Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 47 Kami Sudah Menikah
Aku tidak tahu kenapa aku menyetujui permintaan Lucy, mungkin aku melakukannya demi anaknya, atau mungkin juga untuk membuat Yoga berhenti menggangguku.
Aku menelepon Yoga untuk segera datang ke KFC, aku mengatakan ada urusan dengannya.
Yoga menyetujuinya dengan gembira, dalam waktu setengah jam dia sudah muncul di pintu KFC, senyum merekah di bibirnya ketika dia melihatku, tapi dengan cepat senyum itu sirna ketika pandangannya jatuh pada Lucy.
Dia melangkah maju, dan menarik pergelangan tangan Lucy, lalu bertanya dengan ketus: "Kenapa kamu bisa ada di sini?"
"Yoga, dia ini istrimu, kenapa kamu seperti ini kepadanya?" Aku terperanjat, Yoga yang biasanya begitu lembut mendadak berubah menjadi sosok yang sangat galak dan mengerikan.
"Pergi kamu, cepat pergi." Yoga menggertak Lucy dengan keras, anak di sampingnya pun menangis dan Lucy menariknya mendekat.
Aku melangkah maju, dan mencegah perlakuan kasar Yoga, semua pandangan orang di dalam KFC mengarah ke meja kami.
"Yoga Sudirman, lepaskan Lucy sekarang juga." Aku memperingatkan Yoga dengan nada rendah.
Merasakan emosiku yang kurang stabil, Yoga segera melepaskan pergelangan tangan Lucy, lalu dia berbalik dan menatapku dengan gugup, kemudian menjelaskan: "Christine, kamu jangan percaya apapun yang dikatakan oleh perempuan gila ini, aku sama sekali tidak mempunyai hubungan apapun dengannya."
Aku melihat ke arah Yoga dengan tatapan tidak percaya, kalau benar-benar tidak ada hubungan apapun, kenapa dia sampai hilang kontrol, jelas sekali, apa yang dikatakan Lucy semuanya benar, dan dia masih berusaha dengan sangat untuk menyangkalnya.
Bilang saja aku bisa memaafkan permainannya selama tiga tahun itu, tapi bagaimana bisa aku menerima perlakuannya yang seperti ini kepada wanita yang melahirkan darah dagingnya sendiri.
Si Gendut yang dulu, meskipun perawakannya buruk, tapi hatinya sangat baik, dia menyukaiku dalam diam, itu merupakan suatu pertanda akan cinta yang tulus.
Tapi dia sudah berubah, aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah sedemikian rupa, tapi dia sungguh terlalu kejam kepada Lucy, meskipun dia tidak menghormati lucy, tapi setidaknya demi anaknya dia tidak melakukan seperti itu.
Aku menatap ke arahnya dengan putus asa dan menggelengkan kepala, "Yoga, apa kamu berani berkata bahwa anak itu bukan anakmu?"
Setelah aku bertanya dengan dingin, Yoga tampak ragu, kemudian tiba-tiba berkata dengan mantap: "Bukan, aku hanya mencintai kamu seorang, tidak ada selain kamu yang pantas untuk melahirkan anakku."
Aku mendengar nafas Lucy tercekat di tenggorokannya, aku melirik ke arahnya, sungguh kasihan wanita itu.
"Yoga, aku benar-benar tidak menyangka kamu pria seperti ini, kamu berani menidurinya, harusnya kamu juga berani mengakuinya. Sekarang kamu seperti ini kepada Lucy, mungkin saja esok hari kamu juga akan seperti ini kepadaku." Aku menghela nafas panjang, dan menatapnya dengan penuh kekecewaan, "Setelah ini jangan cari aku lagi, baik-baiklah terhadap Lucy, dan juga kepada anak kalian."
Aku memutuskan semua hubungan dengan Yoga di hadapan Lucy.
Saat aku berbalik untuk pergi, Yoga mencengkeram pergelangan tanganku kuat-kuat, dan memohon: "Aku tdak mau putus, aku tidak akan melepaskan tanganmu, Christine, demi kamu aku rela mengkhianati seluruh dunia, mengapa kamu tidak memberikan kesempatan sedikit pun padaku?"
"Di dalam duniaku dari awal tidak ada kamu." Aku berkata dengan datar kepada Yoga, "Aku bisa tidak mengungkit permainan yang kamu lakukan padaku selama tiga tahun, tapi aku tidak bisa menerima perlakuanmu kepada wanitamu dan kepada anakmu. Berikan kesempatan itu, dan cintamu kepada orang yang mencintaimu."
Yoga menatapku dengan kukuh, dan menggelengkan kepala.
"Lepaskan." Aku menarik tanganku kuat-kuat, melirik sejenak ke arah Lucy dan anak itu, kemudian pergi meninggalkan KFC.
Pertemuan kali ini, aku sudah memutuskan segala hubungan dengan Yoga, aku tidak tahu bagaimana dia bisa seperti itu kepada Lucy dan anaknya, tapi aku tidak ingin menjadi wanita selingkuhan di mata Lucy, lagipula saat aku menerima lamaran Yoga beberapa saat lalu, aku tidak mengetahui keberadaan Lucy dan anaknya.
Aku hanya berharap wanita kasihan itu bisa segera kembali ke sisi Yoga.
Saat aku berjalan pergi dari KFC dan bersiap untuk pulang, ibu Jonathan meneleponku, dan berkata bahwa beliau ingin bertemu denganku di rumah keluarga Chandra tanpa sepengetahuan Jonathan.
Aku membeku, aku bisa menebak apa yang ingin dikatakan oleh ibu Jonathan.
Tapi aku tetap memaksakan diri untuk pergi, aku tidak boleh berprasangka buruk, aku memanggil taksi untuk pergi ke rumah keluarga Chandra.
Ibu Jonathan menyuruhku untuk menunggu di ruang tamu, aku menunggu sekitar 10 menit, dan melihatnya berjalan turun perlahan, saat melihatku, senyum tipis menghias bibirnya.
Aku berdiri dengan gugup, dan senyum yang sangat tidak natural tersungging di bibirku.
Ibu Jonathan hanya tersenyum simpul, menunjuk ke arah sofa sambil berkata: "Silahkan duduk, tidak perlu sungkan."
"Baik." Bagaimana bisa tidak sungkan, setiap kali bertemu dengan orang tua aku selalu gugup tanpa sebab.
Aku duduk di atas sofa yang empuk itu, kedua tanganku menangkup jadi satu, dan tak berhenti bergerak, aku hanya melihat ibu Jonathan yang menatap ke arahku kemudian tiba-tiba berkata: "Christine, aku tahu Jonathan saat ini sangat sangat mencintaimu."
Aku terdiam, dan mengangkat wajahku sedikit untuk melihat ke arah wanita berwibawa di hadapanku ini, aku tidak tahu sebenarnya kenapa dia memanggilku kesini?
"Aku juga pernah muda, juga pernah mengalami cinta yang memabukkan dengan ayah Jonathan, aku tahu perasaan itu." Ibu Jonathan berkata terus terang, kebahagian terpancar dari kedua sorot matanya saat mengingat kembali memori itu, tapi dengan cepat dia menarik kembali memori itu, dan tatapannya menjadi serius lagi.
"Cinta dan pernikahan merupakan dua hal yang berbeda, aku harap kamu bisa mengerti apa yang aku maksud." Kata-kata ibu Jonathan sudah menjelaskan inti pertemuan ini.
Aku mengerti, di matanya, aku ini bukan wanita yang pantas. Aku hanya seorang wanita yang mampir di kehidupan Jonathan, bukan belahan jiwanya.
"Kalau aku tidak bisa meninggalkan Jonathan, apa tante akan merasa kalau aku ini buruk?" Aku bertanya dengan hati-hati.
"Apa maksudnya tidak bisa meninggalkan, cinta mati?" Ibu Jonathan bertanya lugas kepadaku.
"Aku dengannya.... kami..... sudah menikah." Aku mengerahkan semua keberanianku untuk mengatakannya, begitu aku mengatakannya, aku mendengar ibu Jonathan mengambil nafas tercekat, dan membelalakan matanya ke arahku, seluruh tubuhnya gemetar.
Aku melihat ke arahnya dengan ketakutan, dan segera mengambilkan segelas air untuknya, setelah meminumnya pelan-pelan, dia perlahan mulai kembali seperti semula, dan diam untuk beberapa saat lamanya.
Aku tahu aku sudah menyulut api, hampir saja aku membuat ibu Jonathan mati karena shock.
Aku benar-benar menyesal sudah mengatakan yang sebenarnya, jelas-jelas aku pernah berkata untuk menyembunyikannya, tapi di saat ibu Jonathan berusaha untuk membuatku meninggalkan Jonathan, tiba-tiba aku tak kuasa untuk menahannya, dan mengatakan yang sejujurnya.
Setelah menunggu ibu Jonathan tenang, dia baru melihat ke arahku dan berkata: "Apa yang baru saja kamu katakan, apa maksudnya kamu dan Jonathan sudah menikah?"
"Tante.... tidak, harusnya aku memanggil mama, aku dan Jonathan dari awal sudah menikah secara sipil. Maaf, aku baru berani mengatakannya kepadamu sekarang, kalau kamu ingin menyalahkan, marahi saja aku!" Aku menundukan kepala, seperti seorang anak kecil yang sudah melakukan sebuah kesalahan, kalau seandainya mama Jonathan memakiku, bahkan memukul atau menamparku aku akan menerimanya.
Dia hanya tertawa dingin, "Baiklah, kalian berdua memang sama saja, bisa menyembunyikan rahasia dengan sangat rapi, kalau hari ini aku tidak memanggilmu kesini, apa kalian akan menutupinya dari kami seumur hidup?"
"Tidak." Aku menjelaskan dengan panik, tapi baru aku sadari kalau pilihan kataku sangat buruk, dan membuat kesan yang buruk di mata orang tua.
