The True Identity of My Hubby - Bab 275 Reaksi Evelin
Di sisi lain, di dalam kamar nyonya besar.
Nyonya besar menatap Justin Yi cukup lama, lalu dengan wajah yang serius berkata: "di sini tidak ada orang lain lagi, Justin katakan sejujurnya padaku, mengapa kamu ingin menikahi Gwendolyn Tsu wanita jahat itu?"
Justin Yi tersenyum datar: "Nenek, bukankah tadi aku sudah mengatakan, aku dan Gwendolyn Tsu sangat cocok, kami....."
"Jangan menggunakan kata-kata ini untuk mengelabuiku". Nyonya besar tanpa sungkan memotong pembicaraannya: "Aku mau mendengar yang sejujurnya darimu".
"Nenek......". senyuman di wajah Justin Yi menghilang, dengan kepala tertunduk berkata: "dulu bila aku sanggunp menahan diri dari godaan Gwendolyn Tsu, diam-diam bersama dengannya di belakang Julius, Julius tidak akan lari dari rumah, tidak akan terjadi kecelakaan, dan juga tidak akan terjadi begitu banyak kesulitan seperti saat ini. Ini semua karena diriku, sudah sepantasnya aku mengakhiri semuanya".
"Ternyata kamu sungguh demi Julius menikahi Gwendolyn Tsu?" Nyonya besar dengan marah menatapnya.
"Aku hanya menanggung semua yang pernah aku lakukan".
"Tetapi yang kamu tanggung ini terlalu berat, tidak seharusnya begini". Nyonya besar dengan panik berkata: "Kamu lihat pada saat Julius dan Gwendolyn Yi bersama i, apa itu yang di sebut dengan kehidupan? sama sekali bukan, dengan susah payah dia telah melepas semuanya, bila kamu kembali ikut masuk, kamu akan sama seperti Julius merana seumur hidup".
"Tidak akan, Julius memiliki Clarissa, Liam dan Natasia, ada yang dia sayangi, sehingga dia akan tersiksa. Tetapi aku tidak, aku dapat hidup dengan bebas".
"Kamu tidak ada yang di sayangi? Bagaimana dengan Evelin?"
"Dia.....". Justin Yi terdiam beberapa saat, dan baru menjawab: "Dia tidak akan memikirkanku".
Saat Justin Yi mengatakan hal ini, bahkan dia merasa hatinya bagaikan di tusuk pisau, tetapi dia sama sekali tidak menunjukan ekspresi tersebut.
"Justin, walaupun aku tidak ingin membiarkan Julius masuk penjara, tetapi aku pun tidak ingin kamu hidup tidak bahagia". Nyonya tua menarik tangan Justin dan tersiak: "hidup bersama orang yang tidak di cintai, akan sangat menderita".
"Asalkan Julius hidup dengan baik, maka hatiku akan tenang". Justin tersenyum berkata: "Nenek, bila Justin sungguh masuk penjara, Clarissa akan kehilangan sandaran, Liam dan Natasia selamanya akan merasa malu, dan aku akan merasa bersalah seumur hidup. Kamu pasti tidak berharap seumur hidup, aku hidup dalam penyesalan bukan?"
"Walaupun begitu, tetapi....."
"Nenek". Justin memotong perkataan nyonya tua, menepuk punggungnya dan menghiburnya: "Kamu jangan berpikir terlalu banyak, dan jangan beritahu Justin mengenai hal ini, mungkin menikah dengan Gwendolyn Tsu tidak seburuk yang kita bayangkan".
"Kamu harus pikirkan masak masak".
"Aku sudah memikirkannya baik-baik".
Terhadap keteguahan Justin, nyonya tua tidak tahu bagaimana sebaiknya. Dia sungguh tidak ingin melihat Justun menikah dengan Gwendolyn Tsu, tetapi tidak ingin melihat Julis Yi masuk penjara, sungguh dua pilihan yang sulit.
*****
Pagi hari, ketika Clarissa Yuan keluar dari kamar, dia melihat Justin keluar dari kamar di seberang, Justin melihat Clarissa, dan menyapanya: "Clarissa, selamat pagi".
"Justin, aku ingin berbicara denganmu". Clarissa menatap pria itu dan berbicara.
Justin Yi terlihat tidak merasa aneh, dengan tersenyum dia berkata: "kamu ingin membicarakan mengenai Gwendolyn Tsu denganku? Bila iya, maka tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, semalam aku telah mengatakannya dengan jelas".
"Bukan, Clarissa Yuan menggelengkan kepala, dan menunjuk ruangan di sebelahnya: "Ayo jalan, hanya sebentar".
Justin Yi mengikuti Clarissa Yuan berjalan ke ruangan sebelah, lalu berdiri di belakang wanita itu.
Clarissa Yuan membalikan tubuhnya, menatapnya dan berkata: "saat ini aku tidak ingin bertanya mengenai apakah rasa cintamu kepada Gwendolyn Tsu adalah tulus atau hanya bohongan, aku ingin bertanya kepadamu bagaimana dengan Evelin".
Justin tidak menyangka dia akan menanyakan hal ini, setelah terdiam sesaat dia baru menjawab: "aku ingin tahu sebenarnya apa yang Evelin katakan mengenai hubunganku dengannya".
"Dia mengatakan dirinya tidak memiliki hubungan apa-apa denganmu, tetapi sangat jelas semua orang dapat melihat kamu dan dia memiliki perasaan, bukankah begitu? kamu tiba-tiba memutuskan menikah dengan Gwendolyn Tsu, apakah pernah terpikirkan olehmu bagaimana perasaanya? ada lagi, apakah kamu telah mengatakan hal ini kepdanya?"
Clarissa Yuan meihat Juius tidak menjawab, dia kembali mencecarnya dan bertanya: "jangan-jangan kamu belum memberitahukannya kepada dia?"
Julius Yi terdiam beberapa saat, lalu menghelakan napas dan berkata: "Terhadap Evelin, aku hanya merasa sangat berterima kasih, tidak ada cinta, bila ada hal yang membuat kalian salah paham, aku sungguh meminta maaf".
"Apa...? hanya rasa terimakasih?" Clarissa Yuan menjadi kesal: "bila kata-kata ini di dengar oleh Evelin, dia bisa pingsan".
"Tidak akan". Justin menggelengkan kepala.
"Darimana kamu tahu?"
"Aku mengerti dirinya".
Justin Yi berkata dengan sangat percaya diri, dia ingat dulu ketika Evelin putus dengan Willy, dia hanya menangis beberapa hari, mabuk beberapa hari, lalu akhrinya seperti tidak terjadi apa-apa.
Justin Yi meletakkan tangannya di bahu Clarissa Yuan: "Clarissa, kamu dan Justin selama ini tidak mudah, kalian dengan tenang melewati hari-hari kalian saja, jangan ikut campur lagi".
"Tenang?" Clarissa Yuan tersenyum terpaksa: "Juoius karena kamu tidak tidur semalaman, bagaimana aku dapat tenang".
"Julius terlalu banyak berpikir". Justin Yi mengangkat pergelangan tangannya melihat jam dan berkata: "Sudah, aku harus pergi".
Melihat punggung nya yang berlalu, Clarissa Yuan menghelakan napas tanpa dapat berbuat apa-apa.
Dirinya pun tidak mengerti apakah antara Justin dan Evelin sebenarnya memiliki hubungan atau tidak.
Untuk lebih jelas, Clarissa Yuan setelah mengantar Liam dan Natasia dia pergi klinik kecantikan tempat Evelin bekerja.
Ketika dia tiba, Evelin sedang berbicara dengan customer mengenai perawatan pasca operasi, hingga setelah customer tersebut pergi dia baru menghampiri: "Clarissa, bukankah saat ini seharusnya kamu sekarang di sisi suami dan mengurusi anak, mengapa masih dengan wajah yang sedih seperti tertekan seperti ini?"
Clarissa Yuan memengang wjahnya: "semalam tidak tidur dengan baik".
"Ternyata di......siksa oleh tuan muda Julius sampai seperti ini?: Evelin tersenyum dengan genit.
Clarissa hanya menatapnya, di hatinya berpikir apakah wanita ini sama sekali tidak merasa ada sesuatu yang tidak baik, prianya saja sudah di rebut oleh wnaita lain, tetapi dia masih tertawa dengan sangat gembira
Atau karena dirinya sama sekali tidak peludi terhdap Justin Yi?
Dengan wajah serius Clarissa Yuan berkata: "Evelin, aku ingin mengatakan sesuatu yang serius dengan mu, Justin akan menikah".
Evelun menatapnya, setelah beberapa saat tiba-tiba dia tertawa: "apa hubungannya denganku?"
"Kamu....kamu sama sekali tidak perduli?" Reaksi Evelin membuat Clarissa Yuan menjadi binggung.
"Mengapa aku harus memeperdulikannya?"
"Kamu sama sekali tidak memeliki perasaan terhadapnya?"
"Clarissa Yuan yang kepo....". Evelin menggunakan penggaris menepuk kepala Clarissa: "Kamu sudah cukup atau belum? sebenarnya perlu aku megatakannya berapa kali? berapa kali aku mengatakannya baru dapat kamu mempercayainya".
"Tetapi saat itu, jelas-jelas aku melihat kalian...."
"Makan bersama kan? makan bersama memangnya menandakan apa?" Evelin mentapnya, di dalam hati dia berpikir dasar kepo, menggunakan cara ini untuk memancingnya, dia sama sekali tidak akan membuatnya berhasil.
Sambil tersenyum, Evelin merangkul lengan Clarissa Yuan: "Ayo jalan, kebetulan hari ini tidak ada Cutomer, kita pergi jalan-jalan yuk".
"Ev, Evelin.....". Clarissa Yuan ditarik olehnya, hatinya merasa panik dan tidak tahu harus berbuat apa: "mengapa kau sama sekali tidak peduli terhadap Justin Yi yang akan menikah?bukankah seharusnya kamu mengambil pisau bedah dan membunuhnya? ini baru sesuai dengan sifatmu....."
"Kamu tidak mengerti kan?" Dengan yakin Evelin mmbalikan kepala menatap Clarissa: "bila Justin pantas aku berbuat begitu, aku tidak hanya akan membunuhnya, aku bahkan akan menghancurkan mayatnya".
"Jadi maksudmu, saat ini Justin tidak pantas kamu berbuat begitu?"
"Sama sekali tidak pantas". dengan kesal Evelin memutar bola matanya: "Clarissa sebenarnya kamu sudah puas atau belum? bisakah jangan membicarakan dia lagi?"
Akhirnya Clarissa Yuan terdiam.
Kedua orang itu pergi shoping ke bagian pakaian, Evelin dengan suasana hati yang sangat baik membeli dua buah jaket, samasekali tidak terpengaruh dengan kabar buruk yang dikatakan oleh Clarissa Yuan.
Pada saat siang hari saat mereka akan makan siang Evelin pergi karena di telepon oleh teman kantornya.
Sebelum pergi, Evelin memberikan sebuah kantung kertas kepada Clarissa Yuan dan berkata: "Ini adalah coklat untuk Liam dan Natasia, tolong berikan kepada mereka".
"Kapan kamu membelinya?"
"Tadu, ketika kamu sedang bengong aku membelinya". Evelin melambaikan tangan: "aku jalan dulu".
Clarissa melihat punggung Evelin yang melambaikan tangan padanya, hatinya merasa kecewa, dia Justin dan Evelin seharusnya mempunyai kesempatan bersama.
Ketika sedang berdiri di sana, tiba-tiba dia menerima telepon dari Julius.
"Dimana?: dengan lembut Julius bertanya.
"Di pintu depan Mall City".
"Dengan siapa?"
"Sendirian".
"Kebetulan, kita pergi makan bersama ya". Julius tersenyum dan berkata: "Tunggu aku sebentar".
Segera, Julius Yi tiba, merkea berdua makan di sebuah western restoran di seberang Mall City.
Julius menatap kantung yang di pengang oleh Clarissa dan bertanya: "Beli apa?"
"Oh, ini adalah coklat, Evelin yang membelikannya untuk Liam dan Natasia".
"Tadi kamu bertemu dengannya?"
"Tadi aku bertemu dengannya". dengan sedih Clarissa berkata: "tidak tahu ada apa dengannya, mendegar berita Justin akan menikah, ternyata dia sama sekali tidak perduli, justru mengajakku jalan-jalan".
"Mungkin dia memang tidak mencintai Justin". Julius tersenyum berkata.
"Apakah memang aku yang terlalu banyak berpikir?"
"Mungkin". Julius membelai kepala wanita itu: "begini juga baik, setidaknya tidak ada yang terlukai".
Clarissa yuan menganggukan kepala, dia sungguh khawatir Evelin sedih karena hal ini.
"Bagaimana denganmu? Apakah sudah berbicara kepada Justin?" Clarissa menatap Julius.
Membicarakan hal ini, wajah Julius pun terlihat sedih: "Sudah, tetapi hasilnya sama seperti semalam, dia bersihkeras mengatakan dia mencintai Gwendolyn Tsu, dan tetap akan menikahinya, sepertinya kita tidak akan berhasil mengubah pikirannya".
Clarissa Yuan menatapnya, dengan wajah kasihan berkata: "apakah ada perasaan, melihat mereka berdua menikah, lebih sakit daripada masuk penjara?"
"Betul".
Gwendolyn Tsu, orang yang seperti apa, dia sangat mengerti, Justin menikahinya pasti tidak akan bahagia, dia dulu pernah merasakannya, sehingga dia tidak ingin Justin ikut merasakannya.
Tetapi sayang, Justin tidak mendengarkan mereka.
Novel Terkait
Si Menantu Dokter
Hendy ZhangStep by Step
LeksPejuang Hati
Marry SuCantik Terlihat Jelek
SherinDon't say goodbye
Dessy PutriCinta Yang Tak Biasa
WennieCEO Daddy
TantoThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)