Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 60 Tak Sanggup Lagi
"Apa kamu masih berharap aku mencintaimu?" Aku mencibir.
Aku Christine bagaimanapun juga tidak akan mampu mengkhianati Jonathan, asal aku mau pergi, mertuaku baru akan membawa anakku pulang, dengan kepergianku, Christopher tidak akan lagi bisa meminta uang dari Jonathan.
Sean menggeleng tak berdaya, "Kebencianmu terhadapku demikian besar, tapi kamu masih mau di sisiku, aku benar-benar tidak tahu apa isi otakmu."
Aku terdiam, kembali membalikkan badan menatap sungai, angin berhembus meniup rambutku berantakan, melayang di udara, aku merasa Sean perlahan berjalan mendekat, tangannya menyibak rambutku.
Dia membalikkan wajahnya menatapku lalu berkata, "Perusahaan temanku sekarang sedang bersiap mengirimkan tiga orang pergi ke Inggris untuk belajar fashion design, kalau kamu mau, aku bisa mendaftarkanmu."
Setelah itu, matanya beralih ke sungai yang bergelombang di hadapannya.
Aku menoleh melihatnya, "Kenapa sekarang kamu mau membantuku?"
"Bukannya kamu tadi meminta tolong kepadaku?" Sean dengan bingung menatapku.
Aku tertegun dan menjawab, "Aku bertanya, bukan meminta tolong."
"Tidak peduli kamu mau meminta tolong atau bertanya, di mataku itu adalah jeritan minta tolong." Sean bangga dengan dirinya meneruskan bicara, "Ada satu syarat, setelah selesai mengikuti seminar itu, kamu diharuskan bekerja di perusahaan dia."
"Seminar berapa lama?" Aku bertanya.
"Tiga tahun, yang lalu aku mendengarnya berbicara. Kenapa? Takut pergi selama itu, begitu pulang Jonathan sudah menikahi wanita lain?" Lalu dia meneruskan, "Tidak perlu khawatir, pintuku akan selalu terbuka untuk wanita-wanita cantik."
"Aku pertimbangkan dulu." Aku bimbang, tiga tahun memang bukan waktu yang panjang, tapi bagiku, meninggalkan kota F tiga tahun, nantinya bahkan kesempatan untuk sekedar melirik Jonathan saja aku tidak punya.
Saat aku sedang tenggelam dalam bayang-bayangku, wajah tampan Jonathan hadir menemani. Saat aku sedang kesakitan, dia membuaiku dalam penjara cinta yang memanjakan. Jonathan pria yang baik, hanya seorang wanita yang baik-baik juga yang pantas berada di sisinya.
Aku tidak pantas. Apalah aku ini? Aku bukan hanya seorang janda, aku juga seorang model, itu semua seakan masih belum cukup, mereka masih menuduhku mendorong nenek, orang seperti aku ini hanya pantas untuk hidup melajang seumur hidup.
"Segera beri aku jawaban, kalau posisi itu sudah terisi, aku tidak akan bisa berbuat apapun untuk membantumu." Sean berkata dengan lirih, sembari menatapku dengan tatapannya yang tajam itu.
Ini kali pertama aku melihat kehangatan terpancar dari sorot matanya, biasanya yang kulihat hanya hawa nafsu. Sepertinya dia masih memiliki sisi baik juga.
"Baiklah. Aku akan berangkat." Kesempatan untuk mengikuti seminar seperti ini sangat susah didapat, orang-orang seperti aku hanya bisa menjadi model. Kita sebagai model, memiliki semua syarat yang diperlukan untuk menjadi seorang fashion designer, kecuali sumber daya dan kesempatan langka seperti sekarang ini.
"Punya karakter.." Sean mengomentariku lagi.
Dengan bantuan Sean, seminggu kemudian aku bisa diberangkatkan ke Inggris.
Aku ingin ketika aku pergi, aku berpamitan dengan Jonathan, tapi aku tidak berani untuk menemuinya, aku khawatir aku tidak akan tega. Akhirnya aku putuskan untuk tidak bertemu dengannya, membiarkannya melupakanku. Aku juga akan menggunakan waktuku tiga tahun ini untuk melupakannya. Namun aku tetap harus berpamitan dengan keluargaku.
Saat aku tiba di rumah ibuku, Christopher sedang berada di rumah, melihatku, dia menarikku lalu bertanya, "Beberapa hari ini kamu pergi kemana? Adik ipar bingung mencarimu."
"Adik ipar?" Aku mencibir dan tertawa, menggunakan segenap tenaga untuk menarik tanganku dari cengkeramannya, lalu berkata, "Kamu tahu kenapa aku pergi meninggalkan Jonathan?"
"Tidak tahu. Aku hanya tahu kamu ini seorang wanita nakal, mempermainkan Ardy, lalu mempermainkan Jonathan, kita keluarga besar Tanjaya bagaimana bisa mempunyai wanita seperti kamu ini jadi anggota keluarga?" Setelah berkata demikian, aku menamparnya keras-keras.
Dia kesakitan memegang wajahnya, maju mendekat, mengayunkan tangan, ketika tangannya hampir menyentuh wajahku, dia berhenti, karena dia sadar wajahku yang selama ini menghasilkan uang untuknya, dia takut merusak alat penghasil uangnya.
"Cepat pulang ke rumah kediaman Chandra!" Christopher menarikku, aku mengibaskan tangannya lalu beranjak pergi.
Kamar tidur ibu terbuka, sepertinya karena dia mendengar keributan di luar.
Dia menatapku dengan lelah, lalu berkata kepadaku dan kakak, "Bisakah kalian berhenti bertengkar?"
"Ma, cepat minta Christine pulang ke rumah Jonathan, adik ipar beberapa hari ini sudah panik." Christopher berbicara seakan kata-katanya yang paling benar, seakan semua yang akan aku katakan salah, seakan segala sesuatu yang dia perbuat sekarang hanya untuk kebahagianku semata.
"Christine, kamu ini sebenarnya punya rencana apa?" Mama bertanya dengan suara berat, aku bisa melihat wajahnya yang semakin hari semakin pucat. Sejak kematian ayah, hari-hari dilaluinya dengan penuh kesusahan, pasangan hidupnya yang biasanya ada untuk diajaknya berdiskusi, sesosok suami yang ada disana kadang hanya sebagai seekor kambing hitam, sudah tidak lagi menemaninya melewati kehidupan yang berliku ini.
"Aku ingin bercerai." Aku mengatakan tiga kata itu dengan lirih, yang bereaksi paling parah Christopher.
"Tidak boleh. Kamu tidak boleh bercerai. Kalau kamu berani bercerai, aku sendiri yang akan mematahkan kakimu." Semenjak kematian ayah, Christopher yang berlaku sebagai kepala keluarga, menggantikan kewajibannya mengajar dan menghukumku. Christine sekarang ini produk dari ajaran Christopher.
Dia masih juga berani mencampuri hidupku, menolak apa yang ingin aku lakukan dengan hidupku.
Aku tertawa dingin, mencibir dan berkata padanya, "Kenapa tidak boleh? Apa karena kalau aku bercerai dengan Jonathan kamu jadi tidak punya alasan untuk memanfaatkan kekayaannya?"
"Apa maksudmu?" Christopher melotot sambil bersumpah serapah, dia sedikit kesal dan marah. Dia meraih tanganku, lalu menyuruh mama mengambil seutas tali untuk mengikatku.
Ibu berdiri dalam diam tak bergeming di tempatnya, dia menatap Christopher, lalu berkata, "Lepaskan Christine! Aku sudah tidak mau mencampuri urusan pernikahan kalian berdua lagi!"
Setelah berkata demikian, ibu berbalik kemudian bersiap masuk kembali ke kamar, aku memanggilnya, "Ma, aku sedang bersiap pergi ke luar negeri."
Langkah ibu terhenti, dia tidak menoleh, setelah berpikir beberapa detik, dia memberiku sebuah 'hm' lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu.
"Kamu mau ke luar negeri?" Christopher tertegun menatapku, "Dengan siapa? Bukan dengan laki-laki lain kan?"
"Christopher, cuci mulutmu." Aku memandangnya dengan sengit.
"Kalau kamu tidak bersama dengan laki-laki lain, kenapa kamu akan bercerai dengan adik ipar?" Christopher berpikir sejenak, dia menyeringai, "Aku tahu, wanita jalang sepertimu tidak akan cukup memiliki satu suami."
Perkataan Christopher itu seperti sebuah cambuk yang membangkitkan semua kemarahanku.
Aku mengibaskan tangannya dengan keras, lalu berteriak, "Benar sekali, aku menikahi banyak lelaki, kalau bukan karena kamu memanfaatkan kekayaan mereka, aku pasti tidak akan seperti seekor anjing, tidak punya harta, tidak punya kedudukan."
"Sedikit uang saja, keluarga Tanjaya sudah membesarkanmu dua puluh tahun lebih, apa menggunakan sedikit uang dari keluarga suamimu itu keterlaluan?" Christopher menyambar tanpa sedikit rasa bersalah.
"Seperti yang kamu katakan, keluarga Tanjaya mengurusku selama 20 tahun ini maksudmu kamu yang sudah membesarkanku selama 20 tahun ini? Kamu membesarkanku selama 20 tahun ini menggunakan uang dari mana? Di mataku kamu ini tidak lebih dari seorang pengemis." Kemarahan yang sudah kupendam selama ini aku keluarkan semua.
Aku sudah tidak sanggup menahannya lagi, Christopher gemetar marah oleh semua yang aku ucapkan padanya.
"Christine....." Dia berteriak padaku.
Tapi aku tidak takut padanya, dia kakakku, kasih sayang seorang kakak pada adiknya merupakan hal yang wajar, tapi ketika melihat hubungannya denganku, aku tidak melihat hal itu?
"Christopher, kalau kamu memang seorang lelaki sejati, kembalikan semua uang Jonathan yang kamu gunakan." Setelah berkata demikian, aku berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala dan tertawa dengan pahit, " Beberapa milyar, menjual seluruh organ di dalam tubuh busukmu itu saja tidak sanggup untuk melunasi hutangmu."
"Dasar bajingan, kalau hari ini aku tidak membunuhmu, aku tidak pantas menyanding nama Tanjaya." Christopher maju ke depan, mengacungkan tangannya, sekejap, aku menangkap jari tengahnya, lalu dengan sekuat tenaga mematahkannya, dia menggertakan gigi menahan rasa sakit, tangannya gemetar.
"Christopher, kalau kamu masih mau melanjutkan perkelahian ini, hanya satu akhirnya... kematianmu."
Aku membuka pintu, lalu keluar dari rumah tanpa menitikkan air mata. Christopher orang seperti itu tidak pantas kutangisi.
Yang sekarang berkecamuk dalam hatiku adalah perkataan Christopher mengenai Jonathan yang beberapa hari ini panik mencariku kemana-mana. Apakah benar seorang Jonathan bisa panik mencari keberadaanku?
Aku melempar ponselku ke dalam sungai, aku tidak tahu dia membalas apa setelah membaca pesanku.
Semisal aku berniat pergi meninggalkan dia pun, setidaknya aku harus berjumpa dengannya sekali.
Aku mengerti jauh di dalam hatiku aku tidak akan mampu untuk melepaskan Jonathan. Aku berdiri di pinggir jalan, melihat mobil yang lalu lalang. Aku mengulurkan tanganku menghentikan mobil, untuk mengantarku pergi ke kediaman Chandra, mungkin aku bisa menemui Jonathan.
Tapi aku ragu, mulai dari saat aku pindah ke kediaman Chandra, aku sepertinya belum pernah sekalipun merasa bahagia, kecuali saat aku sedang berjumpa dengan Jonathan di luar, lalu berciuman. Hanya di momen-momen singkat itu saja aku benar-benar merasakan bahagia.
Aku tidak tahu aku sudah berdiri di tepi jalan berapa lama, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di hadapanku, pintunya terbuka, wajah tampan Jonathan muncul di depanku.
Aku tertegun, mataku mulai terasa basah, aku membalikkan badan, belum sempat berjalan berapa langkah, Jonathan sudah memelukku dengan erat dari belakang, suaranya yang parau terdengar dengan jelas olehku.
"Kamu ini mau berapa lama bersembunyi dariku?"
Aku terdiam, air mataku jatuh. Jonathan membalik badanku, dia menunduk memandangku, lalu menciumku.
Aku bisa merasakan kepedihan saat kami bertemu, dari dulu dia memang sesosok lelaki yang susah mengutarakan perasaannya, tapi kali ini, di dalam ciumannya yang kuat itu, mataku terbuka, kutatap dia, dia juga melakukan hal yang sama.
Bibir tipisnya perlahan menjauh, dia bertanya lagi, "Kenapa kamu mengirimkan pesan seperti itu padaku?"
"Karena aku sudah tidak ingin hidup bersamamu lagi." Aku berkata dengan nada sedatar mungkin.
"Apa karena ibuku membawa lari anak kita, kamu mau membalas dendam padaku?" Sepasang mata yang dalam itu memandangku dengan tajam.
Aku menggeleng, "Bukan hanya karena itu."
"Ada apa lagi?" Jonathan bertanya.
"Aku tidak ingin membicarakannya." Aku lelah, hatiku lelah, mungkin aku benar-benar perlu untuk berjalan-jalan, meninggalkan semua ini di belakang, setelah itu baru kembali pulang.
"Tidak ingin membicarakannya?" Jonathan tertawa mencibir, "Benar juga, kita berdua sudah bosan hidup, jadi membenci satu sama lain."
"Benci?" Hatiku seakan bertambah sakit mendengarnya. Aku akhirnya mendengar kebenaran dari mulutnya. Benci. Dia membenciku. Benar juga, aku mengiyakan ajakan tidur dengannya semudah itu, sedikitpun tidak ada pengendalian diri, terlalu bebas.
"Aku bertanya padamu untuk terakhir kalinya, apa kamu mau kembali pulang bersamaku?" Dia bertanya dengan suara berat, seberat hatinya.
Hatiku seakan teriris, sakit... Aku menggigit bibirku, lalu menggeleng, "Kita berdua toh sudah lelah satu sama lain, sebaiknya kita berdua berpisah saja!"
"Baiklah. Kita berpisah." Sorot mata Jonathan terpaku padaku, lalu berkata dengan sengit.
Novel Terkait
This Isn't Love
YuyuMy Enchanting Guy
Bryan WuPengantin Baruku
FebiAwesome Guy
RobinIstri Pengkhianat
SubardiWonderful Son-in-Law
EdrickMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)