"Cepat telepon Jonathan dan suruh dia kesini, aku akan bertanya kepadanya, apakah dia masih menganggap aku sebagai ibunya." Ibu Jonathan murka, aku melihat ke arahnya dengan takut-takut, dan dengan gemetar mengeluarkan ponselku untuk menelepon Jonathan.
Tidak lama kemudian, Jonathan datang bersamaan dengan neneknya, begitu mereka masuk, aku merasakan tatapan penuh kebencian dari nenek Jonathan yang ditujukan kepadaku.
Jonathan menatap ke arahku penuh tanya, dan aku berkedip beberapa kali ke arahnya.
"Jonathan, pernikahanmu dengan nona Christine, kenapa kamu sembunyikan dari keluarga?" Ibu Jonathan bertanya, dan serentak mengagetkan semua orang yang ada di ruangan itu.
Terlebih neneknya, matanya terbelalak lebar, dan dia segera memukul lengan Jonathan: "Anak bodoh, aku akan menghajarmu, kamu menikah tanpa mengatakan apapun pada kami?!"
Aku tahu masalah ini meledak, aku tidak berani membuka mulut, aku takut begitu aku membuka suara, ibu dan nenek Jonathan akan menyerangku, aku sekarang benar-benar menyesal tidak menjaga mulutku baik-baik, kalau tahu akan seperti ini, meskipun dipukul sampai mati pun juga tidak akan ku ucapkan, dan kemudian diam-diam meninggalkan Jonathan.
Sekarang sudah terlanjur, dan masalah-masalah baru mulai muncul.
"Karena semua orang sudah tahu, aku juga tidak perlu menyembunyikannya lagi." Jonathan menatap ke arah ibu dan neneknya, kemudian melihat ke arahku, mengulurkan tangannya, memintaku mendekat.
Aku melangkah maju, dan menyambut uluran tangannya, dia menggenggam tanganku erat, kemudian berkata kepada semua yang hadir di situ: "Ini istriku Christine, tidak peduli kalian terima atau tidak, kami berdua sudah menjadi suami istri secara sah."
"Aku tidak terima." Nenek Jonathan berkata, "Cynthia yang akan menjadi cucu menantu keluarga Chandra, wanita keluarga Tanjaya ini punya apa, keahlian di atas kasur?"
"Nenek, jangan berkata seperti itu tentang istriku, dia wanita seperti apa aku sendiri lebih mengerti, apa kamu kira aku sudah buta?" Perkataan Jonathan membuat tangis neneknya pecah.
Dia menangis, menggelengkan kepala, dan menunjuk ke arah Jonathan: "Susah payah aku membesarkanmu, berharap kamu akan mendapatkan seorang wanita baik-baik untuk menjadi pendamping hidupmu, aku tidak menyangka kamu dengan bodohnya memilih wanita seperti dia."
Ibu Jonathan hanya duduk di sofa tanpa suara.
Aku di saat ini, hanya bisa diam mematung seperti bukan manusia, kalau bukan karena tangan Jonathan yang menggenggam tanganku erat, melihat pertengkaran keluarga Chandra seperti ini, aku tidak kuasa untuk bertahan, dan sudah kabur dari tadi.
"Nek, Christine menyelamatkan hidupku, kalau bukan karena darahnya, cucumu sudah tidak ada lagi, sudah tidak akan berada disini berbicara denganmu." Saat mendengar kata-kata Jonathan, aku menatap ke sisi wajah Jonathan dengan terkejut.
Apa yang baru saja dikatakan Jonathan, dia membuat sebuah kebohongan, agar keluarganya bisa menerimaku?
Ibu Jonathan melihat ke arah Jonathan dengan kaget, dan bertanya: "Kebohongan apa lagi yang kamu buat di depanku dan di depan nenekmu?"
"Kecelakaan mobil empat tahun yang lalu, kalau bukan karena transfusi darah Christine yang menolongku, sekarang yang tersisa di keluarga Chandra hanya mama dan nenek." Setelah menjelaskan, Jonathan menatap lembut ke arahku, dan tersenyum lebar sambil berkata: "Darahmu terus mengalir di dalam tubuhku semenjak itu."
Aku menatap Jonathan dengan penuh tanya, itu kejadian dari kapan?
Aku akui aku memang pernah menyumbangkan darah, tapi tidak semudah itu, karena golongan darahku AB rh-negatif, yang juga sering disebut dengan darah panda, kami memiliki kelompok kami sendiri, dimana kalau ada yang sedang membutuhkan di satu kota, maka hemofilia terdekat akan segera menuju ke rumah sakit untuk menyumbangkan darah.
"Kamu juga darah panda?" Aku bertanya dengan kaget kepada Jonathan.
Novel Terkait
Istri Pengkhianat
SubardiThat Night
Star AngelLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieUnperfect Wedding
Agnes YuMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeHanya Kamu Hidupku
RenataPredestined
CarlyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)