Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 189 Merebut Karyawan

Aku diam saja sambil menatap Jonathan.

Perlahan dia berjalan masuk ke kamar, duduk di sisi ranjang, sepasang matanya yang dalam menatap lekat padaku, lalu bertanya : “Mengapa melihatku begitu?”

Aku dengan tenang menyambut tatapannya, dan bertanya : “Mengapa memecat manajer Bai, dia adalah karyawan lama, melakukan banyak hal untuk PT. Weiss, tidak ada jasa tapi juga ada kerja kerasnya. Aku tidak mengerti apakah kamu termasuk orang yang hanya untuk mencari keuntungan pribadi?”

Jonathan menarik bibirnya, dengan tatapan dingin, berkata : “Kamu pikir aku cuma demi dirimu?”

“Kalau tidak?” Aku tidak bisa menebak ada alasan lainnya, hanya karena aku di departemen operasional, Jonathan memecat manajer operasional, apa ini tidak jelas ingin menyuruhku mengisi jabatan manajer ini.

“Kamu pikir aku orang yang gegabah?” Jonathan mengerutkan alis dan nada bicara yang mulai melemah, “Siapapun dia jika setia dengan PT. Weiss, aku tidak akan dengan gampang memecatnya, kamu mengerti?”

“Tidak.” jawabku jujur, sekarang aku adalah karyawan PT. Weiss, ada masalah apa yang tidak boleh aku ketahui.

Jonathan terdiam, lalu berkata : “Tidurlah yang awal.”

Aku tahu banyak hal yang tidak ingin diketahui olehku, kalau memang dia tidak mau bicara, aku juga tidak akan memaksa. Ketika Jonathan bersiap untuk ke kamar mandi, aku menarik tangannya, berkata : “Hari ini aku bertemu dengan Justin.”

“Lalu?” tanya Jonathan tidak mengerti sambil menatapku dengan alis mengkerut.

“Dia bilang Cynthia lagi hamil bayinya.” Aku mengatakan yang sebenarnya, malah mendapatkan wajah Jonathan tidak ada ekspresi apapun.

“Setali tiga uang, lumayan cocok.” Jonathan hanya memberi jawaban ini.

“Kamu……” Aku tidak ingin mengecam sindiran Jonathan, meskipun banyak hal yang tidak ingin dia katakan padaku, tapi aku mengerti dia melakukan hal apapun ada alasannya.

Dan dengan cepat aku mengetahui alasan Jonathan memecat manajer Bai.

Satu minggu setelah manajer Bai pergi dari PT. Weiss, Julie secara rahasia menarikku ke pantry, dia memandang ke sekeliling dan menemukan tidak ada orang, baru dengan suara pelan berbicara padaku : “Christine, di Bryan sana kekurangan orang, apa kamu ingin ikut aku ke sana?”

“Manajer Bai sudah mendapatkan pekerjaan?” Aku sedikit kaget.

Julie mengangguk, “Benar, gaji di sana lebih baik dibanding PT. Weiss, fasilitas kesejahteraan juga lebih memadai dibandingkan dari sini. Bryan bilang jika orang yang dikenal pergi ke sana, pasti tidak akan dimulai dari jabatan paling dasar, apa kamu ingin ikut denganku?”

Aku dengan canggung melihat Julie, dia malah menarik karyawan sampai pada diriku.

“Julie, kamu juga sudah bilang, ingin masuk ke PT.Weiss juga bukan hal yang gampang, di samping itu aku baru saja mulai mengenal lebih banyak hal di sini, sementara tidak ingin pergi dari sini.” Aku tolak secara tidak langsung. Mana mungkin aku pergi dari perusahaan Jonathan, dan ikut kabur dengan Julie.

“Christine, aku melihat kamu orangnya lumayan baik, baru kuajak untuk ikut.” Julie dengan wajah serius menatapku, “Ada aku yang menjagamu, maka kamu tidak akan digertak orang, kamu juga tahu orang-orang di kantor ini. Sejak Bryan pergi, bagaimana sikap mereka padaku, hati mereka menjadi dingin, aku sudah memahami betul orang-orang di sini.”

Antusiasme Julie padaku membuat aku tidak bisa menangkisnya. Aku ingin sekali mengaku di depannya bahwa aku adalah orangnya Jonathan, mana mungkin bisa pergi dari PT. Weiss, tapi kata-kata ini tersangkut di tengah tenggorokan, tidak bisa dikeluarkan. Aku hanya bisa gelisah melihatnya.

“Julie, jika kamu memang ingin ikut manajer Bai, kemungkinan istrinya akan mencari masalah lagi denganmu, mungkin juga……” Omonganku belum selesai, Julie tertawa tanpa peduli.

“Maksudmu wanita jelek itu?” Dia mengejek, “Aku bukan pergi untuk menghancurkan rumah tangga mereka, apa yang harus ditakutkan?”

Aku menjadi diam.

“Aku merasa kamu sangat misterius, kamu mengenal Justin seorang artis besar, kamu selalu tenang dan berhati-hati, bertindak tegas. Meskipun kita mengenal belum lama, tapi kamu cukup setia.” Julie melihatku dengan puas dan lega, “Saat aku dijauhi oleh mereka, hanya kamu yang ada di sampingku, jadi kamu adalah orang yang aku percayai.”

Telingaku tak putus-putusnya mendengar pujian Julie padaku, tapi kata-kata ini apakah akan dia katakan dengan tenang andaikata dia mengetahui kebenaran tentang diriku.

Aku tidak berjanji dengan Julie untuk pergi dari Weiss, ini tentu saja tidak mungkin sama sekali.

Apa yang dikatakan oleh Julie padaku bagaikan sebuah gunung besar yang menekan hatiku, seharian aku bagaikan orang kehilangan roh, hingga pulang kerja, Julie ingin aku ikut dengannya.

Dia menumpang mobilku dan memintaku mengantarnya sampai Hotel Imperial. Setiap kali datang ke hotel berbintang lima ini, sekujur tubuhku merasa tidak nyaman.

Dengan penuh rahasia dia tersenyum padaku, memintaku agar santai saja dan malam ini hanya makan malam saja, dan ada orang lain lagi. Aku tidak mengerti selain bertemu dengan Bryan, masih harus bertemu dengan siapa lagi.

Ketika sampai di kamar pribadi, di dalamnya duduk penuh dengan orang-orang, banyak sekali wajah orang yang pernah aku lihat di Weiss, mengapa orang -orang ini ada di sini?

Bryan melambaikan tangan agar kami duduk di sampingnya, dia tersenyum padaku : “Christine juga datang?”

Aku mengangguk, ingin sekali kukatakan, aku dipaksa datang oleh Julie.

Aku melihat sekeliling dengan seksama, dan bertanya : “Mengapa aku merasa ini semua adalah karyawan dari PT. Weiss?”

Mendengar itu seketika Bryan tersenyum, dan menjawab : “Tentu saja ini semua adalah karyawan PT. Weiss, hanya saja beda departemen. Namun semua ini yang memiliki posisi penting.”

Orang dari departemen lain mengapa bisa duduk bersama dengan manajer Bai yang sudah dipecat? Lalu hari ini siapa yang duduk di posisi tengah, tempat utama itu masih kosong, tampak jelas bukan manajer Bai yang mengundang tamu ini?

Semua orang berkumpul di sini apakah hanya perkumpulan biasa para karyawan atau?

Saat ini pintu terbuka, yang lagi duduk satu per satu mulai berdiri, Julie segera menarikku agar berdiri juga.

Dalam sekejap, sapaan basa basi mulai terdengar, “CEO Yin sudah datang.”

Saat mataku melihat ke arah orang yang dipanggil “CEO Yin”, seketika aku tertegun.

Tampak jelas saat Yoga melihat diriku, di matanya terbersit rasa kaget yang hampir sama denganku. Tapi dia dengan tenang menyambut tatapanku, lalu duduk di kursi utama.

Pada saat ini juga aku mengerti maksud dari perjamuan makan ini, ternyata Perusahaan Besar Yin ingin merebut karyawan. Dan sebagian karyawan dari PT. Weiss dengan posisi penting ingin pindah pekerjaan bersama-sama.

Hanya saja Yoga tentu tidak tahu ada aku di antara mereka, kami bertemu dalam suasana yang canggung.

Mungkin juga karena ada aku di tempat, jadi Yoga tidak bicara banyak. Hanya secara sederhana menyampaikan janji pada mereka, asal sampai ke Perusahaan Besar Yin, siapapun akan diperlakukan dengan adil.

Dia masih dengan jujur dan terus terang menarik orang di depanku, sedikitpun tidak takut dengan tatapanku.

Setelah aku sabar agak lama, akhirnya tanpa peduli dengan tatapan aneh dari orang lain, aku menarik tas dan berlalu pergi.

Julie lari menyusulku dan bertanya apa yang terjadi.

Aku jawab, seumur hidup aku tidak akan ke Perusahaan Besar Yin, jangan tanya alasannya, karena tidak akan kukatakan padanya.

Aku tidak menyangka saat aku meninggalkan pesta tadi, Yoga juga menyusul seraya memanggilku.

Kira-kira Julie sekarang semakin bingung dengan identitas aku, tapi dia tidak bisa tidak memberikan sedikit waktu untukku.

Aku keluar dari hotel, Yoga menghalangi jalanku, berkata : “Aku memanggilmu berkali-kali, mengapa tidak kamu hiraukan?”

Aku menatapnya dengan dingin, “Di antara kita apalagi yang bisa dibicarakan?”

“Christine, aku mengerti dengan perasaanmu saat ini. Ini adalah persaingan dalam dunia bisnis, yang lemah adalah mangsa yang kuat. Setiap orang harus bisa tumbuh berkembang.” Ujar Yoga dengan dalih muluk-muluknya, tapi sedikitpun aku tidak ingin mendengar omong kosongnya.

“Persaingan bisnis?” Aku mengejeknya, “Yoga, kamu benar-benar membuat aku meremehkan dirimu, kamu menjegal orang, apakah itu namanya orang yang terhormat.”

“Kamu pikir Jonathan adalah orang yang terhormat?” Yoga tersenyum dingin.

“Iya.” Aku jawab dengan yakin.

“Jika iya, dia tidak akan memilihmu padahal dia tahu kamu adalah calon istriku.” Sepasang mata Yoga yang penuh amarah berkobar-kobar melotot padaku, “Aku tidak akan pernah memaafkan dia, apa yang namanya teman baik, itu semua omong kosong belaka. Jadi, biar harus memakai cara yang serendah apapun, asalkan bisa menginjak dia di bawah kakiku, itulah yang akan kulakukan.”

“Kamu bicara begitu banyak, semua ini alasannya karena aku?” Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku lagi dan menatapnya, aku pikir setelah mengalami begitu banyak, dalam hatinya dia sudah melepaskan.

Ternyata aku adalah iblis di dalam hatinya, bayangan seumur hidupnya, aku melihat Yoga tanpa daya, “Jika hanya karena aku, kamu memang membuat aku memandang rendah dirimu.”

Aku tidak ingin berbelit-belit dengannya, aku melangkah dan pergi, saat melewati samping tubuhnya, mendadak dia menarikku dan sekuat tenaga membawaku dalam pelukannya.

“Christine, aku sudah berbuat begitu banyak, hanya ingin membuat Jonathan tidak memiliki apapun, membuat kamu lebih banyak melihatku.” Yoga memeluk erat diriku.

Aku meronta, dengan serius berkata : “Lepaskan aku.”

“Kamu, mengapa……” Yoga masih belum selesai bicara, dengan sekuat tenaga menginjak punggung kakinya pakai ujung high heels aku.

Aku mundur beberapa langkah, dengan mata dingin melotot pada Yoga, dan berkata : “Walaupun Jonathan tidak memiliki apapun, aku juga tidak akan meninggalkan dia, paling buruk aku akan mulai naik ke panggung catwalk lagi. Aku yang akan menghidupinya, seumur hidup juga bukan masalah.”

“Apa yang kamu suka dari dirinya?” Yoga meraung padaku, terdengar suara putus asa yang begitu menyedihkan.

“Suka dengan semuanya.” Jawabku tanpa ragu, lalu berbalik dan meninggalkan Hotel Imperial.

Aku pikir kelak aku tidak akan datang ke hotel ini lagi, setiap kali datang, selalu ada masalah yang terjadi. Aku membawa mobil pulang ke rumah, sepanjang jalan menginjak gas dengan dahsyat.

Ketika sudah tiba di rumah keluarga Yi, Jonathan masih belum pulang, aku bergegas menghubunginya agar dia pulang lebih awal.

Aku mengerti mengapa belakangan ini dia selalu lembur, dia sibuk untuk menghadapi keluarga Ouyang, juga sibuk menghadapi Yoga, tapi dia malah menyembunyikan dariku agar aku bisa menikmati ketenangan.

Kerjapan mataku terasa perih melihat gelapnya langit malam, kedua tangan memeluk dada, berdiri di depan balkon menunggu Jonathan pulang.

Segera, mobil Jonathan masuk ke rumah keluarga Yi, tidak lama kemudian, pintu di belakangku berbunyi, Jonathan masuk, dan berjalan ke balkon. Memelukku dari belakang, dan menyandarkan dagunya pada bahuku, lalu berkata : “Begitu tidak sabar ingin aku cepat pulang, kangen padaku?”

Aku diam, dalam hatiku muncul perasaan campur aduk.

Sepertinya Jonathan bisa merasakan perasaan aku yang kurang beres, segera membalikkan tubuhku menundukkan kepala, bertanya : “Kenapa, siapa yang menyakitimu?”

Dengan pelan aku mengangkat kepala dan melihat Jonathan, masuk dalam pelukannya dan memeluk erat dirinya.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu