The True Identity of My Hubby - Bab 135 Dia Merasa Bersalah
Clarissa Yuan tersadar dari pikirannya, lalu menggelengkan kepalanya: “Tidak apa-apa. Aku akan masuk ke dalam.”
“Baik, Nyonya Muda Pertama.” Pelayan tersebut membungkukkan badannya.
Clarissa Yuan menenangkan emosinya, lalu berjalan menuju rumah utama.
Ketika Nyonya Besar melihat dia, dia segera bangkit dari sofa, menggenggam tangannya dan melihat tubuh dia dari atas sampai bawah: “Lihatlah, kamu menjadi kurus sekarang, apakah tubuhmu sudah pulih?”
“Aku sudah pulih, nenek.” Jawab Clarissa Yuan.
“Oh, baguslah jika sudah pulih, seterusnya aku akan menyuruh Kak Sarah untuk merawatmu.” Nyonya Besar menuntun dia untuk duduk di sofa.
“Terima kasih, nenek.” Clarissa Yuan menatapnya dengan pandangan bersalah: “Anakku sudah tiada, nenek pasti merasa sangat kecewa.”
Nyonya Besar menggelengkan kepalanya: “Yang terpenting adalah kamu baik-baik saja, kamu juga masih bisa hamil lagi, lagipula kamu dan Julius masih muda.”
“Baik, aku akan merawat tubuhku sesegera mungkin, dan memberikan nenek satu cucu lagi.”
“Memberikan nenek satu cucu lagi?” Nyonya Besar tertawa:
“Seharusnya memberikan Julius satu anak lagi.”
Clarissa Yuan ikut tertawa.
Dari tampang luar dia tertawa dengan Nyonya Besar, tetapi hatinya tidak merasa tenang, rahasia tak terduga yang dia temukan tadi membuat dia tidak bisa tenang, dia bahkan mulai mencari keberadaan Yuliana Liu di dalam rumah.
Yuliana Liu tidak berada di lantai satu, apakah dia berada di kamarnya yang terletak di lantai dua?
“Oh ya, kenapa Julius tidak datang bersamamu?” Nyonya Besar bertanya padanya.
“Julius ada urusan, dia akan datang keesokan harinya.” Clarissa Yuan kembali berfokus pada Nyonya Besar.
“Oh.” Nyonya Besar menganggukkan kepalanya.
Ketika waktu makan sudah tiba, akhirnya Clarissa Yuan melihat Yuliana Liu, dia terlihat baik-baik saja, seperti tidak ada masalah yang menimpanya, lalu dia bertanya: “Kakak Ipar Pertama, apakah tubuhmu baik-baik saja?”
Clarissa Yuan tersenyum padanya: “Ini semua berkat supir yang handal, jadi aku tidak terluka parah.”
“Lihatlah apa yang kamu katakan, seolah-olah ada orang yang sengaja menabrakmu.” Dia tersenyum lebar: “Tetapi lain kali kamu harus lebih berhati-hati, sekarang di jalan raya banyak mobil, jika tidak hati-hati kamu akan tertabrak lagi.”
“Terima kasih sudah mengingatkanku, lain kali aku akan lebih berhati-hati.”
Setelah selesai makan, Clarissa Yuan menghalangi Yuliana Liu yang akan kembali ke kamarnya yang terletak di lantai dua, Yuliana Liu menatapnya, dan bertanya: “Ada masalah?”
“Aku dengar awal bulan lalu kamu membawa mobilmu ke 4s untuk melakukan perawatan mobil?”
Begitu Clarissa Yuan bertanya, Yuliana Liu sedikit terkejut, kewaspadaannya meningkat, tetapi dia dengan tenang berkata: “Iya betul, mobil baru memang harus dibawa ke 4s untuk perawatan dalam kurun waktu tiga bulan, apakah ada masalah?”
“Tidak ada masalah, tetapi kamu baru membelinya satu bulan yang lalu dan sudah membawanya ke tempat perawatan? Bukankah itu terlalu dini untuk melakukannya?”
Yuliana Liu panik, dia hanya ingin dia segera pergi dari pandangannya, dengan muka yang marah dia bertanya: “Apa hubungannya denganmu?”
“Tentu saja tidak ada hubungannya denganku, karena aku mengingatnya dengan jelas, mobil yang menabrakku bewarna merah.” Clarissa Yuan tertawa dengan dingin: “Sebelum datang ke Kediaman Yi, aku masih berpikir bahwa kecelakaanku tidak disengajai, jika dipikirkan lagi sekarang, sangat mencurigakan. Malam itu aku berdiri pinggir jalan, tiba-tiba ada mobil yang menabrakku, dan setelah tabrakan, mobil itu dengan cepat melarikan dirinya.”
Yuliana Liu menatapnya, kedua kakinya gemetar.
Dia diam-diam mengingatkan dirinya sendiri, dia tidak akan mengakuinya, lagi pula dia tidak mempunyai bukti, jadi dia tidak bisa melakukan apapun.
“Apa maksudmu? Kamu mencurigaiku?” Jawab Yuliana dengan marah.
“Apakah aku salah? Jika bukan karena telah menabrakku, kamu tidak perlu segera membawa mobilmu untuk melakukan perawatan.”
“Aku hanya melakukan perawatan, toko 4s mempunyai catatan perawatan.” Jawab Yuliana Liu.
Malam itu karena ada kejadian tabrakan, mobil bagian depannya memang ada sedikit yang rusak, tetapi dia tidak bodoh, dia sudah memberikan uang kepada orang yang memperbaikinya di sana untuk menutup mulut dia.
“Dan juga, jika aku ingin menabrakmu, aku tidak mungkin menggunakan mobilku sendiri.” Tambah Yuliana Liu
Dia sangat merasa menyesal, pada saat itu dia sangat marah, jadi dia mengendarai mobilnya, sama sekali tidak terpikir akan akibatnya. Setelah menabrak dia, dia baru dengan panik menghancurkan semua bukti.
Clarissa Yuan sudah menduga dia pasti tidak akan mengakuinya, lagi pula dia tidak memiliki bukti yang menyatakan dia yang menabraknya.
Sebelum makan, Clarissa Yuan tidak berani sepenuhnya yakin Yuliana Liu yang melakukannya, tetapi sekarang dia melihat Yuliana Liu tidak bisa menyembunyikan kepanikannya, dia jadi semakin yakin.
“Yuliana Liu, setelah melakukan hal yang tidak patut dilakukan ternyata kamu masih bisa hidup dengan tenang.” Clarissa Yuan menatapnya sambil mengertakkan giginya: “Kamu juga akan menjadi seorang ibu, setelah membunuh anak orang lain, apakah kamu bisa tidur dengan tenang? Apakah kamu tidak takut anakmu akan terkena karma buruk? Apakah kamu akan takut jika suatu hari aku belajar darimu, dan membunuh anakmu yang masih belum lahir di dalam perutmu?”
Yuliana Liu dengan spontan melangkah mundur, melihat ekspresi dingin Clarissa Yuan, membuat bulu kuduk dia berdiri.
Clarissa Yuan tersenyum melihat kepanikannya: “Jika suatu hari anakmu sudah tiada, maka hari dimana kamu dikeluarkan dari Keluarga Yi sudah tiba, lalu, Juwono Yi tidak akan mencintaimu lagi, ibu juga tidak akan melindungimu lagi, kamu tidak memiliki latar belakang yang kuat seperti Gwendolyn Tsu, bahkan tidak akan ada orang yang akan membantumu, bayangkanlah adegan yang mengerikan itu, apakah sangat menyeramkan?”
“Clarissa Yuan, kamu sudah gila!” Yuliana Liu teriak dan memotong pembicaraannya: “Kenapa kamu mempunyai pikiran yang sangat jahat? Kecelakaan mobilmu tidak ada hubungannya denganku, aku…..”
“Aku tidak jahat, jika dibandingkan denganmu.” Clarissa Yuan menatapnya, menurunkan pandangannya, dan menatap perutnya yang berisi, dan tersenyum samar: “Anak yang malang, kuharap dia bisa datang ke dunia ini dengan selamat.”
Setelah mengatakan kalimat ini, Clarissa Yuan memperlihatkan wajahnya yang dingin kepada Yuliana Liu, dan berjalan menuju kamarnya.
Dia kembali ke kamar, dan menutup pintu, kedua lututnya tidak bisa menopang dia lagi, lalu dia terjatuh di lantai.
Takut orang lain akan mendengarnya, dia menangis dengan sedih dan berusaha memendam suaranya, tangannya dengan lembut menyentuh perutnya yang sudah rata.
Dia merasa bersalah pada anak ini, dia sangat jelas mengetahui
Yuliana Liu sangat membencinya, tetapi dia tidak waspada, dan telah memberikan dia kesempatan. Dia juga membenci dirinya sendiri tidak bisa membalaskan dendam anaknya, karena dia tidak berani untuk membunuh seorang anak yang belum lahir.
Yang dia katakan di depan Yuliana Liu tadi hanyalah untuk menakut-nakuti dia saja, jika dia diharuskan untuk membunuh seorang anak yang belum lahir, dia tidak akan berani melakukannya. Yang bisa dia lakukan, hanyalah menakut-nakuti Yuliana Liu, membuat dia tidak bisa tidur, memiliki beban, dan membuat dia menyesal!
Dia hanya bisa melakukan itu saja.
Dia, Clarissa Yuan, memang sangat lemah, dan tidak berguna…..!
Yuliana Liu benar-benar ketakutan, ketika dia menutup matanya dia dikelilingi oleh mimpi buruk, ketika dia sadar, dia segera ingin merasakan pergerakkan bayinya apakah masih hidup.
Anak yang berusia lebih dari empat bulan, mulai mempunyai sedikit pergerakkan di dalam janin, hanya ketika dia merasa bayinya bergerak, dia baru bisa bernafas dengan lega.
Dia bahkan tidak berani keluar dari kamarnya, tidak berani bertemu dengan Clarissa Yuan.
Dia yang tidak pernah percaya akan karma buruk, segera menyuruh supir untuk pergi ke kuil dan meminta jimat untuk dia taruh di bawah bantal.
Pada malam hari, Clarissa Yuan yang sedang berada di dalam pelukan Julius Yi, bertanya dengan suara rendah: “Julius, apakah kamu membenci orang yang menabrakku?”
Julius Yi tertegun sejenak, dia bertanya dengan bingung: “Kenapa tiba-tiba menanyakannya?”
“Aku hanya ingin mengetahuinya, jika ada orang lain yang membunuh anakmu, kamu akan melakukan apa?” Tanya Clarissa Yuan.
Akhir-akhir ini dia terus berpikir, bahkan dia sampai bermimpi ingin membunuh Yuliana Liu, tetapi dia terus berkata di dalam hatinya, jangan dibutakan oleh kebencian, jangan menjadi seperti Yuliana Liu, tetapi….dia baru menyadari bahwa menjadi orang baik adalah hal yang sangat sulit.
Julius Yi merenung sejenak, lalu mencium dahinya dengan lembut:
“Clarissa, aku tahu kamu tidak bisa melupakan anakmu, tetapi hal itu sudah terjadi, jika ingin menyalahkan, salahkan saja kita berdua yang tidak ditakdirkan dengan anak tersebut. Jangan memendam perasaan benci di dalam hatimu, karena seperti itu kamu akan hidup dengan lelah, dan akan kehilangan dirimu sendiri.”
“Tetapi aku tidak bisa menerimanya.” Clarissa Yuan mengertakkan
giginya.
“Jangan seperti ini.” Julius Yi memeluknya dengan erat: “Kamu masih mempunyaiku, aku akan menemanimu seumur hidupku, dan membuatmu senang.”
“Benarkah?” Clarissa Yuan tersenyum.
“Benar.” Julius Yi menganggukkan kepalanya, raut wajahnya serius:
“Aku suka Clarissa Yuan yang dulu, yang di dalam hatinya tidak mempunyai dendam, dan lemah lembut.”
Clarissa Yuan berpikir, demi Julius, dia akan menenangkan amarahnya.
Gwendolyn Tsu dengan malas duduk di sofa depan meja rias dan membungkukkan badannya ke atas meja, dia mengangkat jari-jarinya, dan cincin berliannya yang indah dimainkan olehnya dengan hati-hati.
Tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tatapan jijik.
“Nona Tsu, apakah benar cincin yang ini?” Pria yang berdiri di seberangnya bertanya dengan sopan.
Gwendolyn Tsu menatapnya, dan tersenyum: “Benar, cincin yang ini.”
Cincin ini, merupakan cincin satu-satunya di dunia ini, Julius Yi memberikannya kepada Clarissa Yuan sebagai cincin pernikahan mereka. Cincin tersebut juga memiliki nama yang tidak enak didengar tetapi sangat mengharukan, yaitu terus bersama-sama sampai akhir hayat.
Pria di seberangnya tertawa, dan berkata: “Saya baru menemukannya di pasar gelap setelah setengah bulan mencarinya, sama sekali tidak mudah.”
Gwendolyn Tsu terkekeh, melempar cincin tersebut ke ujung meja rias, dan berkata dengan tenang: “Tetapi aku tidak tertarik dengan cincin ini.”
“Lalu kenapa Anda menyuruhku mencarinya?” Pria itu tampak kebingungan.
Gwendolyn Tsu meliriknya: “Aku belum selesai bicara.”
“Silahkan lanjutkan, Nona Tsu.”
“Aku lebih tertarik dengan gelang giok yang berada di pergelangan tangan Kak Clarissa, dan aku ingin meminjamnya.”
“Gelang giok?” Pria itu terkejut, lalu mengannggukkan kepalanya:
“Nona Tsu tidak perlu khawatir, aku akan mencarinya untukmu.”
“Baik, ketika kamu mendapatkan gelang giok itu, aku akan memberimu cincin ini.” Gwendolyn Tsu mengangkat dagunya yang indah dan menunjuk ke cincin yang berada di atas meja rias.
“Benarkah?” Pria tersebut sangat terkejut.
“Tentu saja, omong-omong, aku lupa memberitahumu, cincin ini merupakan cincin satu-satunya di dunia ini, harganya sangat tinggi, kamu jangan seperti orang itu yang tidak mengetahui apa-apa, yang bisa dengan mudah menjualnya dengan harga murah.”
Novel Terkait
Siswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiLove And War
JaneAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaEverything i know about love
Shinta CharityCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinRahasia Istriku
MahardikaWonderful Son-in-Law
EdrickThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)