The True Identity of My Hubby - Bab 241Menggoda Suamiku
Sisca berkata dengan ekspresi marah: "Tuan Muda Yi benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya meninggalkan istrinya di rumah dan tidak pulang berhari-hari, bahkan berbohong berkata dinas kerja, nyonya tua juga sangat keterlaluan, membantu Tuan Muda Yi berbohong."
"Cukup!" Gwendolyn Tsu memotong perkataan Sisca dengan kesal, kemudian mengembalikan ponsel Sisca.
Melihat Gwendolyn yang berekspresi buruk, Sisca pun tidak berani bersuara lagi.
Setelah hening sekian lama, Sisca baru melihat Gwendolyn dan bertanya: "Nona Tsu, jadi sekarang kita bagaimana?"
"Masih bisa bagaimana? Tentu saja pulang." Dia tidak akan pernah teriak marah-marah di depan orang banyak, terlebih lagi sekarang dia juga tidak bisa menang dari mereka berdua yang saling mencintai.
"Pulang kemana? Rumah keluarga Tsu atau rumah keluarga Yi?"
"Untuk apa pulang ke rumah keluarga Tsu?" Gwendolyn Tsu berkata kesal.
"Nona Tsu tidak memperlihatkan video ini ke Direktor Tsu?" Sisca tidak mengerti, dia pikir Gwendolyn akan langsung pulang ke rumahnya sendiri untuk mengadu.
Gwendolyn tentu saja ingin berbuat seperti itu, tapi sebelumnya Noah Tsu sudah mengatakan dengan sangat jelas, dia sudah membantunya mendapatkan keinginannya, sisanya dia tidak bisa ikut campur dan juga tidak akan ikut campur.
Gwendolyn berpikir sekian lama, akhirnya menggertakkan gigi dan berkata: "Kamu pulang duluan, aku masih ada urusan."
Sisca kaget, langsung berkata panik: "Nona Tsu, aku mana mungkin meninggalkan kamu sendiri di luar, kalau Direktur Tsu tahu, dia akan membunuhku, kamu ada urusan apa aku temani, kemudian menunggumu di luar seperti tadi saja."
Gwendolyn melihat kedua kakinya yang cacat, berpikir semua ini diakibatkan oleh kakinya ini, membuat dirinya tidak bisa berjalan, membuat dia susah melakukan apapun. Dia bahkan merasa, kalau bukan karena kakinya cacat, Justin tidak akan begitu membencinya, juga tidak ada alasan membuangnya sendirian di kamar.
Dia tiba-tiba memukul kedua kakinya, sambil berkata sambil menangis kesal: "Semua gara-gara kamu! Gara-gara kamu.....!"
Perbuatannya ini seperti ingin melampiaskan seluruh kemarahan yang sudah dipendam sekian lama, serta kemarahan ketika melihat video tadi.
"Nona Tsu, jangan." Sisca segera menarik kedua tangannya, dengan panik berkata: "Kamu akan melukai diri sendiri."
"Bunuh saja aku! Lagipula sudah tidak ada yang peduli padaku, hu.......!" Gwendolyn menangis sedih.
Sisca tidak tahu berbuat apa, dia hanya berlutut di samping kaki Gwendolyn dan menasehatinya: "Nona Tsu, bagaimana kalau anda dengarkan nasehat Nyonya Tsu, menceraikan Tuan muda Yi dan mencari lelaki baik lainnya."
Begitu mendengar kata 'cerai', Gwendolyn langsung berhenti menangis, mengangkat tangan dan menampar Sisca: "Cerai? Jangan harap! Aku tidak akan mengikuti kemauan mereka, biarpun mati, aku juga tidak akan membiarkan perempuan sialan itu mendapatkan keinginannya!"
Sisca ditampar tanpa alasan, dia menggertakkan giginya, dan akhirnya terdiam.
******
Clarissa mengupas sebuah apel dan membagikan setengah untuk Julius: "Sudah hampir jam pulang sekolah, aku mau pergi menjemput Liam dan Natalia, kamu sendiri bisa?"
"Bisa sih bisa, tapi......." Julius mengamati Clarissa: "Aku boleh mengajukan permohonan tidak?"
"Apa?"
"Undurkan diri dari pekerjaan babysittermu."
"Tidak boleh." Clarissa menolak tanpa berpikir sama sekali.
"Kenapa tidak boleh?" Julius mengerutkan kening tidak senang.
"Dulu kamu yang mengusirku dari Perusahaan besar Yi."
"Kalau begitu sekarang aku membawamu kembali ke Perusahaan besar Yi, begini boleh, kan?" Julius tersenyum.
Clarissa menatapi Julius dan berkata serius: "Julius, kamu pernah berjanji tidak akan memaksaku melakukan hal yang tidak ingin kulakukan, aku merasa aku sangat senang berhubungan dengan Liam dan Natalia, sangat bahagia, aku suka dengan pekerjaanku ini."
"Tapi mereka adalah anak Frans Tsu, aku tidak ingin kamu terlalu dekat dengannya."
"Kamu bukannya sudah tahu aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa?" Clarissa melirik Julius: "Kamu seharusnya tidak masih khawatir aku bisa berhubungan baik dengannya, kan?"
"Frans Tsu adalah seorang lelaki, terlebih lagi seorang lelaki yang muda dan tampan, aku tentu saja khawatir." Julius terus tidak senang: "Terlebih lagi kalian disana sekeluarga 4 orang, sangat bahagia dan sempurna, kalau begitu aku ini apa?"
"Kamu dan Nona Tsu juga bisa melewati kehidupan berdua." Clarissa bercanda, namun dia tidak menyangka bahwa candaannya ini sudah keterlaluan, Julius seketika marah dan ekspresinya berubah, dengan marah menatapi Clarissa.
"Kenapa begitu serius, hanya bercanda."
"Kamu merasa sangat lucu?"
"Masih....." Clarissa awalnya bermaksud menjawab 'masih lumayan', namun pergelangan tangannya langsung digenggam Julius, ketika dia belum bereaksi, dia sudah ditekan diatas kasur, Julius pun dengan maksud menghukum menciumnya terus menerus.
Clarissa menepuk bahu Julius bermaksud minta ampun: "Julius Yi, kamu cepat lepaskan aku, nanti dilihat nona perawat........."
Julius meniup telinga Clarissa: "Hanya kalau kamu berjanji padaku akan menjauh dari dua anak itu dan Frans Tsu."
Meskipun pikirannya tidak jernih karena perbuatan Julius, namun logika Clarissa masih berjalan dengan sangat sempurna, dia baru saja berhasil menemukan anaknya dengan susah payah, bagaimanapun tidak mungkin melepaskan kesempatan menemani mereka.
"Aku hanya bisa berjanji akan menjaga hubunganku dengan Frans." kata Clarissa.
"Apakah kedua anak itu memiliki daya tarik yang begitu besar?" Julius melepaskan Clarissa dan menggendongnya bangun dari kasur, mengamati Clarissa: "Apakah karena kamu tidak bisa melahirkan, jadi memiliki perasaan spesial pada anak-anak? Kita boleh pergi adopsi beberapa."
Clarissa menggelengkan kepala, mengangkat kedua tangannya merangkul Julius, mengamatinya dan tertawa berseri-seri: "Julius, kamu bukannya juga merasa Liam dan Natalia sangat imut?"
Julius berpikir sejenak, mengangguk: "Memang lumayan imut, tapi tidak sampai gila sepertimu."
"Itu karena...."
"Karena apa?"
"Karena kamu tidak mempunyai hati sebesar milikku." Clarissa mengoreksi perkataannya.
Dia hampir saja tidak tahan dan memberi tahu Julius, Liam dan Natalia adalah anaknya, untung saja masih belum terlalu impulsif.
Kalau dia tahu, dia pasti tidak akan memikirkan hal lain dan langsung meminta kembali Liam dan Natalia, kemudian langsung menceraikan Gwendolyn, kalau seperti itu, Gwendolyn pasti tidak akan melepaskannya.
Gwendolyn adalah tipe yang kalau tidak bisa dimiliki maka lebih baik dihancurkan, orang seperti ini paling menakutkan.
"Bagaimana kalau.....nanti aku bawa Liam dan Natalia datang menemanimu?" Clarissa tertawa senang.
Kalau tidak bisa membiarkan anak dan ayah ini saling mengakui, maka biarkan mereka sering bertemu, begini baru adil untuk Julius.
Namun Julius malah tidak berterima kasih, bahkan berkata dengan sedikit kesal: "Mereka bukan anakku, untuk apa aku bertemu mereka?"
"Baiklah kalau begitu, aku langsung bawa mereka pulang." Clarissa sengaja berkata.
"Kalau tidak.....bawa mereka datang bermain sebentar." Julius menggaruk kepalanya dan mengubah perkataannya.
Clarissa tertawa, menepuk tangan Julius: "Aku pergi dulu, sampai jumpa nanti."
*******
Clarissa berjalan keluar dari kamar pasien dan langsung berjalan ke arah lift.
Ketika dia sampai di lantai 1, dia dengan kaget melihat sebuah sosok yang familiar, Gwendolyn!
Dia refleks berbalik badan, memunggungi Gwendolyn berjalan ke arah sebaliknya. Namun dia tidak tahu, Gwendolyn sudah bersabar menunggunya setengah hari disini.
"Clarissa Yuan!" suara yang dingin terdengar dari belakang.
Punggung Clarissa membeku, secara terpaksa dia pun berbalik menghadap Gwendolyn.
Julius bukannya berkata selain Asisten Lin sudah tidak ada orang lain yang tahu dia masuk rumah sakit? Kenapa Gwendolyn Tsu bisa ada disini? Terlebih lagi begitu kebetulan bertemu dengannya.
Dia berdiri di tempat tidak bergerak menunggu Gwendolyn berbicara, namun Gwendolyn memutar roda kursi rodanya mendekatinya, mengamati Clarissa dan mengejeknya: "Kenapa? Melihatku langsung merasa bersalah? Ingin melarikan diri?"
Clarissa tidak ingin memancing kemarahannya, hanya menjelaskan dengan datar: "Julius sakit, aku hanya menjaganya beberapa hari disini."
"Kamu siapanya Julius? Julius sakit kenapa kamu yang datang menjaganya?" Gwendolyn berseru kesal: "Aku baru istrinya Julius, dia sakit, bukannya seharusnya aku yang menjaganya?"
"Nona Tsu, aku merasa kita seharusnya ganti tempat." Clarissa berbalik dan berjalan ke arah taman kecil, Gwendolyn menggertakkan giginya kesal, kemudian menggerakkan kursi rodanya mengikuti Clarissa.
Clarissa berbalik badan, menatapi Gwendolyn: "Julius sudah tahu aku membohonginya, aku masih mencintainya, dan menurut sifatnya, tidak mungkin menyerah begitu saja."
"Jadi kamu selingkuh dengannya di belakangku?"
"Dia sakit, aku hanya menjaganya."
"Kamu pikir aku tidak tahu kalian melakukan apa saja di dalam kamar pasien?" Gwendolyn marah: "Clarissa Yuan! Tidak disangka kamu adalah orang tidak tahu malu seperti ini, bisa-bisanya menggoda suami orang lain."
"Aku dan dia saling mencintai, kamu yang bersikeras memisahkan kita." Clarissa juga ikut emosi, menatapi Gwendolyn dan melawan: "Kalau mau membicarakan tidak tahu malu, kamu yang lebih dulu tidak tahu malu, kamu tidak hanya tidak tahu malu, kamu bahkan tidak berhati dan kejam."
"Kamu......Clarissa Yuan, kamu akan membayar akibat dari keangkuhanmu ini!"
"Bisakah kamu jangan seperti ini?" Clarissa tahu Gwendolyn lagi-lagi mengancamnya, berkata kesal: "Kamu sudah menikah dengan Julius, sudah mendapatkan keinginanmu, kamu masih ingin apa?"
"Aku mau kalian tidak bisa bertemu selamanya." Gwendolyn maju, menatapi Clarissa: "Aku heran mengapa Julius tidak bersedia menyentuhku, ternyata kamu di luar menggodanya, sudah menyuapnya. Aku peringatkan kamu, Clarissa, aku bukan orang bodoh, kamu ingin membuatku dan Julius menjadi suami istri di atas kertas, kemudian diam-diam menjalin hubungan dengannya? Kamu mimpi!"
Clarissa melihat kelicikan di wajah Gwendolyn, hatinya terasa dingin, sepertinya dia lagi-lagi mau melanggar janjinya dengan Julius, dia tidak hanya tidak bisa terus berhubungan dengannya, juga tidak bisa membawa Liam dan Natalia datang menemaninya.
Gwendolyn terus bermuka dingin: "Kalau kamu bersikeras ingin bersama Julius, baik, aku mengabulkan permintaan kalian, aku akan menceraikan Julius."
"Tidak!" Clarissa segera membuka mulut menghentikan Gwendolyn: "Kamu tidak usah bercerai dengan Julius, aku akan menjauhinya."
"Boleh, kamu pergi dari Kota A, pergi ke tempat yang Julius tidak tahu selamanya."
Meninggalkan Kota A? Kalau begitu sama dengan meninggalkan Liam dan Natalia?
Dia secara refleks menggelengkan kepala: "Tidak, setelah Julius tahu aku pergi, dia akan mencariku ke seluruh dunia, saat itu kamu kemungkinan besar setahun pun tidak bisa bertemu dengannya, ini tidak ada baiknya untukmu. Perasaanku dan Julius perlu usaha kedua belah pihak, perlahan-lahan menghilang, aku hanya bisa menjamin berusaha tidak bertemu dengannya."
"Tapi Nona Tsu." Clarissa langsung berkata dingin: "Tidak bisa mengendalikan Julius juga ada salahmu, jangan menaruh seluruh tanggung jawab ke aku seorang. Kamu memiliki kemampuan menikahinya, maka sudah seharusnya memiliki kemampuan mengendalikannya."
"Kamu! Kamu sekarang sedang mengejekku?"
"Tentu saja bukan, hanya memperingatkanmu." Clarissa meninggalkan kalimat ini, berbalik badan dan berjalan menuju pintu besar rumah sakit.
*******
Novel Terkait
Gaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraCEO Daddy
TantoMenunggumu Kembali
NovanLove And War
JaneInnocent Kid
FellaPergilah Suamiku
DanisThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)