Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
"Charles Ouyang ?" Yoga Yin menepisku seketika, menenggelamkan wajahnya, dan bertanya : "Siapa yang berkata demikian ?"
"Apakah itu penting ?" Aku menggertakkan gigi sambil menatap Yoga Yin. "Kamu ingin memanfaatkan Charles Ouyang untuk melawan Jonathan, dan mendapatkan kembali saham itu, apakah kamu yang mengajarkan si bodoh itu untuk menculik Bella ?"
"Christine Mo, ini pasti ada kesalahpahaman." Yoga Yin menjelaskan, tetapi aku bisa melihat kepanikan di matanya, dia tampak sangat gugup, jelas sekali bahwa pesan singkat dari Cynthia Ouyang adalah benar.
“Aku tahu, kamu sangat mencintaiku, bagaimana mungkin kamu menyakiti putriku.” Aku berpura-pura tersenyum dengan tenang, “Sebenarnya aku sudah bercerai dengan Jonathan sejak lama, jika bukan karena kedua putriku, aku tidak akan tinggal bersamanya."
"Christine Mo, kamu benar-benar aneh hari ini." Yoga Yin menatapku dengan cermat, dan melihatku dari atas ke bawah, "Aku sudah mendengar tentang Bella, aku berencana pergi mengunjunginya dalam dua hari ini, dan kamu.... "
Sebelum Yoga Yin selesai berbicara, aku melangkah maju, menempelkan jari telunjukku pada bibirnya, dan menggelengkan kepala, "Tidak perlu menjelaskan, aku percaya padamu. Kamu sangat mencintaiku, bagaimana mungkin kamu menyakiti anakku ?"
Setelah berkata demikian, aku menyandarkan kepalaku pada bahunya, menurunkan tanganku dengan perlahan, ke arah pinggangnya, dan mengeluarkan pisau yang tajam itu, dan sebelum Yoga Yin menyadarinya, tanpa ragu aku menusuk perutnya dengan keras.
Seketika, Yoga Yin mendorongku dengan sekuat tenaga, sambil mencengkeram perutnya, wajahnya memerah kesakitan, dan sekujur tubuhnya gemetar.
Tanganku berlumuran darah, aku mengulurkan telapak tanganku dan melihatnya, aku seolah-olah melihat tubuh Bella yang berdarah.
Dia sedang menjerit kesakitan, dan ketika itu, aku bahkan tidak ada di sisinya, aku benar-benar adalah seorang ibu yang tidak berguna.
"Mengapa ?” Yoga Yin mengerang kesakitan, dengan mata yang berkaca-kaca.
Aku menoleh, memandangi Yoga Yin yang sedang berlutut dan kesakitan, aku melangkah maju, menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku yang berlumuran darah, dan berkata sambil melamun, "Apakah itu sakit ?"
"Christine Mo, aku telah mencintaimu seumur hidupku ini...hingga cinta ini membuatku kehilangan harga diri, aku tidak menyangka..." Yoga Yin merasa kesakitan hingga matanya mulai buram, tetapi dia tidak meminta bantuan.
“Apakah benar bahwa kamu memanfaatkan Charles Ouyang ?” Aku bertanya dengan nada tinggi.
Yoga Yin mengangguk, "Ya."
"Baiklah, kamu sudah mengakuinya. Jadi tidak ada salahnya jika aku membuatmu menanggung semua kejahatan yang dilakukan terhadap Bella." Aku menatap Yoga Yin dengan acuh tak acuh, "Kamu membuat Ardy Lu mengikat aku dalam pernikahan selama lima tahun, kamu juga telah mengurungku selama empat bulan, dan sekarang kamu mengejar dan menyerang keluarga Yi, dan pada akhirnya kamu membuat putriku menanggung semua kesalahan itu, kamu layak menanggung akibatnya."
Setelah berkata demikian, aku ingin mencabut pisau dari tubuh Yoga Yin, dan menusuknya kembali, tetapi pintu ruangan kerja terbuka pada saat ini, dan sekretaris Yoga Yin tiba-tiba masuk, setelah melihat keadaan sekitar, dia pun menjerit sambil bergegas keluar.
Seketika itu, datanglah beberapa penjaga keamanan dan aku pun diamankan.
Setelah aku dibawa ke kantor polisi, aku masih dalam lamunanku, tidak peduli dengan pertanyaan mereka, aku seolah-olah hidup di duniaku sendiri.
Ketika Jonathan menerima kabar itu, dia segera membawa pengacara untuk menebusku, tetapi ditolak.
Atas bantuan pengacara, aku pun bertemu dengan Jonathan, aku belum pernah melihat mata Jonathan yang penuh dengan air mata, tetapi kali ini dia menangis karena aku.
“Mengapa kamu begitu bodoh ?” Jonathan menatapku dengan sedih, dan menyentuh wajahku yang dingin.
Aku menatapnya lemah, dan tersenyum masam sambil berkata, "Kamu sudah banyak menderita dalam hidupmu karena aku, satu-satunya hal yang dapat aku lakukan adalah membantumu menyelesaikan masalah besar ini."
"Hei bodoh, yang bermarga Yin itu sama sekali tidak berarti di mataku." Jonathan menatapku dengan sedih, "Tenanglah, aku akan meminta pengacara untuk menebusmu."
"Jonathan, jangan mengkhawatirkanku lagi." Aku tersenyum penuh arti, "Aku tidak menyesal karena tusukan itu telah mengakhiri kebencianku selama beberapa tahun terakhir."
“Nyonya Yi, Yoga Yin tidak mati, dia telah berhasil diselamatkan.” kata pengacara itu kepadaku, maksud dari ucapannya itu sangat sederhana, bahwa aku tidak membunuh orang itu, dan hukuman untuk kasus ini berbeda dengan kasus pembunuhan.
Aku sudah tidak peduli dengan hidup dan matinya Yoga Yin, aku hanya diam, menatap mata Jonathan yang dalam itu, dia benar-benar sangat menyedihkan karena telah jatuh cinta pada wanita seperti aku.
Waktu kunjungannya sangat singkat, aku dikurung di sebuah ruangan kecil, tanpa tempat tidur, dan hanya ada sebuah kursi, aku duduk di kursi itu, dan memandangi satu-satunya jendela kecil yang ada di sana.
Aku tahu bahwa hidupku sudah berakhir.
Tetapi terjadi titik balik pada hari berikutnya, Jonathan datang bersama pengacara, dan mengatakan bahwa Yoga Yin mengakui bahwa pisau itu adalah miliknya, karena terjadi perselisihan denganku, akhirnya pisau itu tertancap dengan sendirinya ke perutnya.
Meskipun kesaksiannya penuh dengan celah, tetapi korban terus menekankan bahwa dialah yang melukai dirinya sendiri, dan karena selama aku dikurung, aku tidak mengatakan apa-apa, akhirnya di bawah tekanan pengacara, polisi pun membebaskanku.
Mengapa Yoga Yin berbohong ?
Aku tidak akan berterima kasih atas pengorbanan apa pun yang dilakukannya. Jonathan ingin membawaku kembali ke rumah Yi, tetapi aku menolaknya, aku ingin pergi ke rumah sakit untuk melihat Bella.
Ternyata Bella sudah dipindahkan dari ICU ke kamar rawat khusus, dan kunjungan pun sudah diperbolehkan. Ketika aku tiba di rumah sakit, tampak ibu mertuaku duduk di tepi tempat tidur, sedang menangis sambil memanggil Bella.
Ketika melihatku, dia pun memarahiku : "Ke mana sajakah kamu? Aku tidak melihatmu sepanjang hari ini, dengan kondisi Bella yang seperti ini, kamu masih berpikir untuk pergi ke luar."
Aku terdiam, dan memandangi wajah mungil Bella, terdengar suara di hatiku yang berteriak tak berdaya : Bella, Ibu sudah selamat dari kematian, lihatlah, selalu ada keajaiban, dan apakah kamu juga akan memberi ibu sebuah keajaiban ?
Jonathan pun membawa ibu mertuaku yang terus menangis itu meninggalkan rumah sakit, karena suara tangisannya hanya akan memperburuk keadaan.
Aku duduk diam di tepi tempat tidur, menempelkan tangan mungil Bella yang hangat dan lembut di wajahku, dan berkata dengan lembut : "Bella, kamu si anak nakal, kamu sudah tidur begitu lama, buka matamu dan lihatlah Ibu, jika tidak, aku akan memukul pantatmu."
Bella tertidur tenang, bulu matanya yang panjang dan lebat itu tidak bergerak sama sekali.
Aku memandangi wajah Bella, dan setiap kali aku melihatnya, aku tidak bisa menahan tangis. Sudah terlalu banyak air mata yang mengalir dalam dua hari ini, hingga aku berharap air mataku ini dapat diubah menjadi sebuah kekuatan ajaib untuk membangunkan anakku.
Jonathan kembali setelah mengantar ibu mertuaku pulang, melihatku yang terus menangis, dia sudah tidak tahu harus bagaimana, sekarang dia tidak hanya mengurus perusahaan, tetapi juga khawatir pada putrinya, dan bahkan lebih khawatir apakah aku akan melakukan sesuatu yang bodoh.
Setiap malam, aku takut kegelapan akan menelan semua harapanku, aku tidak berani memejamkan mata, dan bahkan bernafas pun aku harus berhati-hati, aku memegang tangan Bella, tidak ingin pergi meninggalkannya.
Jonathan menenteng laptopnya di tangan untuk mengerjakan sedikit urusan perusahaan, dia menekan-nekan matanya yang lelah, sambil terus menyemangati diri.
Malam yang sangat dingin, suhu di tengah malam turun secara drastis, Jonathan pun tertidur, aku mengambil selimut dan menutupinya dengan pelan, dia terkejut, kemudian meraih tanganku.
“Ke manakah kamu akan pergi?” Jonathan bertanya dengan heran.
Aku menggelengkan kepalaku, "Aku tidak akan pergi, aku melihatmu kedinginan, jadi aku menutupimu dengan selimut itu."
“Aku tidak kedinginan.” gumam Jonathan, dia mengambil napas dalam-dalam dengan mata terpejam, kemudian menatapku dengan lelah, dan memintaku duduk di dekatnya.
Aku duduk dekat dengan Jonathan, menyandarkan kepalaku di bahunya sambil berkata, "Jonathan, jika waktu bisa diputar kembali, aku berharap aku tidak pernah mengenalmu."
“Mengapa ? Apakah aku tidak baik padamu?” Jonathan sedikit terkejut dengan pernyataanku ini.
Aku menggelengkan kepalaku, mengerucutkan bibirku, kemudian berkata sambil menahan tangis : "Bukan tidak baik, melainkan terlalu baik. Wanita sepertiku tidak layak bagimu, egoku terlalu tinggi, dan sangat keras kepala, mengapa kamu begitu baik padaku ?"
“Kamu adalah wanitaku, kepada siapakah aku baik jika tidak padamu ?” Jonathan menjawab dengan serius.
“Jonathan, jika aku sudah tiada, kamu harus mencari seorang wanita yang lebih baik untuk menjagamu.” Setelah aku berkata demikian, Jonathan berbalik dan menatapku dengan terkejut, tangannya memegang erat kedua lenganku.
"Christine Mo, hal bodoh apa yang ingin kamu lakukan ?" Jonathan bertanya dengan nada dingin, "Lihatlah aku, berjanjilah padaku untuk tidak melakukan hal-hal bodoh, dan hiduplah dengan baik, apakah kamu mengerti ?"
Aku menatap Jonathan dengan lemah, dan berkata dengan mata yang berkaca-kaca, "Aku tahu."
Jika Bella baik-baik saja, aku pun akan baik-baik saja, tetapi jika Bella tiada, aku tidak akan bisa hidup. Aku tidak akan sanggup menanggung penderitaan seperti ini, sampai sekarang, aku baru menyadari bahwa anak adalah segalanya dalam hidupku.
Aku akan membunuh Yoga Yin demi Bella, aku bisa kehilangan akal sehat demi Bella, dan aku rela mengorbankan diriku demi Bella.
Aku memang egois, aku tidak berpikir panjang.
Jonathan memelukku, dan berkata, "Wanita bodoh, apapun yang terjadi, aku akan selalu ada !"
Kata-kata Jonathan menyejukkan hatiku seperti angin di musim semi, dia tidak pernah menyalahkanku, kebaikannya membuatku terharu. Aku bersandar di dada Jonathan, mendengarkan detak jantungnya yang kuat.
“Jonathan, aku mencintaimu.” kataku pelan, “Aku berjanji, setelah Bella sembuh, aku akan menemaninya belajar dan bertumbuh, aku akan selalu ada bersama putri-putriku, dan aku tidak akan pernah membiarkan mereka pergi jauh dariku. "
"Bawalah aku bersamamu juga," Kata Jonathan pelan.
Aku mengangguk dan menjawab "Ya".
Malam begitu panjang, dan kami menjaga Bella secara bergiliran, terus-menerus memutarkan musik yang disukainya.
Pada pagi hari, ibu mertuaku datang dan memutarkan musik Buddha untuk Bella, dia mengatakan bahwa aku memiliki emosi yang sangat kuat, dan aku harus pergi sembahyang untuk menyucikan semua dosa, agar Bella bisa sembuh.
Jonathan memintaku dan ibu mertuaku untuk pergi sembahyang, aku tahu dia tidak ingin melihatku terus berada di rumah sakit hingga depresi. Atas dorongan ibu mertuaku, aku pun pergi ke Kuil Guanghua, kuil Buddha terbesar di Kota F.
Kuil ini berada di antara gunung-gunung yang tinggi, ada bakaran dupa besar di bagian bawah gunung, banyak orang membawa futon dan berjalan sambil menyembah dari kaki gunung hingga ke atas gunung, berdoa dengan hati yang tulus, agar berhasil.
Aku tidak pernah percaya pada Buddha, tetapi kali ini aku bersedia dan memilih untuk percaya.
Ibu mertuaku pergi membakar dupa, memintaku untuk memegangnya, dan mengatakan bahwa selama dupa tidak padam, maka apa yang diminta akan dikabulkan.
Seorang nenek yang berada di samping tersenyum ramah dan berkata : "Nak, ketulusan hati mendatangkan keajaiban, asalkan kamu tulus, Buddha akan mendengar suaramu."
Aku memandangi tangga batu yang panjang itu, tanpa futon, aku pun mulai menyembah.
Ibu mertuaku mendatangiku, dan menarikku sambil berkata, "Kamu tidak harus menyembah dari sini, pergi ke atas gunung saja."
Aku tidak menghiraukan ibu mertuaku. Aku akan menyembah dari bawah gunung dengan hati yang tulus, jika Buddha benar, aku mohon, jika Bella selamat, aku bersedia beribadah, dan berbuat kebaikan.
Demikianlah aku berjalan ke Kuil Guanghua, ketika aku bersujud, keningku terkena tangga batu dan mengalami memar. Dupa tidak padam, dan terus menyala sepanjang jalan.
Ibu mertuaku menemaniku di sepanjang jalan, dia menatapku, dan air matanya pun mengalir deras.
Setelah aku selesai membakar dupa, dia meraih tanganku, dan berkata, "Christine, dulu Ibu tidak memperlakukanmu dengan baik, Ibu selalu mengeluh tentang kegagalanmu untuk menepati janji, membuatmu menderita."
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaCinta Tapi Diam-Diam
RossieAwesome Husband
EdisonAnak Sultan Super
Tristan XuMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraMy Perfect Lady
AliciaInventing A Millionaire
EdisonMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)