The True Identity of My Hubby - Bab 182 Pembagian warisan
Beberapa hari kemudian, abu Carter dimakamkan ke satu pemakaman di South Town.
Yuliana yang karena tengah hamil tua tidak menghadiri pemakaman, Julius juga tidak hadir, untungnya Gloria tidak meributkan masalah ini lagi.
Clarissa memapah nyonya tua berjalan di atas jalan batu kerikil, dia bisa merasakan luka hati nyonya tua di balik sikap tenangnya yang tampak dari luar, rasa sedih yang ditahan itu membuat orang tidak tega.
Bagaimana pun juga ini adalah orang berambut putih mengantar kepergian orang berambut hitam, dia tidak tahu harus bagaimana menghibur hati nyonya tua, jadi hanya bisa menemani di samping dengan diam.
Ketika akan sampai di pintu keluar taman pemakaman, Gloria tiba-tiba mendekat dan berkata kepada Clarissa : “Clarissa, kamu cepat telepon ke Steve untuk mengantar Julius datang ke rumah lama, pengacara Fang dan pengacara Chen sudah menunggu di rumah untuk membacakan surat wasiat.”
Clarissa kehabisan kata-kata, upacara pemakaman baru saja selesai sudah tidak sabar mau melihat surat wasiat, ibu tiri ini sungguh terburu-buru.
Clarissa melihat sekilas ke nyonya tua, lalu berkata kepada Gloria : “Ibu, keadaan fisik Julius tidak leluasa, biar aku yang mewakili dia saja.”
“Kamu mewakili dia? Bagaimana bisa?” Ucap Gloria.
“Tidak mungkin tidak boleh bukan?” Clarissa menggoyang tangan nyonya tua dan bertanya : “Bolehkah? Nenek?”
“Upacara pemakaman saja tidak berani hadir, apalagi untuk mendengar surat wasiat?” Dari nada bicara nenek tua jelas sekali ada menyalahkan.
Gloria tersenyum meledek : “Benar juga, kalau begitu kita tidak menunggu dia.”
Gloria berjalan ke depan, sedangkan Clarissa berniat menjelaskan sesuatu demi Julius, namun nyonya tua menepuk tangannya dan berkata : “Aku mengerti, Clarissa, kamu tidak perlu jelaskan lagi.”
“Nenek benar-benar tidak menyalahkan Julius?”
“Dari dulu Julius adalah anak yang berbakti, kalau bukan karena alasan tertentu, dia tidak mungkin seperti ini, tapi......” Mata nyonya tua berkaca-kaca, menatap Clarissa dan berkata : “Sebenarnya apa yang dia sembunyikan dari aku? Bolehkah kamu memberitah aku?”
“Nenek......” Clarissa melihat sekilas ke Julius yang di rombongan depan sana, lalu hanya bisa menghibur dengan lembut : “Suatu hari nanti, Julius akan memberitahu semuanya ke nenek, nenek jangan terlalu bersedih, bolehkah?”
“Suatu hari nanti, itu berapa lama?” Nyonya tua bertanya lagi.
“Julius bilang......tidak perlu terlalu lama.”
Julius pernah bilang kepadanya, kalau suatu hari nanti perusahaan Yi benar-benar sudah tidak ada, dia pun tidak perlu pura-pura menjadi Justin lagi, dia hanya perlu memberi satu alasan untuk yang lain bahwa Justin sudah pergi ke luar negeri.”
Clarissa bisa melihat nyonya tua sudah mulai curiga dengan status Justin, bagaimana pun juga Julius tidak menghadiri upacara pemakaman yang begitu penting adalah sesuatu yang sangat tidak masuk akal.
Dan nyonya tua bukan orang yang linglung!
Keluar dari taman pemakaman dan setelah semuanya naik ke mobil, Clarissa menggandeng nyonya tua ke mobil bagian tempat duduk di belakang, ketika hendak naik dari sisi lainnya, tanpa sengaja ia melihat sebuah mobil yang terparkir di pojok sana.
Dia menghentikan langkah kaki dengan terkejut, itu mobil Evelin, dia bisa tahu hanya dengan sekali lihat karena sebelumnya pintu mobil Evelin pernah tidak sengaja tergores, tapi juga malas untuk memperbaikinya, jadi dia menempel sebuah stiker gambar babi kartun di atasnya.
Kenapa dia bisa ada di sini? Tidak pernah mendengar ada keluarga atau temannya yang meninggal.
Evelin yang berada di dalamnya juga melihat dirinya saat ini, ia refleks menutup wajahnya dengan tangan, tapi dengan cepat juga ia menyadari, berbuat seperti ini malah akan membuat Clarissa curiga, sehingga ia pun melambaikan tangan dengan santai.
Clarissa mendekat dan bertanya :”Kenapa kamu bisa ada di sini?”
Evelin turun dari mobil, tersenyum dan berkata : “Aku datang untuk melayat seorang teman, tidak disangka kebetulan sekali ketemu kamu di sini.”
“Teman apa? Kenapa tidak pernah mendengar kamu mengungkitnya?”
“Teman kerja yang sudah lama sekali, hari ini adalah hari peringatan kematiannya.” Usai berkata demikian, Evelin menunjuk mobil kami yang tidak jauh sana : “Mereka sedang menunggu kamu, kamu pergi dulu saja.”
Clarissa juga tidak enak hati membuat yang lain menunggu terlalu lama, oleh karena itu ia pun berpamit dengan Evelin dan membalikkan badan pergi.
Clarissa kembali ke mobil dan meminta maaf kepada semuanya : “Maaf, tadi menyapa seorang teman.”
“Apakah sekarang waktunya untuk menyapa dan mengobrol dengan teman? Padahal nyonya tua sedang menunggu di mobil.”
“Maaf.” Clarissa terus meminta maaf, lalu masuk ke barisan belakang dan duduk di sebelah Julius.
Julius mengulurkan tangan diam-diam mencubit telapak tangannya, Clarissa agak terkejut, ia menoleh ke dirinya. Sedangkan Julius masih berekspresi tenang tidak bersuara.
Dalam hati Clarissa agak terharu, dia tahu itu adalah hiburan tanpa suara dari Julius.
Sejak Carter meninggal, Julius terus berstatus menjadi Justin, meskipun keduanya sama-sama menginap di rumah lama, tapi kesempatan untuk bersama sedikit sekali, untuk bicara pun tidak lebih dari sepuluh kalimat.
Tentunya Julius juga tahu beberapa hari ini Clarissa sungguh tidak gampang, dia perlu tidak berhentinya menyambut tamu yang melayat, tidak berhentinya menjelaskan kenapa Julius tidak hadir, juga harus menenangkan perasaan nyonya tua, takut nyonya tua tidak memaklumi dan menyalahkan dirinya seperti Gloria,.
Clarissa balik mencubit telapak tangan Julius, juga sama, tanpa bersuara sedikit pun.
Sampai di rumah lama, pengacara Fang dan seorang pengacara lainnya yang bermarga Chen itu ternyata memang sudah sampai di sana.
Hal ini diatur oleh Gloria, meskipun nyonya tua sebenarnya tidak senang, tapi tetap tidak mengatakan apa pun.
Bagaimana pun juga Gloria adalah menantunya, setelah dirinya kembali ke atas nanti, maka Gloria akan menjadi nyonya utama di keluarga ini, punya hak untuk membuat keputusan.
Setelah semuanya sudah duduk, kedua pengacara itu menyapa semua yang hadir, kemudian baru masing-masing mengeluarkan sebuah surat wasiat dari tas dokumennya. Pengacara Chen berkata : “Surat wasiat ini ditulis oleh Direktur Yi dengan disaksikan oleh saya, pengacara Fang, dan nyonya tua, isi di dalamnya juga sudah melalui proses pengesahan oleh notaris.
Pengacara Chen menyodorkan surat wasiat tersebut ke depan nyonya tua, lalu bertanya dengan sopan : “Nyonya tua, apakah anda ingin melihat dulu?”
Nyonya tua menggeleng : “Tidak perlu, kamu beritahu ke semuanya dengan sederhana, yang penting sejelas-jelasnya saja.”
Gloria mendesak : “Pengacara Chen, cepat kamu bacakan saja, mata nyonya tua sudah samar-samar, tidak bisa melihat tulisan dengan jelas.”
Pengacara Chen mengangguk dan membuka isi surat wasiat: “Direktur Yi membagi peninggalan wasiatnya dengan lebih sederhana, yang pertama adalah 30% saham atas nama Direktur Yi, beliau memutuskan untuk dibagi rata kepada putra kandungnya yang masih hidup, yaitu Julius Yi, Justin Yi, Juwono Yi......”
“Dibagi rata? Kamu yakin?” Tanya Gloria dengan semangat.
Pengacara Chen mengangguk : “Nyonya, memang demikian keputusan Direktur Yi.”
Kemudian Pengacara Chen dengan cepat melihat ke arah Clarissa dan Yuliana, lalu berkata : “Direktur Yi juga menambahkan, jika ahli waris mempunyai pasangan ketika menerima warisan, warisan dan hak waris tersebut tidak berkaitan dengan pasangannya, semuanya merupakan warisan dari ahli waris sendiri.”
Mendengar ini, dalam hati Yuliana mulai kesal, tapi teringat kesepakatannya dengan Gwendoline sebelumnya, ia pun tidak peduli lagi.
Sedangkan Clarisssa yang pernah sekian lama menjadi pengacara, juga tidak sedikit ia membantu orang mengesahkan surat warisan, dari awal dia sudah menebak akan ada tambahan seperti itu, serta dia juga tidak peduli sama sekali.
“Lalu bagaimana dengan warisan lainnya?” Desak Gloria.
Sebelumnya Pengacara Fang memang tidak membohongi Gloria, selain memberikan saham obligasi yang tidak tersisa banyak dan rumah lama kepada nyonya tua, lima villa lain atas nama direktur Yi diberikan untuk cucu pertama keluarga Yi, yaitu Charles Yi.
Nama Charles Yi ini adalah nama yang diberikan Carter untuk cucu pertamanya, tampak sekali dia menaruh harapan yang tinggi dengan cucu satunya ini.
Pengacara menyerahkan surat wasiat tersebut ke setiap orang, ketika melihat nama Juwono dan Charles tertera di atas, dalam hati Gloria senang bukan kepalang, tapi juga tidak enak hati untuk ditampilkan keluar.
Sedangkan Yuliana senang bercampur sedih, nama Charles Yi ini......Tidak peduli marga atau pun nama, anak dalam perutnya ini tidak pantas memilikinya.
Sampai sekarang belum ada yang tahu bahwa yang ia kandung adalah bayi perempuan, dia juga dari awal sampai akhir tidak berani memberitahu yang lain. Selain itu, penjelasan dalam surat wasiat tertulis hubungan mereka adalah kakek dan cucu, ini juga membuat dia sangat cemas.
Pengacara Chen mengambil kembali surat tersebut, dan terakhir berkata : “Surat wasiat ini ada tiga salinan, mulai berlaku sejak hari ini, saya dan Pengacara Fang, beserta nyonya tua masing-masing akan membawa satu salinan, apakah yang lain masih punya pertanyaan?”
“Tidak ada.” Jawab Gloria sambil tersenyum senang.
Nyonya tua menghela nafas dan berkata kepada semuanya : “Kalian juga jangan terlalu senang dulu, perusahaan Yi sekarang sudah sampai begini, yang kalian warisi mungkin akan menjadi hutang besar.”
“Ibu, tidak masalah,kita semua satu keluarga, ada uang kita bagi bersama, ada hutang juga tentunya kita tanggung bersama.” Kata Gloria dengan mulut manisnya.
Dia sama sekali tidak khawatir, lagi pula dari awal dia sudah sepakat dengan Noah, tunggu dia mendapatkan saham, maka akan langsung dijual semuanya ke dia, jadi mau perusahaan Yi bangkrut atau tidak, dia tetap bisa mendapatkan uang yang jumlahnya tidak sedikit dari Noah.
“Baik, aku senang kamu bisa berpikir seperti itu.” Nyonya melihat ke semua yang hadir dan lanjut berkata : “Meskipun ayah kalian sudah meninggal, tapi keluarga ini tidak akan bubar, juga tidak boleh bubar, dulu seperti apa maka untuk seterusnya juga seperti apa, ingat?”
“Ingat.” Semuanya menganggukkan kepala.
“Juwono, bagaimana dengan kamu?” Nyonya tua mengalihkan pandangan ke dia.
“Ha?” Juwono yang tenggelam dalam kegembiraannya tidak mendengar jelas apa yang nyonya tua katakan, setelah dipanggil namanya baru ia mengangkat kepala.
Nyonya tua berkata dengan nada yang kurang baik : “Aku bilang kamu, kelak banyak membantu Justin, jangan setiap hari kerjaannya main saja di luar, Yuliana juga sudah akan melahirkan beberapa hari ini, banyak temani dia di rumah.”
“Aku tahu.” Juwono mengangguk.
“Sudah, kalian bubar saja, aku istirahat ke dalam dulu.” Nyonya tua berdiri dari kursinya, dan berkata kepada Clarissa : “Clarissa, kamu papah aku ke dalam.”
“Oh, iya.” Clarissan memapah lengan nyonya tua dan menemaninya masuk ke dalam kamar.
Setelah memasuki kamar, Clarissa mengantar nyonya tua untuk berbaring di kursi tidur, menyelimutinya dengan selimut, lalu berkata dengan perhatian : “Nenek, kamu istirahat yang tenang, nanti kalau makan siang sudah siap aku akan datang memanggil nenek.”
Nyonya tua menatapnya dengan wajah prihatin, dengan penasaran ia bertanya : “Clarissa, apakah kamu tidak menyalahkan ayah kamu?”
Clarissa tertegun, tidak mengerti kenapa nyonya tua bertanya demikian, kenapa dirinya harus menyalahkan? Apakah karena soal pembagian warisan?”
“Maksud nenek soal pembagian warisan?” Clarissa menggeleng sembari tertawa : “Aku mengerti cara kerja ayah, aku tidak menyalahkan dia sedikit pun.”
“Benarkah?” Nyonya tua mengamatinya dengan tidak percaya, kemudian menyuruh dia untuk duduk, Clarissa pun dengan patuh mengambil satu kursi dan mendudukinya.
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayThe Richest man
AfradenLelaki Greget
Rudy GoldCintaku Pada Presdir
NingsiSomeday Unexpected Love
AlexanderYour Ignorance
YayaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)