Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 179 Terkenal Mendadak
Saat Jonathan datang, dia mengetuk pintunya.
Aku membukakan pintu, dan menariknya masuk, kemudian dengan cepat menutup pintu.
"Melakukan kesalahan apa kamu?" Jonathan menatapku dengan tidak mengerti, melihatku yang hanya mengenakan baju mandi berwarna putih, seketika dia pun memandang ke sekeliling dengan pandangan curiga, dan bertanya: "Kamu tidak mungkin mengkhianatiku...."
"Tenang saja, tidak ada laki-laki lain, hanya ada kamu." Aku menjawabnya dengan tegas, "Jika tidak percaya, lihatlah sprei, sprei itu sama sekali tidak pernah di gerakkan."
Jonathan tidak bodoh, secara natural dia bisa melihat ada suatu kejanggalan, hanya saja dia tidak mengerti, mengapa malam ini aku datang ke hotel?
Dia asih menyapukan mata elang nya ke semua penjuru kamar, kemudian dia membuka korden jendela kamar, dan menatap keluar sambil bertanya: "Hari ini hari apa?"
Penyakit curiga pria memanglah sangat parah, dulu aku tidak mengerti bahwa Jonathan memiliki begitu banyak kecurigaan.
"Bukan apa-apa, aku hanya ingin menginap di hotel untuk mempererat perasaan kita, mengapa, kamu tidak percaya?" Aku berkata bohong, setiap kali berbohong, jika hatiku kalut, maka kecepatan bicaraku pun bertambah cepat.
Aku berusaha keras untuk menahannya, terlebih saat kedua mata tajam Jonathan menatapku keras, aku diam-diam menelan ludah, dan terkikik pelan, "Jangan menatap begitu, sungguh tidak ada pria lain."
"Tadi saat datang aku melihat daftar pengunjung kamar ini, adalah sebuah nama pria yang asing, jangan bilang kamu tidak tahu." Perkataan Jonathan serentak membuatku merasa bersalah.
Bukankah daftar pengunjung itu rahasia, mengapa mereka membiarkan Jonathan melihatnya? Aku bingung sepenuhnya.
Akhirnya aku tahu mengapa PT Weiss bisa begitu maju di bawah bimbingan Jonathan, orang yang begitu teliti seperti ini, sayang sekali menjadi pembisnis, sepenuhnya dia bisa menjadi seorang polisi.
Tak ada cara lain, jika aku tidak menjelaskannya, takutnya aku akan tergelincir di cerita yang ku buat-buat.
Aku menceritakan kejadian malam ini kepada Jonathan. Selesai bicara, dia pun berjalan ke arah jendela, mata nya menatap ke langit malam yang kelam. dan bibirnya membentuk suatu senyum aneh: "Sebuah permainan yang menarik akan segera dimulai."
Aku melangkah maju dengan tidak mengerti, aku melihat wajahnya dari samping dan bertanya: "Permainan apa?"
Jonathan menghadap ke arahku, tangannya yang besar merengkuh pinggangku, dan senyum yang tampan menghias wajahnya: "Kita ini sebuah permainan, kamu memintaku datang, bukankah untuk menemanimu?"
Jonathan menarikku dengan tenaga yang kuat ke tubuhnya, tubuhku menempel dengan erat dengannya, ada sedikit rasa tersanjung.
Aku mendongakkan kepala untuk menatapnya, mata ku berkedip cepat, dan perlahan mencari jalannya untuk mengarah ke bibir Jonathan.
Mengapa dia ingin bermesraan di sini di sisi jendela, meskipun lantai 15 cukup tinggi, tapi jugaharus memikirkan kemungkinan ada orang yang melihat bukan? Jangan-jangan dia memang sengaja ingin membuat orang lain melihat.
Dan pemikiranku pun hilang begitu saja saat menerima ciumannya.
Ciuman Jonathan mendadak berhenti begitu saja, nafas panas nya menghembusi wajahku, dia berkata dengan suara serak dan rendah: "Fokuslah sedikit, jika tikda permainannya akan berkahir."
"Aku sangat menggunakan hati, atau haruskah aku mengeluarkan hatiku untukmu." Setelah aku menjawab dengan suara pelan, bibir Jonathan tersenyum dan menarikku ke dalam pelukannya.
Kami pun bercumbu di atas ranjang dengan kelopak mawar yang bertebaran itu.
Karena ada anak-anak di rumah, kami pun meninggalkan Hotel Imperial bersama pada waktu dini hari.
Keesokan paginya, seluruh dunia digemparkan oleh sebuah berita dengan fotoku dan Jonathan yang sedang berciuman di jendela, judulnya pun sangat eksplosif, seorang aktor terkenal bermalam dengan seorang mantan model, ada juga judul yang di lebih-lebihkan, seorang aktor terkenal mencumbu model bersuami.
Agen pengurus Justin Lu segera mengklarifikasi foto itu, berkata bahwa pria itu bukanlah Justin Lin, dan menambahkan sebuah bukti konkret bahwa Justin Lin mengadakan siaran langsung dengan penggemarnya di jejaring sosial tadi malam.
Jonathan melihat foto-foto itu di ponselnya, dan melirik ke arahku sambil berkata: "Foto nya tidak cukup tampan, sudut pengambilannya jelek."
"Aku akan terkenal." Aku meiihat komentar-komentar berita itu, aku dimaki oleh orang bahkan kata sampah pun hampir tidak ada, aku hanyabisa melihatnya sambil menghibur diri.
"Pasti terkenal, dimaki sampai terkenal." Jonathan mengejek.
Meskipun aku masih bisa tersenyum seperti ini, tapi aku tahu gerak gerik Cynthia Ouyang, Justin Lin menarik semua bantuannya kepada keluarga Ouyang, Cynthia Ouyang pasti akan membalas dendam.
Aku bersusah payah seperti itu, tapi masih saja dimanfaatkan olehnya.
Menjadi orang baik itu susah, orang berhati baik diinjak-injak oleh orang lain, aku bersumpah, tidak akan ikut campur urusan yang bukan urusanku lagi, tidak akan pernah.
Aku tidak menelepon untuk menanyakannya kepada Cynthia Ouyang, semuanya sudah sangat jelas, tapi rencananya gagal, dia tidak mengira aku akan menyuruh Justin Lin untuk segera pergi dari hotel dengan mengenakan pakaian wanita, juga tidak menyangka aku akan memanggil Jonathan untuk pergi ke hotel, dan dengan sengaja berdiri di dekat jendela untuk membiarkan orang yang di suruhnya mengambil foto kami.
Semua nya menyimpang dari rencana yang dibuatnya, tapi membuatku melihat seseorang denga jelas.
Keluarga Ouyang menerima uang itu dari Justin Lin, juga berarti mereka memilik investasi untuk menyelamatkan perusahaan mereka, tapi mengapa Frederik Ouyang masih mau menyerahkan stok saham kepada Jonathan?
Aku tidak mengerti akan hal ini, aku yakin Jonathan juga memilik pertanyaan yang sama, sepertinya masih ada konpirasi besar yang lain.
Tapi selain foto itu, sepertinya semua nya tenang-tenang saja, rencana Cynthia Ouyang gagal total, secara natural dia tidak akan berani lagi untuk berpura-pura menyedihkan di hadapanku.
Kehidupan, orang yang rumit sungguh terlalu banyak.
Aku mengira aku sudah sangat hati-hati, tapi masih juga terjatuh dalam rencana busuk orang lain, untung saja tidak bahaya, hanya saja membiarkan Jonathan menyelesaikannya untuku, sering aku merasa kasihan padanya.
Begini juga bagus, dengan menggores wajah Cynthia Ouyang, semua masalah di masa lalu pun hilang.
Aku menuruti perkataan Jonathan, berdiam sedikit, berdiam di dalam rumah, menjaga anak. Aku merasa kejahatanku harus dikurangi, aku ingin menunggu Bernice sudah agak besar, baru bersiap untuk keluar, walaupun harus memulai dari 0. Hari-hari yang seakan terbuang ini, dan waktu yang bergulir sangat cepat, membuat orang merasa takut.
Sebenarnya aku lebih takut Jonathan muak denganku, para perempuan muda di sana akan berusaha untuk masuk ke dalam kenyamanan, tapi para pria akan merasa tidak nya,an, aku rasa aku membawa sebuah senapan mesin, dan dia juga akan menkhianatiku.
Perasaan ini begitu kuat, hanya aku seorang yang bisa merasakannya.
Setiap hari saat bosan di rumah, aku akan menyalakan televisi, melihat para model di atas panggung yang berjalan dengan penuh percaya diri menyebarkan pesona cantik mereka, aku sangat iri.
Aku akui aku sangat merindukan saat-saat di atas panggung itu, aku suka diriku yangn penuh percaya diri, dering teleponku menyadarkanku dari lamunan.
Aku melihat ke ponselku, sebuah nomor yang tidak asing terlihat di layar, bukan orang lain, itu kakak ipar.
Semenjak aku mengusirnya pergi dari rumah keluarga Yi, aku merasa mungkin dia tidak akan menghubungiku lagi selamanya, tapi tidak disangka dia tiba-tiba meneleponku.
Aku ragu untuk mengangkat telepon itu atau tidak, dering telepin pun berhenti.
Kakak ipar menemui masalah apa? Apakah pasangan suami istri itu kembali mengganggunya? Otak ku memikirkan beribu kemungkinan, tapi begitu teringat dia hamil anak dari laki-laki lain, kebencian memenuhi hatiku.
Mengapa aku harus mempedulikannya, dia begitu bersikukuh melahirkan anak orang lain, misalnya mati pun, aku juga akan menyaksikan kematiannya dengan mataku sendiri.
Benar, aku sudah berkata tidak untuk ikut campur, aku harus memegang prinsipku.
Saat ponselku kembali berdering, aku melihatnya dengan setengah hati, dan mengangkatnya, kemudian menjawab "halo" dengan dingin.
"Christine!" Suara lemah kakak ipar terdengar di telingaku, hatiku terjatuh, awalnya ingin menjawabnya dengan begitu dngin, tapi mendengarnya memanggilku seperti itu, aku tidak mampu membenci wanita ini.
"Ada apa?" Aku bertanya dengan dingin, kepala ku masih tidak bisa tenang.
"Aku di rumah sakit, keguguran." Kakak ipar berkata dengan pedih.
Keguguran? Bukankah dia sangat menyayangi anak itu, pasti dia akan sangat berhati-hati, mengapa bisa keguguran?
"Oh." Aku menjawab singkat, hatiku sedih. Bukankah aku memang ingin melihatnya keguguran, bukankah aku memang ingin mellihatnya mendapatkan ganjaran, tapi mengapa saat mendengar berita tentangnya, hatiku terasa begitu berat.
"Di Rumah Sakit Central, membutuhkan tanda tangan dari anggota keluarga, jika......" Suara kakak ipar tercekat, aku tahu dia tidak berani menelepon keluarganya, di pihak sini juga tidak ada siapa-siapa, hanya tersisa aku seorang.
"Baiklah, aku ke sana." Aku mengiyakannya, dan segera menutup telepon.
Aku sungguh tidak tahu mengapa aku pergi, tapi aku berpikir, menjadi prang tidak boleh begitu egois, mau bagaimana pun juga, dia sekarang juga masih adalah anggota keluarga Mo.
Meskipun banyak kebencian sekalipun, aku juga tidak bisa menutup sebelah mata dan melihatnya mati begitu saja.
Setelah berpesan kepada Bibi Chang untuk merawat Bernice baik-baik, aku pun pergi ke rumah sakit, dan menuju ke bangsal kakak ipar.
Saat aku melihatnya, wajahnya yang tirus terlihat begitu pucat, saat dia melihatku, sorot matanya menyiratkan rasa sayang, kedua bibirnya yang putih pucat bergetar perlahan.
Aku berjalan bperlahan mendekatinya, dan duduk di sebelah kasurnya, kemudian menatapnya dan berkata: "Akhir-akhir ini baik-biaik saja?"
Kakak ipar menggelengkan kepala, "Tidak baik."
Aku terdiam.
"Sebenarnya aku sangat ingin menegarkan diri dan berkata, aku baik-baik saja, tapi kata-kata menenangkan seperti itu, aku tidak bisa mengatakannya." Kakak ipar tersenyum sendu, keriput di ujung matanya terlihat sangat jelas.
"Bagaimana bisa kehilangannya?" Pertanyaan ini begitu berat, aku tidak menyangkan pembicaraan di antara aku dan kakak ipar bagaikan pembicaraan dua orang asing.
"Masalah tubuh, anak datang terlalu cepat, dan pergi terlalu cepat, bahkan kesempatan untuk mempertahankannya pun tidak ada." Saat berbicara sampai di sini, tangis kakak ipar pun pecah, "Seumur hidupku ini aku ditakdirkan untuk sendiri, Tuhan sungguh sangat tidak adil."
Aku terdiam, sungguh tidak tahu bagaimana menghiburnya, aku bisa saja berpura-pura mengatakan hal-hal yang baik, tapi setelah ku pikir-pikir, meskipun aku mengatakannya, itu hanya akan membuatnya semakin tersiksa.
Karena anak ini, aku memang tidak bisa memberinya ucapan selamat, tapi aku juga tidak berharap dia lepas dari rahim.
Aku tidak sejahat itu, aku tidak bisa menghalangi niat kakak iparku untuk menjadi seorang ibu, hanya tidak berharap dia melahirkannya di keluarga Mo, saat aku mengusirnya, aku merasa sangat sedih.
Tanganku kuletakkan di atas tangan kakak ipar yang dingin dan berkata: "Sangat penting untuk menjaga kesehatan."
Setelah mengatakannya, aku segera menarik tanganku kembali, tapi dicegah oleh kakak ipar, matanya menatapku ddengan panik, dan memohon: "Christine, maafkan aku ya?"
Mataku terasa pedih, aku menggigit bibit, dan berkata dari hati: "Aku tidak menyalahkanmu."
Mesikpun aku pernah menyalahkannya, tapi saat menyiksanya, aku pun merasa tidak enak.
"Sungguh?" Kakak ipar menaikkan alis, air mata berjatuhan dari matanya, dan membasahi punggung tanganku.
Aku mengangguk cepat, dan menyahut: "Karena kita ini satu keluarga, satu keluarga tidak berbicara dua bahasa, baik-baiklah menjaga diri, tunggulah Christopher keluar, dan hiduplah bahagia."
Novel Terkait
This Isn't Love
YuyuThe Winner Of Your Heart
ShintaUnplanned Marriage
MargeryIstri Pengkhianat
SubardiPria Misteriusku
LylyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)