The True Identity of My Hubby - Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
Begitu Frans Tsu mendegar Gwendolyn Tsu akan menikah dengan Justin Yi, dengan panik dia berdiri dari sofa, lalu menatapnya dengan terkejut dan bertanya: "apa yang kamu katakan?kamu masih mau menikah dengannya?"
"Kak, apa maksudnya masih mau menikah". Gwendolyn Tsu tidak setuju dengan perkataan Frans Tsu.
"Kamu baru bercerai dengan Julius Yi lalu mau menikah dengan Justin Yi? apakah kamu sudah gila?"
"Aku tidak gila". dengan wajah tidak suka Gwendolyn Tsu berkata: "Walaupun aku telah menikah dengan Julius Yi, tetapi itu hanya sebuah simbol, Julius sama sekali tidak pernah menganggap aku adalah istrinya, dan juga sama sekali tidak pernah menyentuhku, ini sama sekali tidak termasuk sebuah pernikahan".
"Bila sudah tahu begitu, mengapa waktu itu masih mati-matian ingin menikah dengannya?" Frans Tsu dengan marah berkata: "apakah kamu mengganggap pernikahan adalah mainan? aku tidak setuju".
"Kak.....".Gwendolyn Tsu menarik tangan Frans Tsu dengan wajah bersalah berkata: "Aku tahu, aku salah, aku mengaku dulu aku tidak dapat menerima penolakan Julius Yi, dan juga tidak bersedia melihat Clarissa Yuan bahagia, sehingga berusaha menikah dengan Julius Yi. Bila aku tahu Justin Yi masih hidup, masih mencintaiku, aku pun tidak akan melakukan begitu banyak kesalahan".
"Kamu sungguh yakin Justin Yi mencintaimu? orang-orang saat ini sudah tidak menyukaimu, dan Justin Yi bukannya tidak dapat mempunyai kekasih, apakah akan terus mencintaimu?"
"Aku Yakin, kak, aku tahu dengan jelas rasa cinta Julius Yi terhadapku, dulu bahkan rela menghianati Julius Yi demi diriku, akulah yang tidak dengan baik menjaga semua ini". Gwendolyn Tsu selesai berkata, lalu dengan cemas dia kembali berkata: "Kak, aku berjanji padamu, kali ini aku akan berubah, hidup dengan baik bersama dengan Justin Yi, dan tidak akan melukai orang lain lagi. Aku akan baik-baik berhubungan dengan Clarissa Yuan, dan menyayangi Liam dan Natasia".
Frans Tsu dengan marah melepaskan tangannya, dia sama sekali tidak mempercayai janji Gwendolyn Tsu.
Gwendolyn Tsu menangis dengan menyedihkan, Frans Tsu saat ini adalah satu-satu nya orang yang memeperdulikannya, dia berharap dia akan mendapatkan persetujuan darinya.
"Kak, aku sudah lelah, aku tidak ingin berebut lagi, saat ini aku hanya ingin hidup baik-baik bersaja Justin Yi, aku mohon padamu untuk menyetujuinya, ya?"
"Tidak!" Frans Tsu dengan marah berakta, "kamu menikah berulang-ulang seperti ini, dan yang kamu nikahi adalah pria keluarga Yi lagi, kamu mau menaruh wajah keluarga Tsu kita di mana?"
"Apakah wajah keluarga Tsu lebih berharga dari pada kebahagiaanku?"
"Walaupun aku tidak memperdulikan wajah Keluarga Tsu pun aku tidak akan menyetujuinya, karena aku yakin kamu menikah dengan Justin Yi pun tidak akan bahagia".
"Kak, sebenarnya kamu ingin aku berkata apa, kamu baru percaya". Gwendolyn Tsu menjadi panik.
"Biarkan dia menikah". tiba-tiba terdengar suara nyonya Tsu yang dingin dari lantai dua.
Kakak beradik tersebut memutar kepalanya melihat ke atas, terlihat nyonya Tsu sedang perlahan menuruni tangga, wajahnya tidak ada ekspresi: "Frans Tsu, selanjutnya urusan dia kamu tidak perlu mengurusinya lagi, dia ingin bagaimana terserah dia, ingin menikah dengan siapa biarkanlah, lagi pula wajah keluarga Tsu sudah di permalukan habis-habisan oleh dia".
"Ibu.....". dengan berderai air mata Gwendolyn Tsu berkata.
"Karena kamu merasa Julius Yi sungguh mencintaimu, kalau begitu menikahlah dengannya, sampai saat itu kamu merasa sedih dan tersiksa kembali saja sambil menangis". Nyonya besar berkata.
"Ibu, mengapa kamu berkata demikian?" Frans Tsu menjadi pusing.
Nyonya besar mendengus dingin: "dia tidak akan menyerah bila belum merasakannya, biarkan dia merasakan kepahitan itu ".
"Tetapi....."
"Atau, kamu merasa kamu dapat mencegah dia?" Nyonya Tsu menatap Frans Tsu: "bila kamu dapat mencegahnya, dia tidak akan seperti saat ini".
"Ibu, sudah aku katakan, saat ini aku hanya ingin hidup dengan tenang, mengapa kamu tidak bersedia untuk mendoakanku dan merestuiku? mengapa harus mengatakan kata-kata yang begitu menyakitkan?" Gwendolyn Tsu bertanya kepada Nyonya Tsu.
"Tenang?" Nyonya Tsu mentertawakannya.
Dirinya sama sekali tidak percaya keluarga Yi akan membiarkan dia hidup dengan tenang.
****
Justin Yi menjadi ragu beberapa saat, lalu dia baru menelepon Evelyn.
Begitu Evelyn melihat nomor tersebut, hatinya merasa gembira, dua detik kemudian dia baru mengangkatnya. Ketika dia mengangkat telepon tersebut, tidak terdengar kebahagiaan di dalam suaranya, justru terdengar seperti sedang sibuk: "Halo".
"Evelyn, ini aku". Justin Yi dengan tenang berkata.
"Oh, kamu? ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, apakah nanti malam kamu ada waktu? kita makan bersama".
"Baik, kebetulan aku ada waktu".
"Kalau begitu aku akan menjemputmu".
"Baik".
Begitu telepon di tutup, dengan wajah kesal Evelyn berkata pada dirinya sendiri: "mengapa aku bergitu cepat menyetujuinya?"
Dulu dia menolakku, seharusnya aku menolaknya baru benar, ternyata aku langsung begitu saja menyetujuinya.
Setelah pulang kerja, Justin ternyata telah menunggu di depan pintu rumah sakit, Evelyn melangkah ke sana dan mengetuk jendela mobil, lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
"Orang sibuk, mengapa hari ini ada waktu luang?" Evelyn bertanya padanya.
Justin Yi tersenyum: "Sudah lama tidak bertemu, tiba-tiba ingin makan denganmu, mengapa? tidak bersedia?"
"Bila tidak bersedia aku sudah keluar dari mobil ini". Sambil tersenyum Evelyn menarik sabuk pengaman: "mau mengajakku makan di mana".
"Makan makanan Prancis bagaimana?"
"Boleh, makan apapun boleh, lagipula aku sedang diet".
Justin Yi menghentikan mobilnya dia depan sebuah restoran Prancis yang terlihat mahal, kedua orang tersebut memesan makanan, lalu Evelyn memperhatikan Justin Yi, tiba-tiba dia merasa ternyata dirinya cukup merindukannya.
"Mengapa melihatku?" Justin Yi tiba-tiba bertanya.
Evelyn tersadar, hatinya merasa canggung, tetapi wajahnya sangat tenang: "menikmati sebentar hasil karyaku".
"Oh ya, mengapa hari ini baik sekali ingin mengajaku makan?" sepasang mata Evelyn terlihat curiga: "jangan-janggan ada maksud tidak baik?"
"Bukankah tadi aku sudah mengatakan, sudah lama tidak makan bersama, jadi aku ingin mengajakmu makan". Justin Yi berpikir sebentar lalu berkata: "sejak aku pindah dari rumahmu, aku selau sibuk bekerja, tidak pernah baik-baik berterima kasih padamu, dan juga tidak pernah mengucapkan terima kasih padamu, diriku merasa bersalah".
"bagus kalau tahu". Evelyn mengisap juice nya lalu berkata: "jarang-jarang tuan muda kedua Yi dapat menyadari hal ini, aku benar-benar merasa bahagia".
"Mari, kita tos, anggap saja sebagai rasa hormatku padamu". Justin Yi mengangkat gelasnya di hadapan Evelyn.
"Aku menerimanya". dengan tersenyum Evelyn megnangkat gelas wine dan menabarakkannya dengan gelas Justin Yi, lalu meminumnya.
Setelah selesai makan, kedua orang tersebut berjalan keluar dari restoran.
Setelah ragu beberapa saat, Evelyn berkata: "Tuan muda Yi, untuk mengungkapkan rasa terima kasihku, karena kamu telah mengundangku makan malam, aku akan menghadiahimu dengan mengajakmu nonton, bagaimana?"
Justin Yi tidak menolaknya, lalu bersama Evelyn pergi ke bioskop.
Di biaoskop tidak ada film terkenal yang sedang tayang, akhirnya Evelyn memilih sebuah film percintaan, lalu membalikan kepala menatap Justin Yi: "Bagaimana dengan film ini?"
Justin Yi tersenyum: "aku menemanimu nonton, bila kamu suka kita nonton saja".
"tidak betul seperti ini, aku ini mengajakmu nonton". selesai berkata Evelyn segera menganggukan kepala: "tetapi sepertinya film ini cukup bagus, setidaknya tokoh utama prianya tampan, nonton ini saja".
Justin Yi sudah terbiasa dengan sikap Evelyn, lalu diam-diam pergi membeli tiket.
Karakteristik filem percintaan adalah menyedihkan, semua penonton wanita di dalam bioskop tersebut menangis, Evelyn pun menangis.
Satu tangannya memegang popcorn, tangan lainnya memasukan popcorn ke dalam mulutnya, sama sekali tidak memperdulikan air matanya yang mengalir.
Justin Yi melihat tokoh utama wanita yang menangis di layar, lalu dia memberikan tisu kepada Evelyn dan menghiburnya: "di film itu hanyalah acting, mengapa kamu menangis sampai seperti ini?"
Evelyn mengambil tisu tersebut dan memberishkn hidungnya, dengan suara terisak dia berakta: "aku tidak mengerti, mengapa tokoh utama pria yang begitu tampan, menyukai tokoh utama wanita yang begitu bodoh, sayang sekali".
Justin Yi pasrah, ternyata dia bukan menangis karena terharu melihat tokoh utama wanita yang sakit leukimia tetap bersama dengan tokoh utama pria, melainkan......
"Jadi menurutmu dia harus mencari yang seperti apa?"
"Setidaknya yang seperti aku ini".
"Rasa percaya dirimu sungguh tidak ada tandingannya". Justin Yi tertawa.
Setelah menonton, Justin Yi mengantar Evelyn hingga ke bawah rumahnya, dia mengangkat kepalanya melihat gedung apartemen yang dia kenali itu, lalu menolehkan kepala melihat Evelyn yang tertidur bersandar di bahunya.
Awalnya dia mengulurkan tangannya untuk membangunkan Evelyn, tetapi ketika ujung jarinya menyentuh bahu wantia itu tiba-tiba gerakan tangannya menjadi lembut, perlahan jarinya menyentuh bahunya, lalu berhenti di rambutnya, lalu merapikan rambutnya yang terurai di pipi Evelyn.
Evelyn tidur dengan pulas, dia tidur dengan tenang.
Dan Justin hanya melihatnya, melihatnya cukup lama.
HIngga waktu sudah cukup malam, udara semakin dingin, perlahan dia baru membangunkan Evelyn.
Evelyn yang tiba-tiba di bangunkan olehnya, wajahnya terlihat binggung, ketika melihat jam, dengan bingung dia bertanya: "Tuan muda Yi, mengapa kita tidur bersama?"
Justin Yi pasrah, dia menggunakan tangannya mencubit pipi Evelyn: "Bangun, saatnya pulang untuk tidur".
"Oh". Akhirnya Evelyn tersadar, ketika dia membuka pintu mobil, dia menatap Justin Yi dan bertanya: "Sudah begitu malam, maukah kamu tidur di atas, kebetulan kamarmu belum di bereskan".
"Tidak usah, aku pulang tidur saja".
Di tolak olehnya, Evelyn merasa canggug: "Baiklah, hati-hati di jalan".
Sebenarnya dia hanya asal berbicara, sama sekali tidak bermaksud menggodanya, semoga saja dia tidak salah paham, ah, sungguh memalukan!
"Evelyn". ketika Evelyn akan keluar dari mobil, tiba-tiba Justin memanggilnya.
Evelyn terdiam sebentar lalu membalikan kepala menatapnya: "Ada apa?"
Justin Yi ragu beberapa saat, lalu berkata: "Bereskan saja kamar itu, selanjutnya aku akan tidur di rumah".
"Ah.....oh, baik". Evelyn menganggukan kepala, menuruni mobil, lalu menundukan tubuhnya dan berterima kasih padanya, lalu menutup pintu.
Melihat Evelyn masuk ke dalam lift, melihat lampu rumahnya menyala, Justin Yi baru menyalakan mobil dan memutar kepala mobilnya keluar dari daerah sana.
Evelyn menyalakan lampu, berganti sepatu, dia tidak kembali ke kamarnya berganti baju dan mandi, tetapi dia pergi ke kamar tamu, berdiri di sana dan memperhatikan ke dalam, dirinya bahkan dapat melihat bayangan Justin Yi yang dengan menyedihkan meringkuk di sudut kamar.
Dia menggeleng-gelengkan kepala, tidak mengerti ada apa dengannya malam ini, mengapa tiba-tiba teringat masa lalu.
Setelah pertemuan malam ini, dia merasa jaraknya dengan Justin Yi menjadi jauh, Justin Yi berubah lebih diam dari pada dulu, dan dirinya pun demi menjada perasaan Justin, berubah menjadi lebih sungkan.
Hari-hari yang ribut dan ramai sudah tidak dapat kembali lagi.
Mungkin karena pekerjaannya sangat sibuk, pikir Evelyn.
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangLove at First Sight
Laura VanessaGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiMata Superman
BrickVillain's Giving Up
Axe AshciellyThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)