The True Identity of My Hubby - Bab 83 Sakit (2)

Clarissa segera mengambilkan selembar tisu dan disodorkannya ke tangan Julius.

“Kalau memang demam, kenapa tidak makan malam?”

“Nanti agak malam sedikit baru aku makan.” Julius menoleh menatapnya, dari nada bicaranya tampak seperti tak berdaya : “Kamu pergi makan saja, aku ingin istirahat sebentar.”

Mengusir orang lagi, Clarissa kehilangan kata-kata.

Melihat wajahnya yang sebal, akhirnya dia tetap dengan patuhnya keluar.

Sampai malam, Julius masih tidak bersedia makan, Clarissa pun secara langsung memasakkan bubur kacang berangan.

Sebenarnya kak Sarah tidak begitu mengakui keterampilan memasak Clarissa, hampir sepanjang memasak ia menjaga di pintu dapur, saat wangi bubur kacang berangan pelan-pelan menyebar dari dapur, ia pun memuji : “Wangi sekali, tapi tidak tahu apakah juga sewangi ini saat dimakan.”

“Atau kak Sarah coba sedikit?”

“Boleh.” Kak Sarah menganggukkan kepala sembari tersenyum.

Clarissa mengambilkan satu mangkuk bubur untuk kak Sarah, setelah mencoba, kak Sarah pun menganggukkan kepala memuji : “Wanginya sama dengan yang tercium, tapi tidak tahu apakah tuan muda pertama suka, lagi pula ia tidak pernah makan seperti ini.”

“Coba saja dulu.” Kata Clarissa.

Sebenarnya dia juga tidak yakin Julius akan suka.

Bubur kacangan berangan ini diajarkan oleh Teresa, dia sendiri juga bukannya sangat suka memakan ini, tapi suka sekali memasak makanan ini, bahkan pernah ia setiap minggu selalu memasaknya dua kali. Alasannya karena Charlie suka, dan dia membuatnya untuk Charlie.

Beberapa waktu itu karena Charlie memimpin tim penelitian, setiap kali selalu sibuk hingga tak bisa melepaskan diri, dan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah sebisa mungkin memberikan bantuan dalam kesehariannya.

Ketika Clarissa masuk ke kamar Julius untuk mengantarkan bubur kacang berangan, gaya Julius masih seperti tadi, bersandar di ranjang dan memejamkan mata, hanya saja kali ini wajahnya lebih pucat, kelihatannya demamnya semakin parah.

“Kenapa kamu datang lagi?” Dia bertanya tanpa membuka mata.

Clarissa meletakkan bubur ke atas ranjang, sambil tertawa ia berkata : “Aku senang, kamu tidak hanya bisa mengenali suara langkah kaki kakak Tsu, tapi juga mengenali suara langkah kakiku.”

Julius tertawa mengejek : “Apakah kamu tidak tahu, indera peraba dan pendengaran orang buta lebih sensitif dibandingkan orang normal.”

“Sudahlah, kamu juga jangan selalu menyindir diri sendiri lagi, aku tidak merendahkan kamu, jadi kamu juga tidak perlu merendahkan dirimu sendiri.” Clarissa meraba keningnya, masih begitu panas.

“Kamu tidak merendahkan aku?” Julius menggenggam tangannya.

“Kalau aku merendahkan kamu, maka tidak mungkin aku secara langsung memasakkan bubur kacangan berangan untuk kamu.”

“Bubur kacang berangan? Apa itu?”

“Tidak pernah makan bukan?” Clarissa membawa bubur kacang berangan tersebut ke hadapan Julius sambil tersenyum, didekatkannya di depan hidung Julius : “Sudah tercium? Wangi tidak?”

“Lumayan, tapi aku masih tidak ingin makan.”

Clarissa kehilangan kata-kata, ia mengangkat kepala melihat jam di dinding : “Sudah jam 10 lewat, masih tidak ingin makan, apakah kamu mau lapar sampai pagi?”

“Lapar sampai pagi juga bukan urusan kamu.”

“Ini aku yang masak sendiri.” Clarissa bagaikan menghadapi anak kecil, membujuk dengan sabar : “Coba beberapa suap?”

“Memang kenapa kalau masak sendiri? Memangnya ingin aku juga memasakkan satu mangkuk untuk kamu?”

Orang yang sedang sakit selalu ada sebuah hati kekanak-kanakan, Clarissa tahu akan hal ini, tapi bukankah pria di depannya ini kekanak-kanakannya sudah kelewatan? Dia tidak mengerti, apa susah memakan semangkuk bubur? Apakah susah sekali?

Dia merasa kesabarannya pelan-pelan mulai menghilang, sedangkan hati kekanak-kanakan Julius masih begitu lucu : “Kamu kenapa? Marah?”

“Iya, kalau kamu masih tidak makan juga, aku akan marah.” Clarissa mencoba bersabar dengan menggertakkan gigi.

“Kalau begitu cepatlah kamu marah, lalu kembali ke kamar dan tidur.”

“Julius! Kamu sungguh menganggap aku terbuat dari tanah, tidak punya emosi?” Clarissa bangkit berdiri dari ranjang dengan ketus, dengan wajah penuh amarah ia menatap Julius yang tak merasa bersalah sama sekali.

“Ckck, kesabaran yang begitu buruk, bagaimana menjadi istri orang.”

“Sifat kamu begitu keras juga masih bisa menjadi suami orang!”

Melihat keduanya bertengkar hingga seperti ini, kak Vera yang biasanya mengikuti kak Sarah pun segera masuk mengamati mereka dan tertawa kecil : “Kenapa jadi bertengkar? Tuan muda pertama, nyonya muda juga untuk memperhatikan kamu, kamu jangan mencandai dia lagi, lihat, nyonya muda sudah marah sampai merah wajahnya.”

Akhirnya tuan muda pertama sudah bisa bercanda, ini adalah hal baik, tapi orang yang dicandainya sama sekali tidak bisa mengikuti jalan pikirannya.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu