The True Identity of My Hubby - Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
Kak Sarah tertawa dan berkata, "tetapi baguslah sekarang aku tidak perlu was-was kembali, Seperti kata Tuan Muda sebelumnya, perasaan seperti ini benar-benar baik."
"Akulah orang yang tidak mudah itu." Clarissa Yuan tidak mau kalah berkata, "setiap kali Tuan Muda tidak mau bertemu dengan aku, aku yang selalu bingung kenapa dia tidak mau bertemu denganku, apakah dia kesal dengan aku. Tidak memikirkan aku akan sedih, Tuan Muda ini melainkan biasa-biasa saja."
"Tuan Muda bisa pergi kemana, selain perusahaan dan mansion." Kak Sarah melanjutkan, "jika Tuan Muda tidak tinggal di sini, biasanya akan kembali ke mansion tinggal bersama keluarga."
"Jadi setiap pagi aku tidak bisa menemukan dia." Clarissa Yuan memukul dada Julius Yi dan berkata, "menyembunyikannya sangat dalam ya!"
"Jika tidak sembunyikan dengan dalam, bagaimana bisa berhasil membohongi kamu si bodoh ini?" Julius Yi memegang tangannya dan menciumnya, serta memajukan lehernya melihat ke dalam wajan bertanya, "sedang memasak apa? Sangat wangi."
"Tidak ada urusan denganmu."
"Mengapa bisa tidak ada urusan denganku? Kamu memasak ini untukku kan?"
"Mimpi kamu."
"Sudahlah, kamu mengaku saja Nyonya Muda. Dan juga mohon kalian untuk keluar jangan berdempetan di sini." Kak Sarah mendorong mereka keluar dan menarik pintu yang memiliki ukiran bunga.
"Kamu lihat, bahkan Kak Sarah pun tidak terbiasa melihat kamu yang begitu menggelikan." Clarissa Yuan menarik kembali tangannya dan menatapnya dengan serius bertanya, "kamu nanti kemana? Perusahaan?"
"Iya, kalau kamu?"
"Aku pastinya akan ke kantor."
"Kamu bukannya istirahat beberapa hari terlebih dahulu di rumah, ajak dua temanmu itu untuk berjalan-jalan, dan menceritakan tentang kejelekan aku? Dia tertawa, wanita bukannya sangat ahli dalam hal seperti ini.
"Aku sebenarnya ingin, tapi takut tidak tertahan, menceritakan apa yang tidak perlu diceritakan." Clarissa Yuan juga tertawa dan berkata, "aku sudah memberitahu mereka aku baru saja pulang dari tamasya."
"Kalau begitu kamu tidak perlu bicara kembali." Julius Yi berpikir sejenak, menatapnya dengan tatapan meminta maaf berkata, "dan juga, malam ini aku harus pulang ke mansion menemani nenek makan malam, sekalian menginap di sana."
Clarissa Yuan menjawab "oh" di dalam hatinya.
Kelihatanya malam ini dia akan sendirian.
Julius Yi tertawa dan memukul mukanya pelan berkata, "jangan seperti itu, aku sudah lama tidak ke sana."
"Aku hanya merasa sedikit kecewa." Clarissa Yuan tersenyum dan berkata, "kamu pergilah dengan tenang, malam ini aku, Evelin beserta yang lainnya akan pergi makan. Setelah makan aku akan pulang."
"Tidak boleh pergi minum-minum dengan pria tampan."
"Tenang saja, aku sudah pernah karena minum anggur dan memberikan diriku kepada adik iparku sendiri. Mana berani aku untuk minum kembali."
"Pintar berbicara." Julius Yi tertawa sambil mencubit pelan hidungnya.
"Bubur jawawut sudah matang, Tuan Muda dan Nyonya Muda makanlah selagi masih panas." Kak Sarah berjalan keluar dari dapur dan menaruh dua mangkok bubur jawawut di atas meja.
"Kak Sarah, kamu juga makanlah." Clarissa Yuan tersenyum tipis.
"Tidak, kalian makan duluan saja. Aku nanti baru makan." Kak Sarah terburu-buru melambaikan tangan.
Meskipun Tuan Muda dan Nyonya Muda baik terhadapnya, tetapi tetap saja antara majikan dan pembantu ada yang membedakan, dia tidak berani melanggarnya.
Setelah selesai sarapan, Julius Yi meninggalkan vila menggunakan mobil Steve seperti biasanya. Clarissa Yuan juga sudah berjalan ke kantor, dia begitu terburu-buru untuk masuk kerja karena dia ingin secepatnya bekerja di Perusahaan Besar Yi.
Meskipun bagi Perusahaan Besar Yi peran kecil dia itu tidak ada apa-apanya, tetapi dia tetap ingin saja ke perusahaan tersebut, meskipun hanya diam-diam menemani Julius Yi dari kejauhan.
Baru saja memasuki kantor, Kelvin Qin tersenyum dan bertanya, "Kak Yuan, kamu bukannya mengambil izin selama satu bulan? Mengapa masuk lebih cepat?"
"Kembali lebih cepat." Clarissa Yuan duduk pada kursinya menatapnya dan berkata, "selama aku tidak ada di kantor, apakah Perusahaan Besar Yi ada masalah?"
"Tidak ada masalah serius, hanya setelah masalah kualitas Waterfront Park, beberapa Park kecil juga terkena dampaknya, angka penjualan menurun cukup banyak."
"Ini masih disebut bukan masalah serius?" Clarissa Yuan meliriknya sekilas.
Kelvin Qin menjawab, "Keluarga Besar Yi sudah berdiri 50 tahun, masyarakat tidak mungkin tidak bisa membedakan yang baik dan yang buruk bukan?"
Clarissa Yuan tersenyum, belum tentu. Masyarakat terbiasa mengikuti apa yang di dengar, terlebih setelah mendengar masalah kualitas dan keamanan pasti akan lebih waspada karena bagaimana pun juga harga satu rumah mencapai jutaan bahkan lebih.
Awalnya sore ini tidak perlu pergi ke Perusaan Besar Yi, tetapi Clarissa Yuan mencari alasan untuk tetap pergi.
Hubungan dia dan Kepala Bagian Wang sangat baik, begitu sampai di Perusahaan Besar Yi dia langsung melangkah masuk ke dalam ruangan Kepala Bagian Wang.
Kepala Bagian Wang menyambutnya dengan hormat sambil tersenyum berkata, "aku pikir Nyonya Muda tidak akan datang kembali ke Perusahaan Besar Yi."
"Mana mungkin, dua minggu lalu aku pergi bertamasya, jadi tidak datang ke perusahaan." Clarissa Yuan ragu-ragu sejenak dan menatapnya berkata, "aku mendengar bahwa selama aku pergi dalam dua minggu itu, perusahaan mengalami masalah yang memberikan pengaruh besar kepada penjualan ya?"
Kepala Bagian Wang menganggukan kepalanya dan menghela nafas berkata, "tidak tahu siapa yang membocorkannya, aku tebak kemungkinan besar Perusahaan Besar Tsu yang melakukannya."
"Proyek Waterfront Park sebenarnya ada masalah atau tidak? Kalau tidak ada, mengapa wartawan melaporkannya?"
"Memang ada masalah dalam kualitasnya, tetapi hanya sebuah kecelakaan." Kepala Bagian Wang melihat sekilas pintu luar, dengan nada suara rendah berkata, "bahan-bahan material yang dibeli Tuan Muda Ketiga bermasalah, tetapi Tuan Muda Ketiga langsung mengatakan pasti pihak penjual mengantar salah tipe. Siapa yang tahu kebenarannya seperti apa."
"Lagi-lagi Tuan Muda Ketiga?"
"Iya, aku mendengar dia mendapatkan banyak potongan harga." Kepala Bagian Wang menempelkan telunjuknya di bibirnya memberi kode untuk merahasiakannya berkata, "Ketua Direktur pasti sudah mengetahui hal ini, hanya takut berdampak buruk jadi memilih untuk berdiam diri saja. Pengacara Yuan anggap saja kamu tidak tahu apa-apa."
"Baik, aku mengerti." Clarissa Yuan menganggukan kepalanya.
Setelah keluar dari ruangan Kepala Bagian Wang dan berdiri di depan lift, Clarissa Yuan sedang ragu-ragu apakah harus naik ke lantai atas untuk melihat Justin Yi, tetapi berpikir dia pasti sedang sibuk saat ini, dia pun memutuskan untuk tidak menganggunya.
Dia menekan tombol turun pada lift.
Dengan cepat pintu lift terbuka, di dalam lift ada lima hingga enam orang pria dan wanita yang mengenakan jas. Di antaranya ada Justin Yi dan Asisten Lin. Clarissa Yuan membeku sejenak dan menganggukan kepala kepada semua orang, lalu melangkah masuk.
Setelah Clarissa Yuan masuk ke dalam lift, dia berinisiatif berdiri di sudut kiri.
Pintu lift perlahan tertutup dan mulai menurun.
Julius Yi sedang membahas pekerjaan dengan seorang pria paruh baya yang menjadi kepala. Selain interaksi antara dia dan pria paruh baya itu, tidak ada suara yang lain, semuanya terlihat sangat serius dan berhati-hati.
Clarissa Yuan yang berada di sudut merasa sangat canggung. Untungnya lift dengan cepat sampai ke lantai satu. Saat pintu lift terbuka, Asisten Lin menyambut para tamu untuk keluar dari lift. Clarissa Yuan tetap berada di sudut lift dan menunggu semua orang keluar barulah dia keluar.
Julius Yi sengaja terakhir keluar, menolehnya ke arah dia dan merangkul pinggangnya dengan lengannya, dengan ekspresi datar berkata, "pergi ke ruanganku untuk menungguku sebentar."
Clarissa Yuan terkejut, belum sempat untuk bertanya kenapa, Julius Yi sudah melangkah keluar.
Clarissa Yuan membeku sejenak di dalam lift dan menekan tombol naik dan sampai ke lantai teratas.
Ini pertama kalinya saat dia memasuki ruangan Julius Yi, hatinya tidak merasa serius dan kagum, melainkan manis. Ini juga pertama kalinya setelah dia memasuki ruangan, dia dengan berani perlihat desain dan pajangan serta berani duduk pada bangku yang berada di belakang meja.
Begitu memejamkan mata, bisa merasakan nafas dia menyelimuti seluruh tubuhnya.
Nafas dia semakin dekat, selanjutnya tiba-tiba menutupi bibirnya dengan kuat.
Clarissa Yuan terkejut, membuka matanya dengan cepat dan melihat wajahnya yang tampan dan tatapan lembut, sangat berbeda dengan wajah datar dan serius tadi pada lift.
Julius Yi menciumnya sejenak baru melepaskannya sambil tersenyum dan bertanya, "apa yang sedang kamu lakukan?"
"Aku sedang memikirkan masalah." Clarissa Yuan mendorong mundur dadanya dan berkata, "kenapa kamu berjalan tidak ada suaranya, membuat aku terkejut."
"Kamu yang teralu tenggelam dalam memikirkan masalah." Tubuh Julis Yi mundur sedikit, bersandar pada meja dengan kedua tangan terlipat di dada menatapnya dan bertanya, "apa yang kamu pikirkan?"
"Tidak mau memberitahumu." Clarissa Yuan tersenyum halus.
Tidak boleh memberitahunya kan bahwa dia sedang memikirkan dia.
"Katakanlah,kamu menyuruhku naik untuk apa?" Clarissa Yuan menanyakan kembali.
Julius Yi tertawa dan berkata, "kamu sengaja datang ke Perusahaan Besar Yi bukannya untuk melihat aku? Mana mungkin membuatmu sia-sia datang kemari?"
Clarissa Yuan memutar matanya dan berkata, "Julius Yi, kamu tahu tidak terlalu percaya diri itu disebut tidak punya malu?"
"Hingga mati tidak mau mengaku pun juga termasuk tidak punya malu."
"Tidak mau berbicara denganmu kembali. Aku masih mau pergi makan bersama dengan Evelin dan yang lainnya." Clarissa Yuan beranjak dengan wajah merona, pada saat berjalan melewati Julius Yi, langsung dipeluk ke dalam dekapannya.
"Sudah menjadi suami istri, masih malu saja." Dia tersenyum sambil meangkat arlojinya dan meliriknya berkata, "lagipula jam pulang kerja masih ada setengah jam, kamu di restoran sendiran untuk makan angin?"
"Aku...itu jauh lebih baik daripada dilecehkan oleh kamu di sini."
"Ini menggoda, bukan melecehkan." Julius Yi tersenyum sambil mecium bibirnya dan berkata, "ini merupakan normal di antara suami istri, mengerti?"
Novel Terkait
The Great Guy
Vivi HuangPrecious Moment
Louise LeeHanya Kamu Hidupku
RenataMeet By Chance
Lena TanThe Richest man
AfradenMy Charming Wife
Diana AndrikaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)