Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 45 Makan Malam
Malam harinya, Sean menelponku tepat waktu untuk makan malam, dia memberitahuku ruangan yang akan dipakai untuk pertemuan ini.
Saat kuiyakan ajakannya untuk datang tepat waktu, sepertinya dia merasa aku wanita bodoh yang ingin mengambil keuntungan darinya.
Aku menggenggam pen recorder yang kubawa. Malam ini, akan kucari tahu tentang bagaimana sebenarnya hubungan antara Sean dan Cynthia.
Aku memasukkan pen recorder ke dalam tasku, aku memilih sebuah terusan musim dingin berwarna ungu dan mantel, rambut panjangku kubiarkan terurai cantik dan selendangku menjuntai. Melihat penampilanku yang cukup bagus di kaca, aku tak dapat menahan diri untuk tersenyum.
Aku naik taksi menuju ke Hotel Imperial dan dengan mudah menemukan ruangan yang dimaksud Sean. Di dalam, aku melihat Sean yang sedang duduk menungguku. Dia menyambutku dengan elegan, wajahnya tersenyum manis.
"Wah, wah. Cantik sekali!" Terdengar Sean memujiku.
"Terima kasih!" Aku berpura-pura tersenyum kepadanya.
Dia membantuku menarik kursi lalu mempersilahkanku untuk duduk.
"Pak, seharusnya Anda mengundang lebih banyak tamu, supaya lebih ramai." Tanyaku. Aku sengaja mengeluarkan pertanyaan yang tidak ada hubungannya, Sean hanya menatapku lekat-lekat.
"Cukup satu Christine saja. Jarang-jarang ada wanita secantik dan semenarik kamu." Katanya. Sean masih menatapku.
"Ah bapak, bisa saja." Aku benar-benar tidak menyukai orang ini, tetapi aku harus menghadapinya dengan senyuman.
"Aku hanya berkata seperti ini kepada orang yang aku suka, lho." Ujarnya sembari mendekatiku.
Dia mendekatiku perlahan, semakin lama semakin dekat. Ia menarik kursiku agar posisi kami lebih dekat.
Aku tentu merasa tidak nyaman dengannya, aku menepis tangan Sean dan berusaha mengalihkan perhatiannya.
"E..eh, makanannya belum datang?"
"Oh iya, akan kupanggilkan." Jawabnya sembari mengangguk pelan.
Dia memanggil seorang pelayan dan meminta mereka untuk secepatnya mengantarkan hidangan mereka.
Aku menghela nafas lega. Baru sebentar aku merasa lega, tiba-tiba Sean memegang tanganku. Kali ini, senyumnya terlihat mengerikan.
"Wah, tanganmu mulus sekali. Hmm, harum juga." Katanya sambil mengendus tanganku.
Aku dengan kasar menarik tanganku, memecahkan imajinasinya.
"Galak sekali."
"Maaf Pak Sean, tujuan saya berada disini sebagai partner bisnis Anda. Saya harap, makan malam ini adalah awal mula kerja sama kami." Aku dengan sinis menatapnya tajam, menghiraukan wajahnya yang tersenyum.
"Sepertinya ada kesalahpahaman." Ujar Sean datar.
Aku kelepasan. Tujuanku sebenarnya datang kemari adalah menginvestigasi hubungan Sean dengan Cynthia. Aku tidak bisa menahan emosiku barusan, aku sudah membuatnya marah.
"Maafkan saya. Saya... jarang sekali menghadiri acara makan malam seperti ini." Ujarku sembari memaksakan diri untuk tersenyum.
"Tidak apa-apa." Jawab Sean.
Aku membuka tasku, berpura-pura mencari sesuatu, lalu berpura-pura kaget.
"Pak Sean, maaf sekali. Baterai ponsel saya habis, apa saya boleh pinjam ponsel Anda?"
"Baterai habis?" Tanya Sean seakan tidak percaya.
"Iya Pak, saya ketiduran, lupa charge ponsel. Sekarang saya ingin menelepon ibu saya, supaya beliau tidak menunggu saya, atau sekedar mengabari kalau malam ini saya tidak pulang ke rumah." Aku berusaha keras melembutkan nada suaraku untuk mendapat simpatinya.
"Oke, pakai saja." Sean menyerahkan ponselnya kepadaku.
Sean mengawasiku sangat dekat, mana mungkin aku memakai ponsel itu di hadapannya. Rencanaku adalah menggunakan ponsel Sean untuk mengirim pesan kepada Cynthia supaya dia datang kemari. Ketika mereka bertatap muka, aku baru bisa mengetahui hubungan mereka.
Aku berusaha mencari ide, di saat itulah aku melihat sebuah gelas wine yang terisi penuh.
Aku memiliki sebuah ide.
Aku sengaja menyenggol gelas wine itu agar jatuh dan mengotori bajunya.
"Ups, maafkan saya. Mohon maaf atas kecerobohan saya..."
Sean melihatku dengan canggung, dia pikir dia bisa menciumku, tidak disangka kalau aku akan berbalik dan menumpahkan isi gelas itu di bajunya.
Tumpahan cairan berwarna merah itu mengotori kemeja putihnya, dia langsung menuju ke toilet untuk membereskannya.
Saat Sean pergi ke toilet, aku menemukan nomor Cynthia dan dengan cepat mengirimkan pesan kepadanya. Isinya adalah: Cynthia, aku menunggumu di Hotel Imperial, ada yang ingin kubicarakan.
Setelah berhasil terkirim, aku langsung menghapus pesan itu. Jantungku berdebar cepat.
Ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini, aku gugup sekali. Aku mengambil nafas panjang, berusaha menenangkan diri. Aku berpura-pura menelpon ke rumah, bicara beberapa kalimat lalu mematikan teleponnya. Kalau tidak ada di catatan panggilan keluar. Sean pasti akan mencurigaiku.
Kemudian, para pelayan datang dan menyuguhkan berbagai hidangan kepada kami.
Aku mengambil pen recorderku dan menaruhnya di bawah meja. Kapasitas benda ini sangat besar, mampu menyimpan rekaman suara selama dua jam.
Sean keluar dari toilet, raut wajahnya terlihat buruk.
"Christine, aku baru saja menyadari. Perilakumu hari ini aneh sekali." Ujar Sean. Pandangan matanya terasa tajam menatapku.
Waduh, Sean mencurigaiku.
"Mungkin hanya perasaan Anda saja. Hari ini pertama kalinya kita bertemu, memangnya perilaku saya yang mana yang menurut Anda aneh?" Jawabku.
"Wine tadi... Jelas sekali kamu sengaja menumpahkannya ke bajuku." Ternyata Sean tidak bodoh. Aku menjadi sedikit panik.
"Ah, itu. Saya memang sengaja menumpahkannya. Sebenanya, saya tidak ingin datang ke acara ini. Maka dari itu, selama Anda berada di toilet, saya berencana kabur." Ujarku berbohong.
"Oh? Lantas kenapa kamu masih disini?"
"Maafkan diri saya yang lancang ini. Padahal Anda tidak bermaksud apa-apa." Jawabku seadanya.
"Kalau ternyata saya memang ada maksud apa-apa?"
"Jangan-jangan maksud Anda...... ingin meniduri saya?" Tanyaku.
"Ternyata kamu cukup mengerti, Christine. Aku sudah mengeluarkan uang sebanyak itu, tidak keterlaluan kan kalau kamu kubeli semalam saja?" Ujarnya sambil menepuk tangannya.
"Tidak, Pak." Aku menggelengkan kepala.
"Kalau bisa berbisnis dengan baik, kamu pasti akan sukses besar."
Sean menatapku dengan pandangan tidak biasa, aku melihat makanan yang ada di meja dan berkata:
"Mari makan dulu, Pak. Setelah makan baru ada tenaga untuk melakukan yang lain."
Sean duduk sangat dekat denganku, meskipun dia sedang makan, tangannya sibuk menggerayangi pinggangku.
Aku melihat tangannya, kemudian memegangnya, aku berkata sembari tersenyum:
"Pak Sean, mari makan dulu. Urusan ini sehabis makan saja."
"Aku sudah tidak ingin makan, aku menginginkanmu sekarang." Sean sudah tidak sabar, dia meletakkan sumpitnya dan memelukku dengan beringas, dia membenamkan wajahnya di leherku. Ketika aku ingin memberikan perlawanan, ponselnya berdering.
Ternyata Cynthia.
Sean segera melepasku dan mengangkat telepon dengan terburu-buru.
"Pak Sean, silahkan selesaikan urusan Anda. Saya duluan." Aku berdiri dan merapikan bajuku.
Aku melihat sekilas raut kekesalan di wajah Sean, tetapi dia mau tidak mau harus menjawab telepon itu. Dia terus mengangguk dan mengiyakan kata-kata Cynthia.
"Kalau begitu, sampai jumpa lain kali Pak." Aku berpamitan dengan Sean, senyum tipis mengembang di bibirku. Secepat mungkin aku meninggalkan ruangan itu.
Aku tidak langsung meninggalkan hotel, aku diam-diam sembunyi di seberang ruangan tadi, aku ingin melihat apa yang terjadi dengan Sean dan Cynthia.
Tidak perlu waktu lama sampai Cynthia tiba di ruangan itu. Mereka berdua masuk ke ruangan dan tidak keluar sampai satu jam setelahnya. Mereka keluar beriringan, Sean memeluk Cynthia dengan mesra dan menciumnya.
Hubungan mereka cukup membuatku terkejut, Cynthia juga "dipakai" oleh Sean?
Rupanya orang bernama Sean ini bukan orang sembarangan, dia bisa menaklukan Cynthia yang begitu sombong sampai-sampai "memakainya" juga.
Tunggu dulu, ada yang salah.
Kalau Cynthia sudah bersama dengan Sean, kenapa dia terus mengganggu Jonathan?
Di saat mereka berdua sudah menjauh, dengan gesit aku memasuki ruangan itu dan mengambil pen recorderku di bawah meja.
Dalam perjalanan ke rumah, aku sangat gugup memikirkan pembicaraan seperti apa yang mereka berdua bicarakan. Aku menggenggam pen recorderku dengan erat.
Sesampainya di rumah, aku mulai mendengarkan percakapan mereka dengan seksama.
"Ada perlu apa memanggilku kemari?' Cynthia dengan nada marah bertanya kepada Sean.
"Aku tidak memanggilmu." Jawab Sean.
"Terserah! Sean, sudah cukup kamu memerasku!"
"Cynthia, bagaimana dengan peran suami istri kita......"
Belum sempat Sean menyelesaikan kalimatnya, Cynthia sudah memotongnya.
"Diam! Kalau kamu bicara lagi, aku tidak akan segan-segan!"
"Oke. Kebetulan kamu disini, temani aku minum-minum ya!" Ancaman dari Cynthia berhasil, suara Sean terdengar jauh lebih lemah.
"Bagaimana dengan misimu untuk meniduri Christine?" Cynthia akhirnya menyebut namaku.
"Tenang saja, beri aku waktu satu minggu, wanita mata duitan itu pasti sudah berhasil aku bawa ke ranjang. Hahaha! Aku sudah bisa membayangkan suara desahannya." Ujar Sean sambil tertawa.
Semua percakapan mereka terdengar begitu jelas di telingaku.
Cynthia... Busuk sekali wanita itu, dia menggunakan Sean untuk menjebakku.
Aku menggelengkan kepala, tanpa ekspresi. Aku ingat jelas, saat itu Cynthia berjanji tidak akan menggangguku lagi, tapi ternyata dia masih ingin menghabisiku. Di saat aku memikirkan bagaimana harus menghadapi Sean, seseorang memelukku dari belakang.
Jantungku hampir copot! Ternyata Jonathan. Kapan dia pulang? Kapan dia masuk ke kamar? Aku tidak menyadarinya sama sekali.
Sepertinya aku menyelam terlalu dalam ke dalam lamunanku.
"Sedang apa kamu?" Tanya Jonathan sembari menciumku.
"Mau tahu saja?" Ujarku bertanya kembali kepada Jonathan.
Begitu aku putar rekaman suara ini, bayangan Cynthia di mata Jonathan akan berubah seratus delapan puluh derajat.
"Memangnya ada apa sih sampai aku tidak boleh tahu?" Jonathan semakin penasaran dengan apa yang kulakukan.
"Baiklah, lepaskan aku dulu, kuberi tahu deh."
Senyum tipis tersungging di wajahku.
Novel Terkait
Kamu Baik Banget
Jeselin Velani1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaEternal Love
Regina WangThe Winner Of Your Heart
ShintaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanBehind The Lie
Fiona LeeMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)