Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 60 Tak Sanggup Lagi

"Apa kamu masih berharap aku mencintaimu?" Aku mencibir.

Aku Christine bagaimanapun juga tidak akan mampu mengkhianati Jonathan, asal aku mau pergi, mertuaku baru akan membawa anakku pulang, dengan kepergianku, Christopher tidak akan lagi bisa meminta uang dari Jonathan.

Sean menggeleng tak berdaya, "Kebencianmu terhadapku demikian besar, tapi kamu masih mau di sisiku, aku benar-benar tidak tahu apa isi otakmu."

Aku terdiam, kembali membalikkan badan menatap sungai, angin berhembus meniup rambutku berantakan, melayang di udara, aku merasa Sean perlahan berjalan mendekat, tangannya menyibak rambutku.

Dia membalikkan wajahnya menatapku lalu berkata, "Perusahaan temanku sekarang sedang bersiap mengirimkan tiga orang pergi ke Inggris untuk belajar fashion design, kalau kamu mau, aku bisa mendaftarkanmu."

Setelah itu, matanya beralih ke sungai yang bergelombang di hadapannya.

Aku menoleh melihatnya, "Kenapa sekarang kamu mau membantuku?"

"Bukannya kamu tadi meminta tolong kepadaku?" Sean dengan bingung menatapku.

Aku tertegun dan menjawab, "Aku bertanya, bukan meminta tolong."

"Tidak peduli kamu mau meminta tolong atau bertanya, di mataku itu adalah jeritan minta tolong." Sean bangga dengan dirinya meneruskan bicara, "Ada satu syarat, setelah selesai mengikuti seminar itu, kamu diharuskan bekerja di perusahaan dia."

"Seminar berapa lama?" Aku bertanya.

"Tiga tahun, yang lalu aku mendengarnya berbicara. Kenapa? Takut pergi selama itu, begitu pulang Jonathan sudah menikahi wanita lain?" Lalu dia meneruskan, "Tidak perlu khawatir, pintuku akan selalu terbuka untuk wanita-wanita cantik."

"Aku pertimbangkan dulu." Aku bimbang, tiga tahun memang bukan waktu yang panjang, tapi bagiku, meninggalkan kota F tiga tahun, nantinya bahkan kesempatan untuk sekedar melirik Jonathan saja aku tidak punya.

Saat aku sedang tenggelam dalam bayang-bayangku, wajah tampan Jonathan hadir menemani. Saat aku sedang kesakitan, dia membuaiku dalam penjara cinta yang memanjakan. Jonathan pria yang baik, hanya seorang wanita yang baik-baik juga yang pantas berada di sisinya.

Aku tidak pantas. Apalah aku ini? Aku bukan hanya seorang janda, aku juga seorang model, itu semua seakan masih belum cukup, mereka masih menuduhku mendorong nenek, orang seperti aku ini hanya pantas untuk hidup melajang seumur hidup.

"Segera beri aku jawaban, kalau posisi itu sudah terisi, aku tidak akan bisa berbuat apapun untuk membantumu." Sean berkata dengan lirih, sembari menatapku dengan tatapannya yang tajam itu.

Ini kali pertama aku melihat kehangatan terpancar dari sorot matanya, biasanya yang kulihat hanya hawa nafsu. Sepertinya dia masih memiliki sisi baik juga.

"Baiklah. Aku akan berangkat." Kesempatan untuk mengikuti seminar seperti ini sangat susah didapat, orang-orang seperti aku hanya bisa menjadi model. Kita sebagai model, memiliki semua syarat yang diperlukan untuk menjadi seorang fashion designer, kecuali sumber daya dan kesempatan langka seperti sekarang ini.

"Punya karakter.." Sean mengomentariku lagi.

Dengan bantuan Sean, seminggu kemudian aku bisa diberangkatkan ke Inggris.

Aku ingin ketika aku pergi, aku berpamitan dengan Jonathan, tapi aku tidak berani untuk menemuinya, aku khawatir aku tidak akan tega. Akhirnya aku putuskan untuk tidak bertemu dengannya, membiarkannya melupakanku. Aku juga akan menggunakan waktuku tiga tahun ini untuk melupakannya. Namun aku tetap harus berpamitan dengan keluargaku.

Saat aku tiba di rumah ibuku, Christopher sedang berada di rumah, melihatku, dia menarikku lalu bertanya, "Beberapa hari ini kamu pergi kemana? Adik ipar bingung mencarimu."

"Adik ipar?" Aku mencibir dan tertawa, menggunakan segenap tenaga untuk menarik tanganku dari cengkeramannya, lalu berkata, "Kamu tahu kenapa aku pergi meninggalkan Jonathan?"

"Tidak tahu. Aku hanya tahu kamu ini seorang wanita nakal, mempermainkan Ardy, lalu mempermainkan Jonathan, kita keluarga besar Tanjaya bagaimana bisa mempunyai wanita seperti kamu ini jadi anggota keluarga?" Setelah berkata demikian, aku menamparnya keras-keras.

Dia kesakitan memegang wajahnya, maju mendekat, mengayunkan tangan, ketika tangannya hampir menyentuh wajahku, dia berhenti, karena dia sadar wajahku yang selama ini menghasilkan uang untuknya, dia takut merusak alat penghasil uangnya.

"Cepat pulang ke rumah kediaman Chandra!" Christopher menarikku, aku mengibaskan tangannya lalu beranjak pergi.

Kamar tidur ibu terbuka, sepertinya karena dia mendengar keributan di luar.

Dia menatapku dengan lelah, lalu berkata kepadaku dan kakak, "Bisakah kalian berhenti bertengkar?"

"Ma, cepat minta Christine pulang ke rumah Jonathan, adik ipar beberapa hari ini sudah panik." Christopher berbicara seakan kata-katanya yang paling benar, seakan semua yang akan aku katakan salah, seakan segala sesuatu yang dia perbuat sekarang hanya untuk kebahagianku semata.

"Christine, kamu ini sebenarnya punya rencana apa?" Mama bertanya dengan suara berat, aku bisa melihat wajahnya yang semakin hari semakin pucat. Sejak kematian ayah, hari-hari dilaluinya dengan penuh kesusahan, pasangan hidupnya yang biasanya ada untuk diajaknya berdiskusi, sesosok suami yang ada disana kadang hanya sebagai seekor kambing hitam, sudah tidak lagi menemaninya melewati kehidupan yang berliku ini.

"Aku ingin bercerai." Aku mengatakan tiga kata itu dengan lirih, yang bereaksi paling parah Christopher.

"Tidak boleh. Kamu tidak boleh bercerai. Kalau kamu berani bercerai, aku sendiri yang akan mematahkan kakimu." Semenjak kematian ayah, Christopher yang berlaku sebagai kepala keluarga, menggantikan kewajibannya mengajar dan menghukumku. Christine sekarang ini produk dari ajaran Christopher.

Dia masih juga berani mencampuri hidupku, menolak apa yang ingin aku lakukan dengan hidupku.

Aku tertawa dingin, mencibir dan berkata padanya, "Kenapa tidak boleh? Apa karena kalau aku bercerai dengan Jonathan kamu jadi tidak punya alasan untuk memanfaatkan kekayaannya?"

"Apa maksudmu?" Christopher melotot sambil bersumpah serapah, dia sedikit kesal dan marah. Dia meraih tanganku, lalu menyuruh mama mengambil seutas tali untuk mengikatku.

Ibu berdiri dalam diam tak bergeming di tempatnya, dia menatap Christopher, lalu berkata, "Lepaskan Christine! Aku sudah tidak mau mencampuri urusan pernikahan kalian berdua lagi!"

Setelah berkata demikian, ibu berbalik kemudian bersiap masuk kembali ke kamar, aku memanggilnya, "Ma, aku sedang bersiap pergi ke luar negeri."

Langkah ibu terhenti, dia tidak menoleh, setelah berpikir beberapa detik, dia memberiku sebuah 'hm' lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu.

"Kamu mau ke luar negeri?" Christopher tertegun menatapku, "Dengan siapa? Bukan dengan laki-laki lain kan?"

"Christopher, cuci mulutmu." Aku memandangnya dengan sengit.

"Kalau kamu tidak bersama dengan laki-laki lain, kenapa kamu akan bercerai dengan adik ipar?" Christopher berpikir sejenak, dia menyeringai, "Aku tahu, wanita jalang sepertimu tidak akan cukup memiliki satu suami."

Perkataan Christopher itu seperti sebuah cambuk yang membangkitkan semua kemarahanku.

Aku mengibaskan tangannya dengan keras, lalu berteriak, "Benar sekali, aku menikahi banyak lelaki, kalau bukan karena kamu memanfaatkan kekayaan mereka, aku pasti tidak akan seperti seekor anjing, tidak punya harta, tidak punya kedudukan."

"Sedikit uang saja, keluarga Tanjaya sudah membesarkanmu dua puluh tahun lebih, apa menggunakan sedikit uang dari keluarga suamimu itu keterlaluan?" Christopher menyambar tanpa sedikit rasa bersalah.

"Seperti yang kamu katakan, keluarga Tanjaya mengurusku selama 20 tahun ini maksudmu kamu yang sudah membesarkanku selama 20 tahun ini? Kamu membesarkanku selama 20 tahun ini menggunakan uang dari mana? Di mataku kamu ini tidak lebih dari seorang pengemis." Kemarahan yang sudah kupendam selama ini aku keluarkan semua.

Aku sudah tidak sanggup menahannya lagi, Christopher gemetar marah oleh semua yang aku ucapkan padanya.

"Christine....." Dia berteriak padaku.

Tapi aku tidak takut padanya, dia kakakku, kasih sayang seorang kakak pada adiknya merupakan hal yang wajar, tapi ketika melihat hubungannya denganku, aku tidak melihat hal itu?

"Christopher, kalau kamu memang seorang lelaki sejati, kembalikan semua uang Jonathan yang kamu gunakan." Setelah berkata demikian, aku berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala dan tertawa dengan pahit, " Beberapa milyar, menjual seluruh organ di dalam tubuh busukmu itu saja tidak sanggup untuk melunasi hutangmu."

"Dasar bajingan, kalau hari ini aku tidak membunuhmu, aku tidak pantas menyanding nama Tanjaya." Christopher maju ke depan, mengacungkan tangannya, sekejap, aku menangkap jari tengahnya, lalu dengan sekuat tenaga mematahkannya, dia menggertakan gigi menahan rasa sakit, tangannya gemetar.

"Christopher, kalau kamu masih mau melanjutkan perkelahian ini, hanya satu akhirnya... kematianmu."

Aku membuka pintu, lalu keluar dari rumah tanpa menitikkan air mata. Christopher orang seperti itu tidak pantas kutangisi.

Yang sekarang berkecamuk dalam hatiku adalah perkataan Christopher mengenai Jonathan yang beberapa hari ini panik mencariku kemana-mana. Apakah benar seorang Jonathan bisa panik mencari keberadaanku?

Aku melempar ponselku ke dalam sungai, aku tidak tahu dia membalas apa setelah membaca pesanku.

Semisal aku berniat pergi meninggalkan dia pun, setidaknya aku harus berjumpa dengannya sekali.

Aku mengerti jauh di dalam hatiku aku tidak akan mampu untuk melepaskan Jonathan. Aku berdiri di pinggir jalan, melihat mobil yang lalu lalang. Aku mengulurkan tanganku menghentikan mobil, untuk mengantarku pergi ke kediaman Chandra, mungkin aku bisa menemui Jonathan.

Tapi aku ragu, mulai dari saat aku pindah ke kediaman Chandra, aku sepertinya belum pernah sekalipun merasa bahagia, kecuali saat aku sedang berjumpa dengan Jonathan di luar, lalu berciuman. Hanya di momen-momen singkat itu saja aku benar-benar merasakan bahagia.

Aku tidak tahu aku sudah berdiri di tepi jalan berapa lama, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di hadapanku, pintunya terbuka, wajah tampan Jonathan muncul di depanku.

Aku tertegun, mataku mulai terasa basah, aku membalikkan badan, belum sempat berjalan berapa langkah, Jonathan sudah memelukku dengan erat dari belakang, suaranya yang parau terdengar dengan jelas olehku.

"Kamu ini mau berapa lama bersembunyi dariku?"

Aku terdiam, air mataku jatuh. Jonathan membalik badanku, dia menunduk memandangku, lalu menciumku.

Aku bisa merasakan kepedihan saat kami bertemu, dari dulu dia memang sesosok lelaki yang susah mengutarakan perasaannya, tapi kali ini, di dalam ciumannya yang kuat itu, mataku terbuka, kutatap dia, dia juga melakukan hal yang sama.

Bibir tipisnya perlahan menjauh, dia bertanya lagi, "Kenapa kamu mengirimkan pesan seperti itu padaku?"

"Karena aku sudah tidak ingin hidup bersamamu lagi." Aku berkata dengan nada sedatar mungkin.

"Apa karena ibuku membawa lari anak kita, kamu mau membalas dendam padaku?" Sepasang mata yang dalam itu memandangku dengan tajam.

Aku menggeleng, "Bukan hanya karena itu."

"Ada apa lagi?" Jonathan bertanya.

"Aku tidak ingin membicarakannya." Aku lelah, hatiku lelah, mungkin aku benar-benar perlu untuk berjalan-jalan, meninggalkan semua ini di belakang, setelah itu baru kembali pulang.

"Tidak ingin membicarakannya?" Jonathan tertawa mencibir, "Benar juga, kita berdua sudah bosan hidup, jadi membenci satu sama lain."

"Benci?" Hatiku seakan bertambah sakit mendengarnya. Aku akhirnya mendengar kebenaran dari mulutnya. Benci. Dia membenciku. Benar juga, aku mengiyakan ajakan tidur dengannya semudah itu, sedikitpun tidak ada pengendalian diri, terlalu bebas.

"Aku bertanya padamu untuk terakhir kalinya, apa kamu mau kembali pulang bersamaku?" Dia bertanya dengan suara berat, seberat hatinya.

Hatiku seakan teriris, sakit... Aku menggigit bibirku, lalu menggeleng, "Kita berdua toh sudah lelah satu sama lain, sebaiknya kita berdua berpisah saja!"

"Baiklah. Kita berpisah." Sorot mata Jonathan terpaku padaku, lalu berkata dengan sengit.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu