar teriakan putrinya, kemudian melihat Frans yang berjalan turun dari atas, dia pun mendekati Frans dan bertanya khawatir: "Kenapa dengan Gwendolyn? Kamu lagi-lagi memarahinya?"

"Ibu, aku sekarang tidak hanya ingin memarahinya, aku bahkan ingin mencekiknya!"

"Kamu kenapa bicara seperti itu?" Nyonya Tsu merasa tidak senang: "Kamu tidak dengar Gwendolyn menangis sesedih apa? Benar-benar......."

Frans menggendong Natalia dari tangan Nyonya Tsu, melihat sekilas ke atas dan berkata datar: "Biarkan dia menangis, setelah menangis sampai puas dan mengelap air matanya, dia akan tetap kembali merugikan orang lain seperti seekor kecoa."

"Frans, dia adalah adikmu." Noah berkata tidak senang.

"Kalau boleh, aku benar-benar tidak menginginkan adik seperti dia." Frans menghela nafas panjang, kemudian berjalan ke arah pintu sambil menggendong Natalia.

Nyonya Tsu melihat dia menggendong Natalia berjalan ke arah pintu, dia segera mengejar mereka: "Frans, kamu tidak meninggalkan Natalia di rumah?"

"Tidak usah, aku bawa dia pulang ke villa." Frans menjawab tanpa berbalik.

Meninggalkan Natalia di rumah? Dia masih khawatir Natalia akan dilukai seperti Liam.

*****

Selesai mengambil darah, Justin kembali ke depan ruang pertolongan darurat dan duduk di sebelah Clarissa, mengamatinya: "Sekarang sudah boleh memberitahuku, kan? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Clarissa dengan perlahan berpaling melihatnya, melihat sekilas Justin yang wajahnya agak pucat: "Wajahmu sedikit pucat, kenapa tidak istirahat sebentar di dalam?"

"Mengambil sedikit darah bukan apa-apa untuk seorang lelaki dewasa." Justin berkata.

"Terima kasih." Clarissa sudah tidak menangis lagi, air mata di wajahnya juga sudah kering.

"Kalau anak ini adalah milik Julius, bukannya normal aku menolongnya?" Justin tersenyum, bertanya: "Tadi di telepon kamu bukan sedang bercanda, kan? Meskipun aku dengarnya tidak jelas, tapi kira-kira mengerti, baru aku bisa bergegas kemari."

Air mata yang susah payah kering kembali mengalir keluar dari mata Clarissa, dia mengangguk: "Kamu tidak salah dengar, anak ini memang anak Julius."

Sebelum Clarissa mengatakan kalimat ini, Justin pernah berpikir mungkin karena anak ini terlalu memerlukan darah golongan Rh negatif, dan Clarissa panik mencari sumber darah, oleh karena itu baru bisa mencarinya dan memberinya alasan yang bisa membuatnya setuju.

Tetapi setelah mendengar kata-kata Clarissa ini, Justin benar-benar kaget, dia melihat Clarissa dengan tatapan terkejut.

Putra Julius? Julius bisa-bisanya memiliki putra sebesar ini?

"Apakah Julius tahu?" Justin bertanya bengong.

Clarissa menggelengkan kepala: "Tidak tahu, aku juga tidak berani memberitahunya, makanya bisa mencarimu."

"Tapi dia adalah ayah dari anak ini."

Clarissa berkata sedih: "Aku tahu, tapi sekarang dia juga adalah suami Gwendolyn......."

"Kalau begitu kamu beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi? Julius kenapa bisa punya anak sebesar ini?"

"Justin, masalah ini aku akan jelaskan nanti, sekarang tolong kamu berjanji padaku, jangan beritahu Julius dan Nenek dulu, tunggu keadaan Liam membaik baru kita rencanakan lagi."

Sekarang masih belum tahu bagaimana keadaan Liam, kalau setelah memberitahu Julius dan Nenek, hanya akan menambah kesedihan mereka, juga akan semakin merusak pernikahan Julius dan Gwendolyn.

"Baik, aku berjanji." Justin mengangguk.

Saat ini, Frans berjalan keluar dari lift sambil menggendong Natalia, melihat Clarissa dan Justin, Natalia langsung menangis dan bertanya: "Paman Justin, Bibi Clarissa, ayah bilang kakak ada di rumah sakit, aku kenapa tidak melihatnya?"

"Natalia......." Clarissa menggendong Natalia dari gendongan Frans, dengan erat memeluk Natalia dan berkata: "Kakak akan segera keluar, Bibi Clarissa juga sedang menunggunya."

Justin melihat Natalia, kemudian melihat Frans.

Dia meskipun tidak dekat dengan Frans, tapi juga tahu Frans punya sepasang anak kembar, hanya saja dia tidak menyangka kedua anak itu adalah anak adopsi, dan lebih tidak menyangka adalah anak dari Clarissa dan Julius.

Frans Tsu melihat Justin, tersenyum pahit: "Tuan muda Kedua, kamu tidak perlu melihatku seperti itu, aku juga hari ini baru tahu bahwa aku membantu keluarga Yi menjaga anak selama 3 tahun."

"Terima kasih kalau begitu." Justin berkata.

Justin kembali mengamati Natalia, kemudian mengulurkan tangan mengelus kepala Natalia: "Kalau begitu, anak kecil ini juga anak Julius?"

Natalia tidak mengerti apa yang dikatakan para orang dewasa, dia hanya cemberut sambil menangis menunggu kakakknya keluar.

Clarissa yang akhirnya mengangguk.

Justin mengamati Natalia sekian lama, kemudian mengangguk: "Dilihat-lihat, benar ada kemiripan dengan Julius. Kalau Julius tahu dia punya sepasang anak seimut ini, dia pasti akan senang setengah mati."

Frans disamping merasa hatinya sakit, akhirnya tidak tahan berkata: "Tuan muda Kedua bisakah jangan mengatakan hal-hal ini di depan anak-anak?"

Justin melirik Frans: "Kenapa? Kamu masih ingin terus membantu kita menjaga anak?"

"Kedua anak ini dulu kubeli dari orang lain, sekarang kamu bilang mau ambil kembali apa bisa langsung ambil?"

"Aku bisa memastikan bahwa perdagangan anak kecil itu ilegal."

"Kamu.......!" Frans kesal.

Clarissa segera menasehati mereka: "Sudah, kalian berdua jangan bertengkar lagi, masalah ini dibicarakan lagi nanti setelah Liam sadar."

Frans berkata kesal: "Kalaupun nanti aku bersedia merelakan mereka, juga harus lebih dulu menyuruh Julius mengurus masalah Gwendolyn sampai selesai."

"Kalau Julius tahu identitas anak-anak ini, apakah dia masih bisa tidak mengurus masalahnya dengan Gwendolyn?"

Tepat ketika mereka bertengkar tanpa henti, ruang pertolongan darurat tiba-tiba terbuka, Liam didorong keluar oleh dokter.

"Kakak......." Natalia menatapi Liam yang penuh dengan selang tidur di atas kasur dan mulai menangis.

Dokter melihat mereka semua dan berkata: "Tanda-tanda vitalnya sudah stabil, tapi karena luka di kepalanya terlalu parah, untuk sementara masih belum bisa sadar."

"Kalau begitu kapan baru bisa sadar?" Frans bertanya.

"Tidak pasti, kita perlu pengamatan dan perawatan lebih lanjut untuk mengetahui." kemudian dokter dan nona perawat mendorong Liam bersama menuju ke ruang perawatan intensif.

Clarissa segera mengikuti mereka, mencoba melihat Liam sebanyak mungkin, namun mereka dihentikan di depan pintu ruang perawatan intensif.

"Clarissa......" Frans mengejar mereka, dan menepuk punggung Clarissa untuk menenangkannya: "Jangan khawatir, dokter bilang tanda-tanda vital Liam sudah kembali normal."

"Tapi masih belum melewati masa kritis."

"Pasti akan lewat, tenanglah." Frans mengelus Natalia yang sedang menangis: "Natalia pintar, jangan nangis lagi, dokter bilang kakak akan segera membaik."

Natalia melihat Frans dengan tatapan tidak percaya: "Benarkah? Tapi Kakak tidak membuka matanya."

"Kakak akan segera membuka matanya." Frans berkata kepada Clarissa: "Lihat kamu, membuat Natalia kita yang imut dan pintar juga ikut menangis."

"Maaf......" Clarissa mengelap air mata di wajahnya, kemudian membantu Natalia mengelap air matanya, mencium wajah kecil Natalia sambil memaksa senyuman: "Natalia pintar, Bibi Clarissa tidak menangis lagi, Natalia juga tidak boleh menangis, kita menunggu kakak bangun bersama, ya?"

"Baik, Natalia pintar, Natalia sudah tidak menangis." Natalia mengangguk.

Melihat kedua anak dan ibu itu, Justin dan Frans tidak tahan dan berpaling, tidak tega melihat.

Melewati penantian selama 2 hari yang lambat, Liam tetap belum sadar.

Clarissa hampir setiap saat berjaga di luar ruang perawatan intensif, di depan layar pemantauan, Liam yang di dalam layar berbaring tidak bergerak di kasur kecil, tidak sadar, dan juga tidak bisa berbicara, tapi Clarissa tetap tidak pergi selangkah pun.

Melihat Clarissa yang sangat lemah, Frans merasa kasihan dan menasehatinya: "Clarissa, dokter bilang Liam tidak akan sadar dalam waktu dekat, kamu lebih baik pulang istirahat."

"Aku tidak ngantuk." Clarissa menggeleng kepalanya.

"Lihat kamu ngantuk sampai sudah hampir pingsan, masih bilang tidak." Frans sedikit terdiam: "Jangan sampai ketika Liam bangun, kamu malah runtuh, siapa yang akan menjaganya?"

"Tapi aku takut ketika Liam bangun dan tidak melihat orang yang dekat dengannya dia akan merasa ketakutan."

"Aku akan berjaga disini, kamu pulanglah dan istirahat sebentar."

"Tidak usah, kamu masih harus pergi kerja, cepat pergilah ke perusahaan."

"Clarissa!" Frans terpaksa menggunakan nada serius: "Kalau kamu terus seperti ini, aku akan memberitahu Julius, menyuruhnya kesini menemanimu."

Begitu mendengar Frans bermaksud memberitahu Julius, Clarissa segera berkata: "Jangan beritahu dia dulu, aku tidak ingin melihat dia sedih."

"Tapi kalau Julius melihatmu sekarang, dia pasti akan sangat sedih."

"Baik, aku pulang." Clarissa akhirnya mengalah, dia melihat Liam di layar pemantau untuk sekian lama, baru berjalan ke arah lift dengan ekspresi tidak rela.

Clarissa baru saja sampai di depan pintu lift, dia pun melihat Sisca mendorong Gwendolyn keluar dari lift, Clarissa menghentikan langkahnya, kemudian langsung melangkah melewati Gwendolyn.

Namun Gwendolyn malah bertanya: "Bagaimana keadaan Liam?"

"Masih belum bangun." wajah Clarissa datar.

"Sudah dua hari, kenapa masih belum mati?" Gwendolyn bertanya dengan kesal.

Clarissa memalingkan wajahnya, memelototi Gwendolyn kaget.

Gwendolyn tersenyum: "Kamu tidak salah dengar, aku sedang bertanya padamu kenapa Liam belum mati."

"Liam kenapa harus mati?" Clarissa merasa kemarahan yang amat sangat menabrak dan masuk ke hatinya.

"Karena dia punya ibu yang tidak tahu malu."

"Gwendolyn Tsu, apa yang kamu katakan?" Clarissa kaget dan kesal mendekati Gwendolyn menatapinya.

Dia sudah tahu? Dia tahu Liam dan Natalia adalah anaknya dan Julius?

"Kamu sebenarnya mau aku mengulang berapa kali?" Gwendolyn melirik Clarissa, menekan setiap kata: "Aku bilang, ini hanyalah hukuman kecil untukmu, kalau aku tahu kamu lagi-lagi mendekati Julius, aku akan membunuh Liam dan Natalia."

Clarissa sangat kaget, ternyata Gwendolyn yang membuat Liam menjadi seperti itu, perempuan ini bisa-bisanya ingin membunuh anaknya dan Julius, ini adalah hal yang selama ini dia khawatirkan!

"Apakah kamu merasa mudah menindasku karena aku cacat? Aku beritahu kamu, dengan hanya satu telepon, ingin kedua anak sialan itu mati kecelakaan atau mati keracunan bukanlah masalah."

"Kamu berani?!" begitu mendengar Gwendolyn mau membunuh Liam dan Natalia, Clarissa langsung marah dan melempar dirinya ke Gwendoly tanpa memedulikan imejnya, kedua tangannya menjambak rambut Gwendolyn dan menariknya turun dari kursi rodanya, sambil memukulnya sambil berteriak menangis: "Kamu berani melukai anakku, aku tidak akan mengampunimu! Aku akan bertarung denganmu!"

Gwendolyn tidak menyangka Clarissa berani memukulnya di tempat publik, ditarik jatuh olehnya, kepalanya tepat menabrak lantai, membuatnya kesakitan sampai berteriak.

Kaki Gwendolyn tidak bisa bergerak, otomatis tidak bisa menang dari Clarissa, seketika dia ditekan di bawah Clarissa.

Sisca disamping terkejut bengong, berdiri melihat Clarissa memukul Gwendolyn.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu