Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 133 Membantumu (1)

"Mau aku menciummu seperti apa?" Jonathan menatapku dengan mata dalam.

Aku tersenyum malu lalu berkata, "Yang agak dalam saja!"

"Kalau begitu kamu contohkan dulu seperti apa ciuman yang dalam itu?" Jonathan tersenyum. Setelah membalasku dengan begitu jahat, aku menundukkan kepala. Aku boleh bilang kalau aku kalah?

"Sudahlah. Tidak menyulitkanmu lagi. Pergi mandi dulu sana." aku berbalik dan bersiap tidur, tapi baru berjalan dua langkah, Jonathan menarik pergelangan tanganku, menarikku menabrak dadanya. Di saat tidak ada persiapan apapun, bibirnya mencium bibirku.

Ciumannya panjang dan dalam, mudah membuat orang ketagihan. Tangannya menekan kepalaku, dan lidah kita saling bertemu.

Tiba-tiba, dia memelukku dengan erat, berputar, lalu menekan aku di dinding. Dia mengangkat pahaku ke pinggangnya, dan pose kita sangatlah dekat.

Aku menjauh dari bibirnya dengan terengah-engah. Dengan dada naik turun, aku menyentuh wajahnya dan berkata, "Napasku tidak kuat lagi."

"Apa cukup dalam?" Jonathan mengejek.

Seketika wajahku bersemu, tiba-tiba merasa lucu dan tertawa kering, "Aku benar-benar merupakan ahlinya mencari masalah bagi diri sendiri. Setiap kali menyulitkanmu, malah mencari masalah sendiri padaku."

"Tidak apa-apa, teruskan." Jonathan menundukkan kepala, mencium pelan-pelan, mencium dahi, hidung, bibir, dagu dengan iseng. Sampai di tulang leher, dia menjilat, membuat tubuhku bergetar dan kakiku lemas. Aku takut sekali tubuhku akan jatuh, jadi tanganku melingkar ke lehernya.

Jonathan menggendongku dengan mudah, sengaja berputar dua kali, lalu menimpaku di atas ranjang.

Dia menatapku dan tersenyum tampan, "Christine, kamu tahu tidak? Matamu sangat indah."

"Hanya mata saja yang indah?" mataku mengerjap dua kali sambil bertanya. Aku masih mempunyai dua kaki panjang dan kurus, kenapa tidak sekalian memuji juga.

"Matamu sangat menggoda." Jonathan memuji dan juga menyalahkan.

Apa yang menggoda? Aku tidak pernah sembarangan menggoda siapapun. Hanya menggoda priaku saja.

Aku memanfaatkan waktu di saat Jonathan sedang lengah dan menimpanya balik di bawah tubuhku.

Menatapnya dari ketinggian, lalu mengelus wajahnya, turun sampai di dadanya. Kemudian membantunya membuka kancing baju.

"Seinisiatif ini?" Jonathan menatapku dengan bingung, "Jangan menggodaku seperti ini. Aku tidak akan mengizinkanmu pergi bekerja. Catwalk juga tidak boleh. Tepati janjimu dengan baik, menjadi istriku yang baik di rumah."

Rencanaku selalu begitu mudah diketahui olehnya.

Aku sudah berlaku begitu hati-hati, tapi tetap saja langsung diketahui olehnya. Aku tidak rela. Meski bilang tidak di mulut, tapi hatiku tetap tidak sudi. Aku sudah melakukan begitu banyak hal, tidak terpikir begitu mudahnya semuanya hilang.

Semua ini karena Stella Lin. Kalau bukan dia, bagaimana bisa aku sesedih ini sekarang.

Mungkin sekarang kantorku sudah berjalan normal. Aku juga mungkin mengembalikan uang 20 miliar pada Jonathan. Sekarang bagus, tidak ada apapun, bahkan inisiatif memberikan tubuh juga dianggap konspirasi.

"Kalau tinggal di rumah begini saja, aku akan berubah gila." aku berkata dengan terus terang. Aku benar-benar tidak ingin berubah menjadi orang tidak berguna.

"Tidak akan gila." Jonathan membalikkan tubuh, sekali lagi menimpa aku di bawah tubuhnya, "Kalau terlalu bosan, lahir beberapa anak saja."

Sebelum aku mengerti apa maksudnya, Jonathan sudah menciumku dengan erat.

Benakku kosong. Apanya yang dinamakan lahir beberapa anak. Menganggap aku babi apa?

Keesokan hari, Jonathan pergi. Saat aku masih tidur, Bella masuk ke dalam, naik ke ranjangku. Setelah membangunkanku, dia berkata, "Ibu, kata nenek, hari ini ada beberapa orang yang ingin melamar menjadi pembantu. Nenek menyuruh ibu pergi memilih."

Aku mengucek mata yang agak buram, duduk dengan susah payah, menguap beberapa kali, dan berkata malas, "Iya, bilang pada nenek, setelah ibu cuci muka dan gosok gigi, akan turun ke bawah."

Bella mengangguk patuh dan turun ke lantai bawah.

Aku turun dari ranjang dengan lelah. Setelah bersih-bersih, aku turun ke lantai bawah. Setelah makan pagi, aku mulai memilih orang. Gaji pembantu Keluarga Yi lumayan besar, jadi banyak yang datang melamar.

Jujur saja, aku bingung, tidak tahu mau memilih yang mana.

Semua orang sangat bagus. Justru karena itu jadi semakin sulit dipilih.

Sampai sore, datang seorang gadis yang sederhana, yang kira-kira lebih kecil beberapa umur dariku dan kelihatannya datang dari desa. Aku tidak terlalu memperhatikannya. Karena kalau dibandingkan dengan yang lain, gadis itu tidak ada hubungannya dengan yang lain.

Saat dia melihat aku mencoret namanya, dia tiba-tiba berkata, "Nyonya, aku bisa 4 bahasa, juga pernah menjadi guru TK. Menghadapi anak kecil, aku mempunyai kesabaran yang besar."

Aku dan ibu mertua saling berpandangan, lalu menatap gadis itu dengan bingung. Bisa empat bahasa, hebat juga.

Tapi dua bahasa dari empat bahasa yang dia bisa, aku tahu, pasti bahasa Mandarin dan bahasa Inggris.

Gadis itu mengatakan dua jenis bahasa lain dengan fasih. Meskipun aku tidak mengerti, tapi kedengarannya benar.

Ibu mertua sangat puas terhadap gadis seperti ini, jadi tanpa bertanya pada pendapatku dulu, ibu langsung menerima gadis itu.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu