Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja

“Kak Jonathan, kamu benar-benar begini kejam?” Cynthia Ouyang menggigit gigi dengan marah dan benci melototi Jonathan berkata, “aku memohon kamu begini, apakah hati kamu adalah terbuat dari besi?”

Jonathan tidak berbicara, aku melihat pandangan mata dia yang asing dan dingin itu langsung melewati badan Cynthia Ouyang begitu saja.

Cynthia Ouyang ketawa dingin dan berkata, seperti sudah mengerti beberapa masalah, dia melihat Jonathan, mengangkat ujung mulut ketawa, “aku sudah mengerti, adalah karena wanita marga Ling itu sekarang adalah kekasih ayah aku, hati kamu ada tidak rela, benar tidak?”

“Cynthia Ouyang, kamu berkata satu kali lagi, percaya tidak percaya Frederik Ouyang besok akan langsung lompat dari atas gedung perusahaan Ouyang.” Jonathan dengan kejam mengancam.

Cynthia Ouyang sudah ketakutan, segera menutup mulut, tetapi perkataan dia malah adalah begitu jelas menyebar kedalam telinga aku.

Wanita yang marga Ling?

Otak aku berputar sekali, segera kepikiran Vivian, barusan yang didalam perkataan Cynthia Ouyang bilang wanita marga Ling apakah adalah Vivian? Vivian menjadi kekasih Frederik Ouyang?

Aku melihat Jonathan, sangat jelas, dia menyembunyikan aku masalah ini, waktu itu aku pernah mengusut Vivian, waktu itu dia berputar-putar ditengah beberapa lelaki tua, tetapi tidak ada Frederik Ouyang.

Jangan-jangan salah satu alasan Jonathan membalas dendam Frederik Ouyang adalah Vivian?

Dia diatas mulut bilang tidak mencintai Vivian, tetapi saat wanita yang diri sendiri cinta dulu memanjat keatas kasur ayah kandung diri sendiri, harga diri dia sebagai lelaki mendapat pukulan yang sangat parah.

Aku pada awalnya mengira dia karena membenci Frederik Ouyang adalah karena kekejaman Frederik Ouyang terhadap tante Cheng, terhadap campakkan dia, selama bertahun-tahun ini data dibalik atas lapangan bisnis, jadi menimbulkan kebencian dia, tetapi aku tidak kepikiran ditengah ini masih ada satu penyebab adalah karena Vivian.

Aku tahu meskipun aku tanya Jonathan, dia juga akan tidak mengaku penyebab ini.

Cynthia Ouyang sudah diusir pergi oleh Jonathan, seperti sampah membuang keluar, pada saat dia kembali sampai ruang tamu, melihat aku berdiri ditempat semula tidak bergerak, maju kedepan, perhatian berkata: “kenapa, tidak enak badan?”

Aku tidak bicara, pandangan mata dengan erat menatap Jonathan, aku benar-benar sangat ingin membaca mengerti hatinya dari pandangan mata dia yang tenang itu, tidak tahu kenapa, saat ini aku sudah tidak bisa membaca mengerti semua tentang lelaki dihadapan ini, aku sepertinya mengerti, malah bingung seperti melihat bunga didalam kabut.

Aku tahu diri sendiri tidak seharusnya begini, masalah lelaki jangan banyak mengurus, cemburu yang tidak perlu jangan cemburu, tetapi hati ini adalah muncul rasa cemburu begitu saja, sangat sengsara.

“Vivian benar-benar adalah wanita Frederik Ouyang?” Aku akhirnya tetap mengeluarkan keberanian bertanya, dalam hati aku tidak bisa bersembunyi perkataan, terutama adalah dihadapan Jonathan.

Jonathan terdiam oleh pertanyaan aku yang mendadak, dia sengaja berpura-pura tidak menganggap serius menjawab: “tidak tahu.”

“Tidak tahu?” aku menyindir ketawa, “Jonathan, waktu aku bersama kamu sudah bukan sehari dua hari, kadang-kadang aku merasa diri sendiri sangat mengerti kamu, tetapi kadang-kadang aku merasa diri sendiri dihadapan kamu malah adalah sebuah lelucon.”

“Kamu ingin bicara apa?” Jonathan tidak senang bertanya balik.

“Apakah aku ada bicara apa?” aku tidak mengerti melihat dia, aku tidak menyalahkan dia satu katapun, mungkin adalah penyebab nada bicara aku, juga mungkin adalah penyebab suasana hati dia, tetapi dia sudah tidak senang, adalah karena aku sudah menyentuh topik pembicaraan yang sensitif, jadi sudah membuat dia tidak senang.

“Christine Mo, kamu apapun baik, hanya saja kadang-kadang akan beraneh-aneh saja.” Jonathan melihat aku, dengan pelan berkata.

“Beraneh-aneh saja?” aku mengerutkan alis sebentar, ketawa sendiri, “benar juga, aku pada awalnya adalah marga Mo, jadi akan beraneh-aneh saja, kamu benar-benar sangat mengerti aku.”

Selesai bicara, suasana hati aku dengan berat membalikkan badan, aku tidak ingin membantah Jonathan lagi, aku takut aku akan tidak bertahan bertengkar besar dengan dia, kemudian sekali lagi dengan marah pergi meninggalkan rumah.

Aku naik ke lantai atas, masuk pintu, dengan kencang membanting pintu, aku melampiaskan semua kemarahan diatas pintu, berharap suara banting pintu bisa membuat Jonathan mengerti, aku saat ini sangat marah.

Jonathan malah tidak naik, dia menyetir mobil langsung pergi meninggalkan keluarga Yi, dia pergi ke perusahaan lagi.

Aku menutup mata, dalam hati sangat sakit, setiap kali bertengkar adalah berawal dari masalah begini, aku bahkan tidak tahu pertengkaran selanjutkan apakah juga akan beraneh-aneh saja begini.

Aku pada awalnya mengira diri sendiri bertinggal dirumah, menjadi seorang ibu rumah tangga, mengurangi beban Jonathan, dengan begini sudah termasuk seorang istri yang baik, aku melepaskan pekerjaan, melepaskan semuanya, bahkan aku juga bisa melepaskan diri sendiri, tetapi Jonathan berperang menang dari Frederik Ouyang, dia akan menjadi lelaki yang semakin lama semakin unggul, dan aku, selalu berhenti disini tidak maju.

Barusan pertanyaan aku, dia sampai menjelaskan juga tidak menjelaskan, walaupun memberitahu aku, dia adalah karena masalah Vivian dan berlawan terhadap Frederik Ouyang, langsung memberitahu kebenaran yang kejam terhadap aku, juga lebih baik menutupi dari aku.

Setiap kali kembali keluarga, aku langsung akan berpikir yang aneh-aneh, merasa diri sendiri tidak cukup baik untuk Jonathan, tetapi setiap kali aku bekerja, diantara kami berdua akan mulai lagi pertengkaran yang tidak berhenti.

Aku tidak tahu wanita lain adalah bagaimana mengatur pekerjaan dan keluarga, aku melakukan mengalah sebanyak apapun, sepertinya juga tidak bisa mengatur.

Aku tidak bisa mengontrol kemarahan diri sendiri, mengambil hp keluar menelepon Vivian, dia sudah angkat.

Aku mengajak dia bertemu, bertanya dia sedang dimana, dia bilang tempat terserah aku pilih.

Aku mengajak dia pergi kedai kopi, sebuah tempat yang anggun yang tidak bisa bertengkar, aku takut pergi tempat lain, sekali lihat wajah Vivian itu, aku akan tidak tahan menggerakkan tangan, memukul dia sampai parah.

Setelah dua jam kemudian, kami sudah bertemu di kedai kopi, dia belakangan ini hidupnya semakin lama semakin meriah, seluruh badan bermerek, masih memakai sebuah kacamata hitam, bergoyang-goyang berjalan masuk kedai kopi, badan yang sexy itu sangat gampang menarik pandangan mata disekitar.

Aku mengaku, dia adalah seorang wanita yang penuh daya tarik, oleh karena begini, dia baru bisa dengan gampang menggoda lelaki.

Vivian duduk dihadapan aku, dengan santai ketawa terhadap aku, bibir yang merah cerah menonjolkan mulut dia sangat tebal, aku berpikir sekarang modern bibir tebal seperti ini, mendengar dengan begini mencibirkan mulut dihadapan lelaki, sangat sexy.

Dia melepaskan kacamata hitam, dengan anggun menaruh disamping, berkata: “aku benar-benar tidak kepikiran nona Mo bisa mengajak aku?”

“Aku juga tidak kepikiran.” Aku dengan tenang melihat dia, “aku hanya mencoba sebentar melihat bisa menelepon masuk tidak, waktu itu dirumah sakit, kamu bilang hanya sisa nyawa tiga bulan, aku mengira kamu sudah pergi surga, tidak kepikiran masih mewah begini hidup didunia.”

Vivian dibilang aku bengong sebentar, kemudian segera ketawa lagi, berkata: “nona Mo benar-benar bisa bercanda.”

“Apakah lucu?” wajah aku murung, dengan pandangan mata yang kejam melototi Vivian, “nona Vivian belakangan ini seharusnya masih ada berhubungan dengan Jonathan kan?”

Vivian ditanya begini oleh aku, sudah berdiam.

Melihat reaksi dia, aku sudah menebak, aku dengan dingin bertanya: “sudah pernah naik keatas kasur?”

Pertanyaan ini adalah aku sangat tidak ingin bertanya, tetapi aku tetap sudah bertanya.

Vivian mendengar, segera menggelengkan kepala, “tidak ada, masalah ini aku memakai nyawa bersumpah, aku tidak berani memfitnah Jonathan, lelaki ini sudah bukan lelaki dulu itu lagi, jika aku berani bilang satu kata berbohong, dia juga mungkin akan mengusir aku keluar kota F.”

Aku diam-diam mengamati setiap gerakan Vivian, melihat mulut dia tidak berhenti bergerak, berkata, seperti sangat takut Jonathan.

“Kamu dengan Frederik Ouyang adalah hubungan apa?” aku tiba-tiba bertanya, Vivian pada awalnya mengangkat kopi baru mencicip satu suap, keselek karena ketakutan oleh pertanyaan aku.

“Aku tidak mengerti nona Mo tanya pertanyaan ini bermaksud apa?” Vivian sangat pintar, juga sangat cerdik dan hebat ingin mengalihkan pertanyaan aku.

“Kamu adalah kekasih Frederik Ouyang, benar tidak?” aku langsung bertanya.

Vivian dipaksa tanya oleh aku sampai tidak bisa bersembunyi, langsung dengan marah berdiri, berkata: “nona Mo, aku berbaik hati buru-buru keluar bertemu, bukan datang menjadi narapidana kamu, kamu ada kemarahan apa, ada kebencian apa, juga tidak seharusnya datang mencari aku, aku mengandalkan diri sendiri datang mencari uang, sama sekali tidak ada......”

“Kamu mengandalkan tubuh kamu mencelakai banyak hati wanita rumah tangga seperti aku sedih begini, pada saat kamu sedang tidur suami orang lain, seharusnya berpikir akibatnya.” Aku menyindir melihat Vivian, dengan tidak berperasaan menyalahkan.

“Beraneh-aneh saja.” Vivian mengambil kacamata hitam, sebelum pergi memperingati aku sekali, berkata: “marga Mo, kamu jangan mengira menikah dengan Jonathan adalah menikmati hidup, Jonathan adalah lelaki yang begitu unggul, wanita cantik dan muda yang menatap dia sangat banyak, lihat kamu sekarang, adalah seorang wanita yang suka mengeluh, lewat beberapa tahun lagi, Jonathan pasti akan melepaskan kamu.”

Selesai bicara, Vivian sudah pergi meninggalkan.

Dia terakhir meninggalkan kalimat itu seperti pisau yang tajam mengores didalam hati aku yang paling dalam, dia bilang tidak salah, aku mengapa harus mengajak dia keluar bilang beberapa perkataan yang beraneh-aneh itu, karena adalah aku tidak sadar pelan-pelan berubah menjadi wanita suka mengeluh.

Sendok kopi ditangan tidak berhenti mengaduk kopi, aku tidak minum, dengan diam-diam memandang mobil luar yang berlalu-lalang, aku ketawa pahit sebentar, merasa seumur hidup ini memilih apa semuanya adalah salah.

Wanita benar-benar sulit.

Pada saat aku berjalan keluar dari kedai kopi, langit ada sedikit gelap, seperti rupa sudah mau turun hujan begitu saja, mobil aku berhenti ditempat parkiran mobil yang tidak jauh, aku melihat lampu hijau didepan sedang berkedip, saat bersiap-siap dengan cepat melewati jalur penyeberangan untuk pejalan kaki, sebuah mobil sedan merah merebut datang duluan.

Aku ketakutan berdiri ditempat semula, sampai ada sepasang tangan besar menarik aku kembali ketempat semula, dalam hati aku ketakutan gemetar, membalikkan kepala melihat sebentar, adalah Refaldy Yin, sesaat dengan merasa tidak bersalah ingin menangis.

“Menyeberang jalan apakah tidak melihat petunjuk lampu?” Refaldy Yin menyalahkan, “tanpa jiwa, membuat kesalahan apa sehingga merasa berdosa?”

Aku menundukkan kepala, menggelengkan kepala, “tidak melakukan kesalahan apa yang merasa berdosa, adalah merasa nyawa terlalu panjang, sudah ada sedikit tidak mau nyawa.”

“Sudah bertengkar lagi?” Refaldy Yin dengan subyektif menebak.

Aku dengan Jonathan bagaimana bisa bertengkar, kami biasanya tidak akan terjadi pertengkaran mulut yang sangat hebat, hanya bisa berperang dingin, aku pelan-pelan mengangkat mata melihat Refaldy Yin, bertanya: “kamu mengapa ada disini?”

“Disekitar ada sebuah tempat gym, aku kemari gym.” Refaldy Yin dengan jujur menjawab, “kalau kamu, tidak tinggal dirumah, berlari keluar untuk apa?”

“Kamu juga merasa aku seharusnya tinggal dirumah?” aku dengan penasaran melihat Refaldy Yin, melanjutkan bertanya: “lelaki apakah semuanya suka wanita sendiri tinggal dirumah, dengan merasa nyaman mengira wanita seharusnya dengan patuh mendengar begini?”

Refaldy Yin ditanya aku sampai bengong, kemudian dengan ketawa bodoh berkata: “kamu setiap kali bertanya pertanyaan semuanya lumayan menusuk kejam.”

“Kamu lebih bisa menggambarkan aku dibandingkan Jonathan.” Aku tidak senang melototi dia sekilas, pada saat melihat lampu hijau terang, aku mengangkat kaki pergi meninggalkan, melanjutkan mengobrol dengan Refaldy Yin lagi, tidak tahu masih ada gambaran apa yang lebih kacau sedang menunggu aku.

Refaldy Yin dengan erat mengikuti dibelakang aku, kita bersama-sama melewati jalan raya, aku membalikkan kepala, dia berhenti langkah kaki, aku ada sedikit marah bertanya: “kamu mengikuti aku untuk apa?”

“Tempat parkiran ada disebelah sana, sama arah.” Refaldy Yin sedikit ketawa.

Aku mengalahkan jalan, “kamu jalan duluan.”

“Mengapa?” Refaldy Yin tidak mengerti melihat aku.

“Karena aku menusuk kejam, suka ribut tanpa alasan, juga begitu beraneh-aneh, apakah alasan ini bisa?” aku dengan wajah yang murung dengan keras dan tidak terkontrol berteriak Refaldy Yin.

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu