Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal

“Aku akan pergi dengan status karyawan biasa, kalau bekerja dengan baik, berarti aku mengeluarkan tenaga untuk PT.Weiss, tapi kalau tidak bekerja dengan baik juga tidak akan mempermalukan kamu, betul bukan?” Berargumen seperti ini, aku paling jago, aku memahami isi hati Jonathan.

“Sudah dipertimbangkan dengan jelas?”

Aku mengangguk, “Sudah, satu hari delapan jam, siang bisa istirahat dua jam, akhir pekan libur, sehingga aku punya waktu untuk menemani anak, juga punya pekerjaan sendiri.”

Usai berkata demikian, Jonathan mengambil ponselnya dan menelepon seseorang, dengan beberapa menit saja sudah beres, lalu berkata : “Minggu depan registrasi ke divisi personalia, kamu mau main samar-samaran, silakan, tapi jangan sampai berlebihan.”

Aku mengangguk dengan patuh dan menjawab : “Tenang saja, aku orang yang tahu batas.”

“tahu batas, tapi masih bisa membantai orang sampai harus operasi plastik?” Jonathan meledek, aku menundukkan kepala dengan tidak enak hati, hari ini benar-benar pengecualian, namanya juga manusia, pasti ada saatnya terlalu gegabah.

Setelah mempunyai pekerjaan, harus dimulai dari karyawan biasa, ini adalah hal yang paling mendasar.

Aku tidak ingin dikucilkan oleh yang lain karena masuk kerja dengan memanfaatkan relasi, status sebagai wanita milik Jonathan Yi terlalu menarik perhatian, orang yang kedudukannya tinggi biasanya tidak mempunyai teman sejati. Aku memanfaatkan waktu akhir pekanku untuk mengunjungi kakak ipar pertama, mengurus prosedur keluar rumah sakitnya, lalu membawanya pulang ke keluarga Mo.

Setelah semua ini terjadi, pada akhirnya kakak ipar besar tetap diantar pulang ke keluarga Mo oleh aku sendiri. Setelah mengalami ini semua, aku yakin dia yang kelelahan jasmani maupun jiwa pasti akan bisa tenang kembali!

Aku memberitahu kakak ipar pertama bahwa aku sudah akan bekerja, untuk ke depannya akan lebih jarang mengunjunginya, tapi saat akhir pekan masih akan membawa Bella dan Bernice datang untuk main bersamanya.

Di hari senin, aku pergi registrasi di bagian personalia, seorang wanita berjas hitam yang cantik menyambut aku, dia mengamati aku agak lama dari atas ke bawah, lalu bertanya : “Apa hubungan kamu dengan Manajer Li di perusahaan?”

Pertanyaan aneh yang tiba-tiba datang membuat aku terheran-heran, siapa itu Manajer Li?

Aku menggeleng, “Tidak kenal.”

“Tidak kenal?” Suara wanita itu agak melengking, lalu menyindir, “kalau tidak kenal, bagaimana mungkin dia membuka jalur khusus buat kamu dan langsung diterima di sini?”

Aku pikir ini pasti sengaja diatur oleh Jonathan, tapi Manajer Li yang disebut, aku yakin tidak mengenalnya, serta tidak boleh sembarang mencari relasi.

“Aku sungguh tidak mengenal siapa itu Manajer Li, aku masuk dengan mengirimkan surat lamaran, aku sekolah di luar negeri selama tiga tahun, pernah belajar desain busana. serta mempunyai pengalaman yang bersangkutan, dan......” Belum selesai bicara, wanita itu sudah menyela.

“Tidak perlu memberitahu aku tentang ini, kamu tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa masuk ke PT.Weiss?” Wanita itu balik bertanya dengan mengangkat alis, “Wawancara, penyeleksian pertama, ujian, pelatihan satu bulan, medical check-up, setelah mengumpulkan berbagai berkas, baru bisa jadi karyawan resmi.”

“Oh.” Aku tidak tahu ternyata PT.Weiss begitu resmi.

“Ikut aku!” Wanita itu merasa tidak akan mendapatkan informasi yang berguna dari aku, ia pun bangkit berdiri berjalan mendahului aku, jalannya lenggak-lenggok, rok ketat membungkus bentuk badannya dengan jelas, tampak sombong sekali.

Orang seperti ini aku sudah ketemu banyak, mentang-mentang dirinya adalah karyawan lama, jadi berlagak seperti bos yang menyuruh-nyuruh, seolah tidak tahu bahwa setiap karyawan lama itu dimulai dari menjadi karyawan baru.

Aku dibawa oleh wanita ini ke lantai tiga, bagian pengoperasian busana, setelah menyerahkan aku ke manajer, ia menaikkan bola mata dan pergi.

Setelah dia pergi, manajer tersebut melihat data diri aku dan berkata : “Christine Mo?”

Aku mengangguk, menjawab dengan formal : “Benar, nama saya Christine Mo?”

“Ada pengalaman desain busana?” Dia menaikkan alisnya, “Ini harusnya divisi desain, tidak seharusnya datang ke tempat aku, kamu tahu apa saja yang dikerjakan di divisi pengoperasian?”

Aku berpikir sejenak, pengoperasian, mengoperasikan pemasaran?

Melihat aku berpikir lama, manajer itu langsung menjawab : “Divisi kita ini utamanya bertanggung jawab soal pemasaran busana, pengemasan, serta pengontrolan biaya modal, kamu yang yang belajar desain malah ke divisi kami, tidakkah salah?”

Benar, ini pasti salah, apakah aku harus bertanya ke orang divisi personalia tadi? Tapi melihat sikapnya yang seperti itu, aku rasa pasti akan diomel olehnya.

Kalau begitu apa aku menelepon ke Jonathan?

Sudahlah, aku percaya ini pasti pengaturannya, ingin membuat aku tahu susah dan menyerah, lalu baik-baik mengasuh anak di rumah. Ingin membuat aku menyerah? Sungguh lucu sekali.

Memangnya kenapa kalau tidak sesuai jurusan, aku juga tetap bisa berhasil.

“Tidak salah.” Aku menjawab manajer tersebut dengan wajah serius, “Tidak peduli apa pengalamanku dulu, mulai hari ini, asalkan manajer bersedia mengajari aku, aku bisa mulai dari nol.”

Manajer itu tertegun, ekspresi yang tadinya serius pun menghilang seketika, lalu tertawa kecil dan berkata : “Bagus sekali, orang baru yang bersedia berusaha, divisi kami selalu menyambut.” Usai berkata demikian, dia mengulurkan tangan dengan ramah, serta memperkenalkan diri : “Aku bermarga Bai, seterusnya boleh memanggil aku manajer Bai.”

Aku tersenyum kecil, “Baik, manajer Bai.”

Setelah itu manajer Bai membawa aku keluar dari ruangan kantornya, lalu menepuk tangan di ruang kantor yang demikian besar, para karyawan yang sedang sibuk pun mengangkat kepala.

Manajer Bai memperkenalkan : “Semuanya hentikan kerjaan kalian sebentar, aku akan memperkenalkan teman kantor baru kita, Christine Mo, aku harap semuanya memberikan tepuk tangan meriah menyambut dia bergabung dalam keluarga besar divisi kita ini.” Langsung terdengar bunyi tepuk tangan yang ramai.

Aku membungkukkan badan dan tersenyum sopan : “Terima kasih semuanya.”

Tiba-tiba ada seorang pria bersiul dan tertawa : “Seorang wanita cantik, tidak heran bos secara khusus menyuruh kita menghentikan pekerjaan dan menyambut, dulu saat aku bergabung, kenapa tidak ada perlakuan seperti ini?”

Sekali orang itu meledek, suara ketawa memenuhi satu ruangan, suasana kerja sini lumayan bagus, lebih baik daripada berdiam di rumah keluarga Yi.

“Dasar banyak bicara, nanti malam kamu lembur.” Manajer Bai berkata dengan serius kepada orang yang bercanda tadi, seketika semuanya menjadi diam.

Meja kerja aku ada di dekat jendela, setelah membuka komputer, aku duduk dengan kebingungan, jujur saja sama sekali tidak tahu harus berbuat apa, tidak ada yang mengajari, apa pun tidak bisa.

Di saat ini pula seorang wanita meluncur ke arah aku dengan kursi kantor yang berputar, ia mengulurkan tangan dan berkata : “Halo, namaku Julie Xu, tadi manajer mengirim email ke aku, menyuruh aku mengajari kamu.”

“Terima kasih!” Meskipun tidak familiar sama sekali, tapi namanya juga mulai dari nol.

Kemudian Julie mendorong setumpuk berkas ke tempat aku, lalu berkata : “Fotokopi tiga berkas yang di atas, berkas keempat adalah data pemesanan klien untuk model baru musim semi tahun depan, itu harus kamu rekapitulasi.”

Usai berkata, tanpa memberitahu di mana letak mesin fotokopi, juga tidak mengajari aku bagaimana cara merekapitulasinya, tabelnya harus bagaimana, semuanya begitu tidak jelas.

Baru saja aku ingin menanyai Julie, dia sudah langsung meluncur kembali ke tempat duduknya, lalu membuka aplikasi obrolan dan asik mengobrol dengan orang lain.

Kelihatannya sudah menganggap aku asistennya, penampilannya tampak baik, seperti sedang menjaga aku, ternyata hanya ingin membuli aku karena aku orang baru, sudahlah, baru permulaan, harus sabar.

Aku membawa tiga berkas di depan dan bertanya ke teman kantor lainnya, akhirnya aku menemukan tempat fotokopi, setelah selesai memfotokopi, kuserahkan ke Julie.

Dia melihat sebentar, lalu mengernyitkan alis mengomel : “Aku menyuruh kamu fotokopi empat rangkap, kenapa baru satu saja?”

“Kamu tidak bilang empat rangkap.” Aku langsung membantah.

“Aku jelas-jelas sudah bilang, kamu tidak mendengar jelas malah menyalahkan aku, apa maksudnya, merasa aku sengaja menyuruh kamu jalan sekali lagi?” Julie tidak mengalah, “Aku rasa ada masalah dengan otakmu, kalau memang tidak mendengar jelas, tidak bisa bertanya juga?”

Hari pertama masuk kerja sudah ketemu orang yang tidak masuk akal begini, dulu pernah melihat orang yang begitu lagak seperti dia di drama, tidak disangka benar-benar bisa aku temui di kenyataan.

Aku menahan semua emosiku, dengan terpaksa menyunggingkan senyum sopan dan berkata : “Sudah, jangan marah, aku akan fotokopi tiga rangkap lagi.”

Aku tidak mengerti kenapa diriku bisa menahan api emosi ini, tapi aku tahu, kalau aku sudah menyerah di hari pertama kerja, maka seumur hidupku ditakdirkan untuk dihidupi oleh Jonathan.

Setelah selesai fotokopi dan menyerahkannya ke tangan Julie, aku pun menundukkan kepala melihat berkas lainnya.

Siangnya, kebanyakan orang sudah pergi, sedangkan aku masih menundukkan kepala melihat berkas-berkas itu dengan kebingungan, data-data yang tampak asing ini, aku tidak tahu apa hubungan antara mereka.

Tulisan yang penuh angka dan begitu banyak data klien, rasanya sudah mau muntah darah.

“Masih belum selesai?” Seorang teman kantor pria mendekat, dia menundukkan kepala melihat angka di tabel komputer, menggeleng dan berkata : “Bukan seperti ini, rekapitulasi seperti ini salah.”

Kemudian dia mengajari aku mengelompokkan berdasarkan daftar kategori, klien, tanggal, juga membantu aku mengatur tabelnya.

Setelah dipencet dan diatur olehnya, data-data itu sepertinya tidak semenakutkan tadi lagi, seketika aku menghembuskan nafas lega dan tertawa : “Terima kasih sekali!”

“Untuk apa sungkan, aku paling suka membantu wanita cantik.” Selesai berkata demikian, dia mengangkat alis dan memperkenalkan diri : “Namaku Greyson Lin, nama aku keren bukan!”

Aku tertawa canggung dan menganggukkan kepala, “Seorang pria gentle.”

“Kamu sungguh pandai berumpama.” Lalu dia melirik ke tempat duduk Julie dan berkata :”Jangan terlalu dekat dengan Julie, dia adalah wanita manajer Bai, dia sudah terbiasa berlagak di divisi ini.”

“Oh.” Aku menatap pria kurus di depanku, lalu menjawab dengan setengah mengerti, “Jadi maksud kamu untuk seterusnya aku harus menjaga jarak dengan Julie.”

“Bodoh, yang benar itu harus menjaga jarak dengan manajer Bai.” Diperingatkan oleh pria itu, aku pun seketika seperti mendapat pencerahan, lalu mengangguk berkali-kali, “Benar apa katamu.”

Hari ini otaknya agak sangsut, hal yang begitu sederhana, namun malah tidak terpikir olehnya.

“Ayo!” Greyson mengedipkan mata.

Aku menatapnya tidak mengerti dan bertanya : “Ke mana?”

“Makan siang, apakah kamu tidak perlu makan?” Dia menatapku dengan curiga, “Christine, aku merasa kamu agak bodoh, tidak mungkin baru pertama kali kerja bukan?”

Ditanyai seperti itu oleh Greyson, aku termangu, dipikir-pikir sekian tahun ini, setelah lulus langsung menjadi model, lalu menikah dan bercerai, setelah bersama Jonathan, ia pergi ke luar negeri selama tiga tahun, kemudian pulang dan jadi ibu rumah tangga lagi, sepertinya memang pertama kalinya dia secara resmi kerja kantoran.

Aku mengangguk dan menjawab : “Sepertinya iya.”

“Apanya yang sepertinya iya, jadi pekerjaan apa yang dulu kamu lakukan?” Greyson sepertinya penasaran sekali dengan aku.

Aku mengamatinya, tampaknya tidak seperti punya maksud jahat, apalagi dia baru saja membantu aku.

Aku menjawab : “Dulu aku jadi model, lalu belajar desain busana tiga tahun, kemudian baru kerja di sini.”

“Pantas saja!” Greyson tersenyum kecil.

“Apanya yang pantas saja?” Tanyaku tidak mengerti.

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu