Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 45 Makan Malam

Malam harinya, Sean menelponku tepat waktu untuk makan malam, dia memberitahuku ruangan yang akan dipakai untuk pertemuan ini.

Saat kuiyakan ajakannya untuk datang tepat waktu, sepertinya dia merasa aku wanita bodoh yang ingin mengambil keuntungan darinya.

Aku menggenggam pen recorder yang kubawa. Malam ini, akan kucari tahu tentang bagaimana sebenarnya hubungan antara Sean dan Cynthia.

Aku memasukkan pen recorder ke dalam tasku, aku memilih sebuah terusan musim dingin berwarna ungu dan mantel, rambut panjangku kubiarkan terurai cantik dan selendangku menjuntai. Melihat penampilanku yang cukup bagus di kaca, aku tak dapat menahan diri untuk tersenyum.

Aku naik taksi menuju ke Hotel Imperial dan dengan mudah menemukan ruangan yang dimaksud Sean. Di dalam, aku melihat Sean yang sedang duduk menungguku. Dia menyambutku dengan elegan, wajahnya tersenyum manis.

"Wah, wah. Cantik sekali!" Terdengar Sean memujiku.

"Terima kasih!" Aku berpura-pura tersenyum kepadanya.

Dia membantuku menarik kursi lalu mempersilahkanku untuk duduk.

"Pak, seharusnya Anda mengundang lebih banyak tamu, supaya lebih ramai." Tanyaku. Aku sengaja mengeluarkan pertanyaan yang tidak ada hubungannya, Sean hanya menatapku lekat-lekat.

"Cukup satu Christine saja. Jarang-jarang ada wanita secantik dan semenarik kamu." Katanya. Sean masih menatapku.

"Ah bapak, bisa saja." Aku benar-benar tidak menyukai orang ini, tetapi aku harus menghadapinya dengan senyuman.

"Aku hanya berkata seperti ini kepada orang yang aku suka, lho." Ujarnya sembari mendekatiku.

Dia mendekatiku perlahan, semakin lama semakin dekat. Ia menarik kursiku agar posisi kami lebih dekat.

Aku tentu merasa tidak nyaman dengannya, aku menepis tangan Sean dan berusaha mengalihkan perhatiannya.

"E..eh, makanannya belum datang?"

"Oh iya, akan kupanggilkan." Jawabnya sembari mengangguk pelan.

Dia memanggil seorang pelayan dan meminta mereka untuk secepatnya mengantarkan hidangan mereka.

Aku menghela nafas lega. Baru sebentar aku merasa lega, tiba-tiba Sean memegang tanganku. Kali ini, senyumnya terlihat mengerikan.

"Wah, tanganmu mulus sekali. Hmm, harum juga." Katanya sambil mengendus tanganku.

Aku dengan kasar menarik tanganku, memecahkan imajinasinya.

"Galak sekali."

"Maaf Pak Sean, tujuan saya berada disini sebagai partner bisnis Anda. Saya harap, makan malam ini adalah awal mula kerja sama kami." Aku dengan sinis menatapnya tajam, menghiraukan wajahnya yang tersenyum.

"Sepertinya ada kesalahpahaman." Ujar Sean datar.

Aku kelepasan. Tujuanku sebenarnya datang kemari adalah menginvestigasi hubungan Sean dengan Cynthia. Aku tidak bisa menahan emosiku barusan, aku sudah membuatnya marah.

"Maafkan saya. Saya... jarang sekali menghadiri acara makan malam seperti ini." Ujarku sembari memaksakan diri untuk tersenyum.

"Tidak apa-apa." Jawab Sean.

Aku membuka tasku, berpura-pura mencari sesuatu, lalu berpura-pura kaget.

"Pak Sean, maaf sekali. Baterai ponsel saya habis, apa saya boleh pinjam ponsel Anda?"

"Baterai habis?" Tanya Sean seakan tidak percaya.

"Iya Pak, saya ketiduran, lupa charge ponsel. Sekarang saya ingin menelepon ibu saya, supaya beliau tidak menunggu saya, atau sekedar mengabari kalau malam ini saya tidak pulang ke rumah." Aku berusaha keras melembutkan nada suaraku untuk mendapat simpatinya.

"Oke, pakai saja." Sean menyerahkan ponselnya kepadaku.

Sean mengawasiku sangat dekat, mana mungkin aku memakai ponsel itu di hadapannya. Rencanaku adalah menggunakan ponsel Sean untuk mengirim pesan kepada Cynthia supaya dia datang kemari. Ketika mereka bertatap muka, aku baru bisa mengetahui hubungan mereka.

Aku berusaha mencari ide, di saat itulah aku melihat sebuah gelas wine yang terisi penuh.

Aku memiliki sebuah ide.

Aku sengaja menyenggol gelas wine itu agar jatuh dan mengotori bajunya.

"Ups, maafkan saya. Mohon maaf atas kecerobohan saya..."

Sean melihatku dengan canggung, dia pikir dia bisa menciumku, tidak disangka kalau aku akan berbalik dan menumpahkan isi gelas itu di bajunya.

Tumpahan cairan berwarna merah itu mengotori kemeja putihnya, dia langsung menuju ke toilet untuk membereskannya.

Saat Sean pergi ke toilet, aku menemukan nomor Cynthia dan dengan cepat mengirimkan pesan kepadanya. Isinya adalah: Cynthia, aku menunggumu di Hotel Imperial, ada yang ingin kubicarakan.

Setelah berhasil terkirim, aku langsung menghapus pesan itu. Jantungku berdebar cepat.

Ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini, aku gugup sekali. Aku mengambil nafas panjang, berusaha menenangkan diri. Aku berpura-pura menelpon ke rumah, bicara beberapa kalimat lalu mematikan teleponnya. Kalau tidak ada di catatan panggilan keluar. Sean pasti akan mencurigaiku.

Kemudian, para pelayan datang dan menyuguhkan berbagai hidangan kepada kami.

Aku mengambil pen recorderku dan menaruhnya di bawah meja. Kapasitas benda ini sangat besar, mampu menyimpan rekaman suara selama dua jam.

Sean keluar dari toilet, raut wajahnya terlihat buruk.

"Christine, aku baru saja menyadari. Perilakumu hari ini aneh sekali." Ujar Sean. Pandangan matanya terasa tajam menatapku.

Waduh, Sean mencurigaiku.

"Mungkin hanya perasaan Anda saja. Hari ini pertama kalinya kita bertemu, memangnya perilaku saya yang mana yang menurut Anda aneh?" Jawabku.

"Wine tadi... Jelas sekali kamu sengaja menumpahkannya ke bajuku." Ternyata Sean tidak bodoh. Aku menjadi sedikit panik.

"Ah, itu. Saya memang sengaja menumpahkannya. Sebenanya, saya tidak ingin datang ke acara ini. Maka dari itu, selama Anda berada di toilet, saya berencana kabur." Ujarku berbohong.

"Oh? Lantas kenapa kamu masih disini?"

"Maafkan diri saya yang lancang ini. Padahal Anda tidak bermaksud apa-apa." Jawabku seadanya.

"Kalau ternyata saya memang ada maksud apa-apa?"

"Jangan-jangan maksud Anda...... ingin meniduri saya?" Tanyaku.

"Ternyata kamu cukup mengerti, Christine. Aku sudah mengeluarkan uang sebanyak itu, tidak keterlaluan kan kalau kamu kubeli semalam saja?" Ujarnya sambil menepuk tangannya.

"Tidak, Pak." Aku menggelengkan kepala.

"Kalau bisa berbisnis dengan baik, kamu pasti akan sukses besar."

Sean menatapku dengan pandangan tidak biasa, aku melihat makanan yang ada di meja dan berkata:

"Mari makan dulu, Pak. Setelah makan baru ada tenaga untuk melakukan yang lain."

Sean duduk sangat dekat denganku, meskipun dia sedang makan, tangannya sibuk menggerayangi pinggangku.

Aku melihat tangannya, kemudian memegangnya, aku berkata sembari tersenyum:

"Pak Sean, mari makan dulu. Urusan ini sehabis makan saja."

"Aku sudah tidak ingin makan, aku menginginkanmu sekarang." Sean sudah tidak sabar, dia meletakkan sumpitnya dan memelukku dengan beringas, dia membenamkan wajahnya di leherku. Ketika aku ingin memberikan perlawanan, ponselnya berdering.

Ternyata Cynthia.

Sean segera melepasku dan mengangkat telepon dengan terburu-buru.

"Pak Sean, silahkan selesaikan urusan Anda. Saya duluan." Aku berdiri dan merapikan bajuku.

Aku melihat sekilas raut kekesalan di wajah Sean, tetapi dia mau tidak mau harus menjawab telepon itu. Dia terus mengangguk dan mengiyakan kata-kata Cynthia.

"Kalau begitu, sampai jumpa lain kali Pak." Aku berpamitan dengan Sean, senyum tipis mengembang di bibirku. Secepat mungkin aku meninggalkan ruangan itu.

Aku tidak langsung meninggalkan hotel, aku diam-diam sembunyi di seberang ruangan tadi, aku ingin melihat apa yang terjadi dengan Sean dan Cynthia.

Tidak perlu waktu lama sampai Cynthia tiba di ruangan itu. Mereka berdua masuk ke ruangan dan tidak keluar sampai satu jam setelahnya. Mereka keluar beriringan, Sean memeluk Cynthia dengan mesra dan menciumnya.

Hubungan mereka cukup membuatku terkejut, Cynthia juga "dipakai" oleh Sean?

Rupanya orang bernama Sean ini bukan orang sembarangan, dia bisa menaklukan Cynthia yang begitu sombong sampai-sampai "memakainya" juga.

Tunggu dulu, ada yang salah.

Kalau Cynthia sudah bersama dengan Sean, kenapa dia terus mengganggu Jonathan?

Di saat mereka berdua sudah menjauh, dengan gesit aku memasuki ruangan itu dan mengambil pen recorderku di bawah meja.

Dalam perjalanan ke rumah, aku sangat gugup memikirkan pembicaraan seperti apa yang mereka berdua bicarakan. Aku menggenggam pen recorderku dengan erat.

Sesampainya di rumah, aku mulai mendengarkan percakapan mereka dengan seksama.

"Ada perlu apa memanggilku kemari?' Cynthia dengan nada marah bertanya kepada Sean.

"Aku tidak memanggilmu." Jawab Sean.

"Terserah! Sean, sudah cukup kamu memerasku!"

"Cynthia, bagaimana dengan peran suami istri kita......"

Belum sempat Sean menyelesaikan kalimatnya, Cynthia sudah memotongnya.

"Diam! Kalau kamu bicara lagi, aku tidak akan segan-segan!"

"Oke. Kebetulan kamu disini, temani aku minum-minum ya!" Ancaman dari Cynthia berhasil, suara Sean terdengar jauh lebih lemah.

"Bagaimana dengan misimu untuk meniduri Christine?" Cynthia akhirnya menyebut namaku.

"Tenang saja, beri aku waktu satu minggu, wanita mata duitan itu pasti sudah berhasil aku bawa ke ranjang. Hahaha! Aku sudah bisa membayangkan suara desahannya." Ujar Sean sambil tertawa.

Semua percakapan mereka terdengar begitu jelas di telingaku.

Cynthia... Busuk sekali wanita itu, dia menggunakan Sean untuk menjebakku.

Aku menggelengkan kepala, tanpa ekspresi. Aku ingat jelas, saat itu Cynthia berjanji tidak akan menggangguku lagi, tapi ternyata dia masih ingin menghabisiku. Di saat aku memikirkan bagaimana harus menghadapi Sean, seseorang memelukku dari belakang.

Jantungku hampir copot! Ternyata Jonathan. Kapan dia pulang? Kapan dia masuk ke kamar? Aku tidak menyadarinya sama sekali.

Sepertinya aku menyelam terlalu dalam ke dalam lamunanku.

"Sedang apa kamu?" Tanya Jonathan sembari menciumku.

"Mau tahu saja?" Ujarku bertanya kembali kepada Jonathan.

Begitu aku putar rekaman suara ini, bayangan Cynthia di mata Jonathan akan berubah seratus delapan puluh derajat.

"Memangnya ada apa sih sampai aku tidak boleh tahu?" Jonathan semakin penasaran dengan apa yang kulakukan.

"Baiklah, lepaskan aku dulu, kuberi tahu deh."

Senyum tipis tersungging di wajahku.

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu