Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)

“Apakah kamu tidak lelah?” Jonathan berdiri di tempat semula, berwajah murung melihati aku.

“Kamulah yang lelah!” Aku bersenyum dingin, “Benar juga, bunga rumah tidak sewangi bunga liar, menikah sudah lama, ingin menganti yang segar, atau cinta pertama, lebih membuat kamu tidak dapat melepaskannya.”

“Berkeributan yang tidak masuk akal.” Jonathan dengan marah berbalik badan ingin pergi dari kamar.

“Kamu ingin mengunakan cara perang dingin untuk menyelesaikan permasalahan diantara kita lagi?” Aku memanggil menghentikannya, maju kedepan, menahan di hadapannya, menerima pandangan Jonathan yang murung itu dan memaksa bertanya.

“Christine, kalau kamu berkeributan begitu lagi, aku benaran… …” Jonathan telah berhenti, dengan pandangan kacau-balau menyinari cahaya, setelah aku mendengar nada bicara dia yang tak berdaya ini, aku mengigit erat ujung gigi kasih dia jalan.

Jonathan pergi dari kamar, dalam sesaat dia tutup pintu itu, air mata yang tidak berguna seketika itu juga telah turun.

Aku hanya tidak ingin dia ditipu oleh Vivian saja, apa aku keterlaluan melakukan ini? Kenapa dia bisa merasa aku berdada sempit, tadi dia belakang seharusnya masih ada satu kata, adalah menghadapi keributan yang tak masuk akal aku, dia sudah mulai merasa jemu.

Lebih tepatnya bilang, Jonathan mulai dari aku melahirkan putri kedua kemudian, tingkah lakunya sudah tidak seperti dulu lagi.

Di dalam hati seorang pria, banyak atau sedikit semua ada pemikiran lebih mementingkan cowok dari pada cewek, aku tadinya mengira Jonathan terkecuali, tapi aku menyadari dirinya terlalu polos. Aku menghapus air mata, ganti baju tidur, membuka pintu kamar, pergi ke Bibi Chang situ dan mengendong Bernice.

Setelah membujuk Bernice tidur, aku tidak dapat tidur, dengan pelan-pelan berjalan ke balkon situ, angin dingin bertiup, dengan refleks sendiri menyusutkan leher.

Membiarkan angin meniup, otak aku malahan jadi tenang.

Sudahlah, buat apa aku mengurus begitu banyak urusan orang lain, mencampuri semakin banyak semakin membuat orang merasa jemu, semua pria tidak suka cewek sendiri terlalu pintar, tangan menjulurkan terlalu panjang.

Aku merasa dirinya bercampur lagi, sudah menjadi perawan tua.

Saat ini pintu telah terbuka, Jonathan berjalan masuk, dengan sikap seperti tidak terjadi apa-apa mengambil baju tidur pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Aku dapat mendengar suara air memukul lantai, aku berdiri di tempat semula, sampai pintu kamar mandi didorong keluar oleh orang, bau wangi mandi melayang dengan ringan, seluruh kamar ada bau wanginya.

“Luar begitu dingin, cepat masuk.” Jonathan mengambil handuk toilet berwarna putih mengelap rambut basahny, sambil jalan sambil berkata.

Aku menolehkan kepala melihat dia sekali, dengan diam berjalan masuk, pintunya di tarik. Tidak bersuara apapun lalu lebih awal dari dia naik ke ranjang, selimutnya ditarik, berhadapan belakang dengan Jonathan.

“Bantu aku mengeringkan rambut.” Jonathan dengan lembut mendorong-dorong punggung aku dan berkata.

“Kamu tidak ada tangan?” aku dengan suara dingin menjawabnya, membolehin dia untuk marah, tidak membolehkan aku beremosi kecil. Mulut bilang begitu, tapi aku tetap mengangkat selimut, turun ranjang, mengambil hair drier, langsung memberi ke dia.

Jonathan mengkedip-kedip mata, melihati aku, berkata: “Bantu aku keringin sebentar.”

“Kamu menjadikan aku pembantu tua, atau orang kasian yang kamu menyewa kemari?” Aku langsung memberikan hair drier ke dia.

“Mengeringkan rambut saja, sudah mengatakan dirinya seperti Yang Bailao (seorang tokoh yang tipikal) saja.”

“Kamu sungguh pintar menggambarkan istri sendiri.” Aku dengan ejekan melotot dia, “Kamu mengeringkan di dalam kamar, Bernice bisa terkejut, cepetan ke ruang tamu.”

“Kamu ke ruang tamu bantu aku keringkan.” Tiga kali berkata tidak lepas dari memerintah aku, setelah aku memberinya satu pandangan sinis, dengan tidak berguna ikut dia di belakang pergi ke ruang tamu.

“Kamu sungguh pintar menggambarkan istri sendiri.” Aku dengan ejekan melotot dia, “Kamu mengeringkan di dalam kamar, Bernice bisa terkaget, cepetan ke ruang tamu.”

“Kamu ke ruang tamu bantu aku keringkan.” Tiga kali berkata tidak lepas dari memerintah aku, setelah aku memberinya satu pandangan sinis, dengan tidak berguna ikut dia di belakang pergi ke ruang tamu.

Terkadang aku benaran merasa sendiri melakukan sesuatu tanpa pikir aku seharusnya menginginkan dia beberapa hari, membiarkan dia tau aku juga ada harga diri, ada emosinya.,

Jonathan duduk di pinggiran ranjangnya ruang tamu, aku sepasang kaki melutut di atas ranjang, mengeringkan rambutnya. Rambut Jonathan banyak dan juga hitam, sangat tebal, jari aku melewati rambutnya, dengan ringan melentingkan rambut, sedikit mutiara air telah di tiup pergi, menguap, dia menutup mata merasakannya.

Aku sudah membantu dia keringkan rambut, membereskan hair drier, kemudian turun ranjang, bersiap untuk pergi, malah dipeluk oleh Jonathan dari belakang.

“Marah?” Dia disamping telinga aku berbisik.

“Tidak marah, aku orang apa, mana ada hak untuk marah, kamu terlalu memandang tinggi aku.” Aku dengan suara dingin menjawab.

“Masih bilang tidak marah, aku sudah mencium bau mesiu.” Dia di pipi samping aku mencium sekali, aku dengan tidak suka mengerutkan kening, mengesampingkan pandangan dan melototnya.

“Aku sudah harus pulang kamar menjaga Bernice. Kamu malam ini ingin tidur kamar tamu, ingin tidur dimana, terserah.” Aku bertentangan dengan naluri sendiri berkata, bersiap untuk balik kamar utama, malah dilingkari dengan erat.

“Chris, kita sudah lama tidak bersama.” Napasan yang panas Jonathan itu kena di bagian leher aku, dia tidak berhenti bergerak, tangan besar dengan tidak tenang gerak kesana-sini.

Aku tau dia sudah lama tidak menyentuh aku, mulai dari kemarin dimasukin obat oleh Cynthia Ouyang, dia sudah tidak berani sentuh, takut menyakiti anak, keluar dari waktu nifas sampai sekarang juga tidak menyentuh lagi.

Tapi di waktu setelah lahir belum lewat dua bulan, aku masih belum kambuh benar.

Disaat ini dia di badan aku tidak berhenti mengosoknya, aku digodain sampai kepala sedikit pusing, ketika tangannya masuk ke dalam baju tidur aku, aku seketika itu menangkap tangan besarnya, menggelengkan kepala berkata: “Jangan, jangan begini.”

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu