Istri Direktur Kemarilah - Bab 233 Nasib yang Berbeda

Sheila dengan dingin dan santai memandang Jesi yang berdiri diam di hadapannya. Dia ingin mundur, setiap kali wanita ini mendekati dirinya, dia selalu terasa tidak nyaman. Tiba-tiba dia menoleh ke sudut langit-langit kantor dan berkata, "Aku tidak mencuri perhiasan kalian, CCTV di sini tidak sedikit, kalian bisa melihat rekaman. "

Jesi mulai berjalan mengitarinya sampai ke punggung belakangnya, seolah-olah tidak ingin melewatkan setiap sisi darinya.

Setelah mengitarinya satu putaran, Jesi akhirnya berkata: "Tidak perlu terlalu ribet, ada cara yang lebih praktis daripada melihat rekaman."

Sheila melangkah mundur setengah langkah secara diam-diam, mencoba menjauhkan diri darinya: "Kamu mau menggeledah aku!?"

“Kamu sangat cerdas.”

"Hanya departemen penegak hukum yang memiliki hak untuk melakukan penggeledahan. Kamu tidak berhak untuk menggeledah aku."

“Kamu begitu takut, jangan-jangan kamu gelisah karena kamu benar mencuri perhiasan kami?” Masih pedas jahe tua daripada yang muda, Jesi tampak jelas tidak terintimidasi oleh kata-kata Sheila, sebaliknya malah berkata dengan logis: “Kamu begitu cepat sudah lupa kah, kamu yang terlebih dahulu masuk ke sini tanpa izin, di bawah halangan penjaga, kamu menggerakkan pengawal kamu dan menggunakan cara kekerasan untuk masuk. Dilihat dari kondisi seperti ini, kesalahan siapa yang lebih serius? "

“Bagaimana jika aku tidak mengizinkan kamu untuk menggeledah aku?”

“Semakin kamu tidak mau, semakin menandakan bahwa kamu patut dicurigai, aku justru mau menggeledak kamu!” selesai bicara, dia mengangkat kelopak dan sekilas mengisyaratkan penjaga keamanan dengan mata, penjaga dengan cepat menahan kedua tangan Sheila.

“Kalian jangan sentuh aku! Kalau tidak, kalian tidak akan bisa menanggung konsekuensinya!” Sheila memelintir lengannya dan mencoba untuk melepaskan diri, tetapi kekuatan pria itu terlalu besar, apalagi ada dua pria yang menahannya.

“Aku dengar kamu juga hamil?” Jesi tiba-tiba memandangi perutnya, “Kamu dan Yuna benar-benar bertakdir sama sejak lahir, tidak hanya dilahirkan pada hari yang sama, kalian juga hamil pada saat bersamaan.”

Perbedaannya adalah bahwa wanita ini menikmati perlakuan sebagai Nyonya Muda Salim, menikmati ribuan kasih sayang dari Tuan Muda Salim, sedangkan putrinya harus menjalani masa kehamilan di rumah sakit, anak di dalam perut juga merupakan anak haram yang tidak diakui.

Inilah yang disebut nasib yang berbeda.

Demi apa putrinya harus menjalani kehidupan yang pahit?

Semua gara-gara wanita ini, wanita ini!

Berpikir dan berpikir, tatapan diwarnai sedikit kekejaman, tangan tiba-tiba menyentuh perut Sheila.

“Apa yang mau kamu lakukan?” Sheila mengangkat kaki hendak menghentikannya, tapi diblokir oleh tangannya, dia memerintahkan penjaga keamanan untuk menahan kaki Sheila, sehingga Sheila tidak bisa bergerak. Perut Sheila terasa tidak nyaman karena sentuhan itu, berkata sambil menggertakkan gigi: "Apakah kamu tahu bahwa Tuan Besar Salim sangat peduli dengan keturunan Salim ini? Jika dia tahu bahwa aku terjadi sesuatu di sini, apakah kamu pikir dia akan melepaskan Keluarga Sinai?"

Keluarga Sinai menggunakan semua cara untuk mengangkat pantat Keluarga Salim, tidak lain hanya untuk membiarkan Keluarga Salim membantu Keluarga Sinai. Keluarga Sinai hanya ada tiga wanita, dua putri dan satu ibu janda, tidak heran jika mereka akan dieksklusi, tetapi jika mereka bisa membentuk tali hubungan dengan Keluarga Salim, maka situasi mereka akan menjadi berbeda… …

Sheila tahu jelas mengenai poin ini, jadi dia pun hanya bisa menyebut Tuan Besar Salim untuk menakut-nakuti Jesi .

“Tentu saja aku tidak akan mengapa-apakan kamu.” Jesi tentunya tidak berani mempertaruhkan nasib Keluarga Sinai, dia berkata dengan diiringi senyuman dingin: “tapi aku harus memastikan terlebih dahulu bahwa kamu bukan pencuri.”

“Aku sebagai Nyonya Muda Salim, perlukah aku mencuri barang kalian?”

"Tidak tentu, beberapa orang mencuri barang bukan untuk memilikinya, tetapi hanya untuk memuaskan semacam rangsangan psikologis."

Sambil bicara, tangan sudah mulai menyentuh saku Sheila, hari ini Sheila tidak membawa tas, mengenakan setelan jas abu-abu gelap, tubuh bagian bawah ditutupi celana terompet abu-abu gelap.

Jari-jari Jesi merogoh saku celana Sheila dan dengan cepat memastikan bahwa tidak ada apa pun di kedua saku itu.

Dia yang tidak menemukan apa-apa mengulurkan tangan ke saku jas Sheila lagi, mendapatkan sebuah cincin dari saku itu - cincin beryl merah.

"Cincin ini dibuat retak oleh aku. Aku berencana memintamu untuk memperbaikinya, bukan barang milikmu."

Jesi mengarahkan permata cincin ke area bercahaya, permata merah itu tampak lebih transparan di bawah cahaya. Namun, di tengah-tengah beryl besar, ada retakan tipis yang memotong dari tengah.

"Cincin beryl merah? Memang bukan milikku, memangnya milikmu?" Jesi tampak bergumam, pandangannya tidak lepas dari permata yang ada di atas cincin.

Karena dia berprofesi dalam bidang ini, apalagi batu permata ini merupakan permata yang sangat berharga hingga tidak dapat dinilai dengan harga, mata Jesi penuh dengan kekaguman serta bersungkawa akan retakan itu.

Sikap profesional ini dengan cepat menghilang, tangan menggenggam cincin itu erat-erat, seperti pengacara yang menemukan bukti, berkata: "Kamu masih bilang bahwa kamu bukan pecuri! Cincin ini adalah harta pusaka Keluarga Hermawan, hanya menantu perempuan Keluarga Hermawan yang boleh mengenakan ini, kenapa ada di kamu!"

“Kenny yang menitipkannya ke aku, kamu punya pendapat?” Sheila tentunya tidak akan mengatakan bahwa Kenny memberikan cincin ini untuknya, kalau tidak, hubungan mereka akan menjadi sulit untuk dijelaskan, jadi dia pun dengan cerdas menggunakan kata 'menitipkan'.

"Titip?" Jesi tampaknya tidak percaya, juga tidak berani percaya, berkata: "Barang yang begitu berharga, apalagi merupakan barang pusaka, menitipkan cincin itu pada kamu, apakah kamu pikir aku akan percaya?"

"Cincin itu bukan milikmu, memangnya kamu bisa apa kalau kamu tidak percaya!"

"Tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa, tapi Keluarga Hermawan pastinya berhak untuk menangani masalah ini kan!"

"Keluarga Hermawan?"

"Jika Keluarga Hermawan membuktikan bahwa kamu yang mencuri cincin ini, maka semua orang pun akan tahu, Nyonya Muda Salim adalah seorang pencuri!"

Jesi tersenyum dengan puas, Sheila menemukan bahwa ketika dia senyum, kesombongan yang tercetak di antara kedua alis itu persis sama dengan Yuna.

Terlihat dia berbalik badan dan berjalan mendekati meja, mengangkat gagang telepon, mengatakan beberapa patah kata dengan pihak di balik telepon itu. Mungkin membicarakan bahwa cincin beryl merah milik Keluarga Hermawan sudah ditemukan, menyuruh pihak sana segera datang untuk mengklaimnya.

Apa yang membuat Sheila merasa aneh adalah, semenjak Kenny tidak bisa dihubungi, ada kabar bahwa Keluarga Hermawan berimigrasi ke negara asing, sekarang siapa dari Keluarga Hermawan yang disuruh Jesi untuk datang?

Jangan-jangan... ...

Kenny?

Memikirkan kemungkinan ini, jantung Sheila berdebar tak terkendali, jika yang disuruh datang adalah Kenny, maka akan sangat baik, setidaknya bisa membiarkannya melepaskan kekhawatiran yang telah lama menghantuinya, membiarkan dia tahu bahwa kabar Kenny sangat baik... ...

Setelah Jesi melakukan panggilan telepon, suasana kantor mulai masuk ke kondisi di mana masing-masing dari mereka memikirkan masalah sendiri. Sejak awal sampai akhir, Jesi terus menggunakan tatapan penilaian untuk melihat Sheila.

Sheila tidak menghiraukannya, saat ini dia telah dilepaskan oleh penjaga keamanan, tentu saja, orang mereka banyak, Sheila tidak mungkin bisa melarikan diri.

Lonceng menara jam mengetuk empat kali, sudah pukul empat, Sheila terasa lelah karena berdiri lama, apalagi ibu hamil tidak boleh berdiri untuk waktu yang lama, jadi dia melangkah ke arah sofa untuk duduk, mengabaikan tatapan Jesi yang tidak bermaksud baik, baru saja dengan santai merilekskan diri dan hendak memejamkan mata untuk beristirahat… ...

Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa dari luar pintu.

Pintu dibuka dari luar, sosok jangkung seorang pria yang familiar melangkah masuk.

Sheila menoleh ke arah suara dari tempat duduknya, kebetulan pas berkenaan dengan tatapan pria itu… ...

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu