Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 168 Hanya Sebagai Alat

"Sungguh, aku tidak pernah menyangka kamu akan berkelahi seperti itu, kamu pernah berlatih, kan?" Aku terlalu penasaran. Kupikir Jonathan pasti akan kehilangan uang hari ini dan dipukuli, lalu pasti menjadi berita utama Kota F keesokan harinya.

"Aku pernah berlatih seni bela diri wushu sanda ketika masih di perguruan tinggi," kata Jonathan ringan.

"Itu saja?" Aku sedikit tidak percaya. Aku masih terpana melihat gerakannya yang terampil, serangan tepat, dan tendangan yang indah.

"Ya," jawab Jonathan acuh tak acuh.

Dia berjalan perlahan di sekitarku, aku baru menyadari bahwa ada banyak rahasia dalam Jonathan yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya. Dia selalu dingin tetapi dengan sengaja menyembunyikan sisi tajamnya. Inikah caranya supaya dia secara tak terduga dapat memberikan pukulan fatal pada musuh?

"Mobil aku ada di perusahaan kamu. Mari kita pergi ke sana?" Aku menyarankan, sudah terlalu lama aku dan Jonathan tidak menghabiskan waktu bersama.

Dia menggelengkan kepalanya, "Membuang-buang waktu."

"Tapi aku ingin ..." Jonathan memotong sebelum aku menyelesaikan kata-kataku.

"Lain kali." Ketika kata-kata itu jatuh, Jonathan menghentikan taksi dan membuka pintu. Dia mendorongku untuk masuk.

Aku menatapnya dengan pandangan kosong, berbalik, dan hendak memasuki mobil, karena dia tidak ingin berjalan-jalan, maka aku akan kembali sendirian. Aku memutuskan untuk membiarkan mobilku di perusahaan, lagipula tempat itu aman.

Jonathan mengikuti, meraih tanganku, dan berkata, "Hentikan, Christine Mo, aku benar-benar tidak punya waktu untuk berjalan bersamamu. Kita ganti lain waktu, oke? Aku pasti akan menemanimu."

"Lain waktu?" Aku tersenyum pahit. "Oke, aku akan masuk ke dalam mobil. Jika aku terus membuat masalah, kurasa kamu pasti ricuh lagi."

Jonathan meraih tanganku dan membantuku masuk ke dalam mobil, kami menuju ke PT. Weiss. Jonathan mencium dahiku dengan ringan dan mengingatkanku untuk mengemudi lebih lambat.

Aku meng-iyakannya dan memperhatikan sosoknya naik dari tempat parkir bawah tanah ke lift, lalu menghilang di depan aku, aku berdiri di sana untuk waktu yang lama sebelum aku kembali sadar.

Aku mengendarai mobil keluar dari tempat parkir bawah tanah dan melaju di sepanjang tepi laut Kota F. Setelah aku memarkir mobil, aku keluar dari mobil dan berjalan sendirian di sekitar tepi pantai.

Angin bertiup, mengacak rambutku.

Pada saat ini, aku benar-benar ingin seseorang menemani aku, aku mengeluarkan telepon aku dan melihat setiap nomor di buku kontak. Aku tidak dapat menemukan teman atau saudara yang cocok.

Karena terlalu banyak hal telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pada akhirnya, jari aku berhenti pada nomor telepon Refaldy Ying, setelah lama berpikir, akhirnya aku menghubunginya.

Sepretinya Refaldy Ying tidak menyangka bahwa aku akan meneleponnya, dia bertanya dengan bersemangat di mana aku berada.

Aku berkata aku sedang berada di tepi sungai, dan sepertinya ingin melompat.

Dia mengatakan kepada aku untuk tidak bergerak, dia segera datang, dan kemudian menutup telepon dengan terburu-buru.

Sepuluh menit kemudian, dia muncul di hadapanku, sepertinya dia berlari sepanjang sungai, terengah-engah, melihat bahwa aku baik-baik saja, dia melangkah maju dan tiba-tiba memelukku.

“Jangan bunuh diri, masih ada aku.” Munculnya Refaldy Ying yang begitu tiba-tiba membuatku sangat terpana.

Aku tertawa, mendorongnya pergi, dan berkata: "Aku berbohong kepadamu, bagaimana mungkin aku bisa bunuh diri, aku menghargai hidupku, aku hanya bercanda denganmu."

Ketika kata-kata itu jatuh, wajah Refardy Ying tenggelam, dia mengerutkan kening untuk waktu yang lama, dan kemudian berbalik dengan marah, berkata dengan tajam, "Christine Mo, kamu begitu senang membuat lelucon seperti itu padaku?"

Aku terpana. Aku tidak berpikir aku terlalu banyak saat bercanda dengannya. Aku tidak mengerti mengapa Revaldy Ying sangat marah, jadi aku berjalan di depannya, menatapnya, dan berkata, "Apakah kamu marah?"

Refaldy Ying tidak mengatakan sepatah kata pun, wajahnya menegang, aku tahu orang ini pasti marah.

"Jangan marah, aku akan membelikanmu es krim ,oke?" Aku membujuknya seperti anak kecil, tetapi dia sama sekali tidak menghargainya.

"Jika satu tidak cukup, aku akan membelikanmu dua," aku berkata dengan sungguh-sungguh, "Jika kamu berani makan yang ketiga, sepertinya kamu akan membeku menjadi es krim."

Ketika kata-kata itu jatuh, aku tertawa canggung sendiri, dan lambat laun tawa itu berhenti. Kupikir aku terlalu membosankan, aku mengambil napas dalam-dalam dan berkata dengan sedih, "Aku kira itu lucu."

“Apa yang terjadi?” Tanya Refardy Ying dengan suara berat.

Aku menggelengkan kepala dan berjalan maju ke pagar di samping sungai. Aku melihat mercusuar di kejauhan. Aku terdiam lama sebelum berkata: "Sebenarnya, hari ini tidak ada yang berjalan sesuai dengan harapanku."

Masalah Ardy Lu di pagi hari, dan masalah kakak ipar pada sore hari.

Jonathan sibuk dengan urusannya, dan bahkan merasa waktu untuk berjalan bersamaku tidak penting. Aku tersenyum lemah, melihat ke samping pada Refaldy Ying dan berkata, "Kamu tahu, Jonathan tidak suka aku bersamamu, tapi aku ingin melawan dia. "

“Kalau begitu, apakah aku hanya sebagai alat?” Refaldy Ying kehilangan senyumnya dan memandangi bagian depan yang gelap. “Tidak peduli apapun itu, yang terpenting adalah kamu baik-baik saja.”

Ketika aku mendengar kalimat ini, hati aku sakit.

Refaldy Ying adalah pria yang baik, pria yang baik harus ditemani oleh wanita yang baik juga.

Lalu dia menemaniku sampai aku merasa kedinginan, aku juga berpikir hari sudah terlalu larut, aku berkata kepada Refardy Ying: "Ayo kembali, sudah malam."

Dia menjawab: "Oke.”

Aku pikir temperamen Refady Ying terlalu bagus, aku tidak tahu sikapnya terhadap orang lain, tetapi menurutku, dia sangat sopan.

Dia menemani aku dengan tenang, memperhatikan aku masuk ke dalam mobil, dan kemudian memperhatikan aku pergi.

Aku memperhatikannya di kaca spion, dan suasana hati aku menjadi lebih berat. Apakah aku gila? Mengapa aku memintanya keluar untuk menemani aku? Aku jelas tahu dia memiliki perasaan terhadapku.

Aku tahu aku egois, sebenarnya, aku hanya ingin mengirim WeChat ke Jonathan untuk mengatakan bahwa karena dia tidak menemaniku, aku ditemani oleh seseorang, tetapi kemudian aku tidak jadi mengirim pesan itu.

Aku pikir jika aku mengirimnya, akan lebih tidak adil bagi Refaldy Ying.

Ketika aku kembali ke Keluarga Yi, sudah agak terlambat, Bernice dan Bella sudah tidur. Ketika aku naik ke atas melewati kamar ibu mertua, aku mencium aroma cendana yang keluar darinya dan melihat ke dalam dengan rasa ingin tahu. Dia sedang berbicara di depan Sang Buddha.

Aku tersenyum dan hendak pergi.

"Christine Mo, masuk sebentar."

Pendengarannya terlalu baik!

Dengan enggan aku mendorong pintu, menutup pintu, dan melihat ibu mertuaku berdiri dan menoleh untuk menatapku, "Seorang wanita keluar seharian sampai malam, apakah kamu tidak berpikir dirimu keterlaluan?”

Aku menundukkan kepalaku, menerima omelannya, dan bersiap-siap untuk mendapatkan omelannya lagi.

Melihat aku tidak mengucapkan sepatah kata pun, ibu mertua aku berkata lagi: "Anak-anakmu masih sangat kecil dan sangat membutuhkan ibunya. Kamu perlu tahu ..."

Ibu mertua terganggu oleh aku sebelum aku selesai, aku berkata, "Mereka juga membutuhkan ayahnya."

Ibu mertua membeku selama dua detik, dan berkata, "Jonathan sibuk demi seluruh Keluarga Yi dari pagi hingga malam. Apakah kamu berharap dia kembali untuk memasak dan melayani kamu?"

"Aku tidak mengatakan itu." Aku sudah dalam suasana hati yang buruk, dan ketika aku mendengar hal-hal ini, aku secara alami membalas.

“Apakah kamu masih tidak yakin?” Ibu mertua menutupi dadanya dan batuk dua kali. Dia sering memakai trik ini sebelumnya.

“Menantu seperti kamu, kami Keluarga Yi benar-benar tidak butuh, kamu keluar saja!” Dia terlihat kesakitan, dan dia melangkah kembali ke tepi tempat tidur.

Baru kemudian aku menyadari bahwa ada yang aneh dengannya, dan tiba-tiba aku panik. Aku melangkah maju dan bertanya dengan khawatir, "Bu, ada apa?"

"Sakit hati, karena marah." Katanya dengan ketus, "Beri aku segelas air, aku akan baik-baik saja setelah aku minum obat."

Aku segera menuangkan air, memberinya obat, dan kemudian membantunya untuk berbaring sebentar sampai wajahnya perlahan membaik.

Aku duduk di tepi tempat tidur dan menyalahkan diri sendiri, "Bu, ini salahku. Aku tidak akan membalas lagi jika kamu memarahi aku."

“Aku memarahimu demi kebaikanmu.” Ibu mertua menyipitkan matanya. Sudah seperti ini, dia masih tidak lupa untuk memarahi aku. Aku tahu bahwa sejak aku mengetahui rahasianya, dia tidak pernah memandang aku lagi.

Semua adalah kesalahanku, dan aku mengakuinya. Tapi mendengar omelannya seperti ini setiap hari, tidak peduli seberapa keras aku berusaha bersabar, aku juga lelah.

“Bu, apakah kamu ingin kembali tidur, aku akan membantumu.” Tanyaku pelan.

Ibu mertua menggelengkan kepalanya, "Kembali lah ke kamar."

Aku mengangguk, berjalan keluar dari kamar, dan kemudian menutup pintu.

Setelah kembali ke kamar, aku merosot dengan lelah di tempat tidur dan menutup mataku. Ponselku tiba-tiba bergetar. Aku melihat ke samping dan mengeluarkannya dari tasku. Pesan itu dari Refardy Ying, menanyakan apakah aku sudah sampai di rumah.

Aku tidak menjawab, karena aku tidak bermaksud begitu padanya. Kukira lebih baik sedikit menghindar darinya, agar tidak terjadi salah paham.

Setelah mandi, aku berbaring di tempat tidur, memikirkan cara membantu Ardy Lu. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara membantunya sekarang.

Ketika Jonathan kembali, waktu sudah hampir jam sebelas, dia memasuki ruangan, membuka ikatan dasinya, dan melemparkannya ke samping. Setelah mandi, dia melihatku bersandar di tempat tidur.

“Kamu belum tidur?” Dia bertanya, sambil menyeka rambutnya yang basah.

“Jonathan, bisakah kamu mengatur agar aku dapat bertemu Ardy Lu?” Tanyaku, dan Jonathan tampak agak dingin.

"Jangan ikut campur urusan Keluarga Lu."

"Hanya perlu bertemu sekali saja." Aku memohon padanya. Ardy Lu memang keterlaluan di masa lalu, tetapi dia keadaannya sangat rapuh, dan dia masih memiliki tiga anak. Linda juga masih dirawat di rumah sakit. Sebagai teman, itu wajar untukku bertanya, belum lagi bahwa Keluarga Mo telah menerima begitu banyak bantuan dari Keluarga Lu.

"Aku tidak ingin istriku memikirkan mantan suaminya, ada beberapa hal ..." Kata-kata Jonathan belum selesai, dan aku tanpa sadar memotongnya.

"Kamu juga hanya mantan suamiku sekarang."

Aku belum menikah lagi dengannya, ini adalah fakta. Alasan mengapa aku tidak peduli tentang ini sekarang adalah hanya karena cinta aku padanya, cinta aku untuk anak-anak aku, dan tanggung jawab aku. Kata-kata itu benar-benar membuat Jonathan marah.

"Ya, mantan suami." Jonathan menatapku dengan sinis. "Kamu memiliki banyak mantan suami, tetapi mantan suami yang ini tidak berkewajiban untuk membantu mantan suami yang lain."

Aku jengkel dengan sarkasme-nya, aku bangkit dari tempat tidur, membuka lemari, mengeluarkan pakaian, dan ketika aku hendak menggantinya, Jonathan melangkah maju dan menghentikanku.

"Apa yang kamu lakukan?"

“Kita sudah cerai, untuk apa masih hidup bersama?” Aku berteriak pada Jonathan dengan tatapan tegas. Dia tidak menemaniku malam ini, ada terlalu banyak hal yang terjadi hari ini, dan emosiku benar-benar meledak sekarang.

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu