Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 36 Kebenaran yang Pahit
"Ada masalah apa?" Aku menatap Sarah dengan penasaran.
Raut wajahnya berubah serius, dia bangkit duduk, lalu menggenggam tanganku dan berkata, "Berjanjilah padaku, kamu harus bahagia."
Begitu mendengar perkataannya, aku tidak tahu mau ketawa atau menangis, kupukul dia dengan bercanda, lalu melihatnya masuk ke dalam selimut dan menarik selimutnya tinggi-tinggi.
Aku menyibakkan selimutnya, lalu ikut masuk ke dalam selimut, kami berdua saling menggelitik satu sama lain, saling berusaha melepas baju lawan, sama seperti masa sekolah dulu, juga masa di mana aku masih sanggup mengabaikan perasaanku.
Beberapa hari setelahnya, aku pergi menemani Sarah ke kota F, mengunjungi sekolah lamaku, sampai setelah Sarah pulang, Yoga belum juga menemukan pekerjaan yang sesuai untuk suaminya.
Setelah Sarah pergi, Yoga memberitahuku, dia ingin segera melaksanakan acara tunangan, dia berkata dia sudah lama menunggu, dia khawatir kalau tidak segera dilaksanakan, aku akan direbut lagi oleh orang lain.
Aku tidak secara langsung menolaknya, kemudian Yoga mengatur keluarga kami untuk bertemu.
Mulai dari pertemuan keluarga kami itu, mamaku tidak berhenti memuji-muji Yoga, memuji dia memiliki latar belakang yang jauh lebih baik daripada Ardy, setelah ini nenek dan kakek tidak akan mencemoohku lagi.
Aku tahu apa yang dirasakan mamaku, aku sudah pernah menikah, sudah pernah bercerai, sudah pernah keguguran, sekarang ada Yoga yang bersedia menikahiku, seharusnya aku menjadi wanita yang paling beruntung di dunia.
Sarah khawatir kalau aku tidak segera menggunakan kesempatan ini, aku akan melewatkan kehidupan pernikahan yang indah.
Acara lamaran dengan segera diputuskan, yaitu pada tanggal 10 Desember. Aku berdiri dalam diam di lantai dua rumah Yoga, melihat dekorasi di ruangan itu, melihat Yoga dengan penuh keseriusan mengurus masalah ini, aku paham, seorang wanita harus menikah dengan seseorang yang sungguh mencintainya, baru bisa menikmati indahnya hidup.
Sepasang tangan yang besar tiba-tiba terjulur dari pinggangku, lalu memelukku dengan erat, wajah Yoga menempel ke pelipisku, sikapnya yang seperti ini membuatku melamun beberapa saat, dulu Jonathan suka memeluk aku seperti ini, kemudian mencium aku.
"Kamu sedang memikirkan apa?" Suara Yoga membuatku terhenyak dari alam imajinasiku.
"Tidak ada apa-apa, apa kamu lelah?" Aku bertanya dengan penuh perhatian. Beberapa waktu ini dia terus sibuk dengan persiapan acara pertunangan ini, segala sesuatu harus berjalan dengan lancar, bahkan baju hadiah pertunagan pun dia sendiri yang memilihnya.
Aku datang kesana hanya untuk menampakkan diri, mengenakan gaun yang dia pilihan untukku.
Kalau boleh jujur, aku tidak seperti seseorang yang akan menikah, terhadap hal-hal ini, aku seperti sesosok zombie yang hanya bisa mengangguk, menerima semua apa adanya.
Dalam hidup ini, tidak ada yang benar-benar seutuhnya menikah dengan cinta, yang ada hanya pernikahan karena kompromi.
Yoga melepaskan pelukannya dan meletakkan tangannya di lenganku, memutarku agar bisa melihatnya, melihat alisku, dia dengan lembut menyentuhnya, lalu berkata, "Aku tidak peduli dengan masa lalumu, mulai hari ini, aku akan membuat setiap harimu bahagia."
Aku tersenyum kecut, lalu dengan diam menyandarkan kepalaku ke dada Yoga, "Gendut, selama masa penantianmu itu, pernahkah kamu sedetik saja ingin menyerah dan melepasku pergi?"
Yoga menggelengkan kepala, "Sekalipun tidak pernah, aku yakin dengan pasti kamu adalah milikku."
Aku tidak tahu dari mana Yoga mendapatkan kepercayaan diri seperti itu, tapi kali ini yang aku perlu hanya sebuah pernikahan yang datar, sebuah hidup yang tenang, aku tidak mau merasakan kegelisahan lagi, dan merepotkan keluargaku.
Jonathan, merupakan luka dalam hatiku, laki-laki yang selamanya tidak akan terjamah olehku, orang yang pernah melintas dan meninggalkan sesuatu di hatiku, aku pernah ingin memiliki, tapi bagai punguk merindukan bulan, aku tak berdaya.
Keluarga besar Yoga memberitakan pertunangan kami di media masa. Seluruh warga kota F heboh dibuatnya, semua orang mengagumi pernikahanku kali ini.
Demikian juga mantan suamiku, Ardy beberapa hari sebelum pertunanganku datang mencariku.
Dia mengajakku bertemu di sebuah cafe, awalnya aku tidak ingin pergi, namun dia berkata dia ingin menyampaikan sesuatu, mengenai siapa yang waktu itu membuatnya menikahiku. Aku begitu mendengarnya, tanpa ragu lagi berangkat menemui dia.
Ardy duduk di hadapanku, dengan santai dia mengaduk kopinya, tapi matanya memandangku lekat-lekat, lalu dengan perhatian berkata, "Kamu..kurusan."
Aku tersenyum sinis, "Kamu sudah berubah, dulu ketika kita tinggal bersama, sepertinya kamu tidak pernah menggunakan nada penuh perhatian seperti ini menanyakan keadaanku."
"Christine, kamu masih menyalahkanku atas perbuatanku padamu?" Ardy berhenti mengaduk kopinya, dengan sedikit tersinggung menatapku dan bertanya.
Aku menggeleng, "Tidak menyalahkan, kamu ini juga termasuk pangeran, selama tiga tahun pernikahan, kamu tidak pernah berbuat apa-apa terhadapku, aku..."
"Aku pernah menginginkanmu, itu kenapa setiap hari aku tidak pulang rumah, karena aku takut tidak bisa mengendalikan diri lalu akhirnya jatuh dalam api nafsuku." Ardy akhirnya menyampaikan suara hatinya, "Tapi aku tidak bisa berbuat seperti itu, orang itu terus menghubungiku, kalau aku sudah menidurimu, dia akan meminta segala yang kumiliki."
"Siapa?" Aku dengan tidak sabar memandang Ardy, siapa yang memiliki dendam sedemikian besar sampai tega melakukan hal itu padaku?
"Yoga Sudirman." Dua kata itu melesat keluar dari mulut Ardy bak sebuah anak panah yang dilepaskan dari busurnya,, membuatku tercengang, aku menggelengkan kepala, lalu tertawa dingin.
"Kamu ini mau membuat kebohongan seperti apa lagi Ardy? Semisal mau berbohong pun, carilah cerita yang sedikit masuk akal." Aku tidak percaya, lalu meminum kopi panas yang membuat mulutku terbakar.
"Aku bersungguh-sungguh." Ardy memberiku pandangan serius, "Awalnya aku mengira kamu akan bersama dengan Jonathan, benar-benar tidak aku sangka kamu akan menikah dengan Yoga, lelaki itu tidak bisa dipercaya, dia tidak akan bisa memberi kebahagiaan untukmu."
"Jangan bicara lagi." Aku dengan marah bangkit berdiri, dan berteriak keras padanya. Jujur, aku tidak sanggup menerima kenyataan ini. Aku ingin segera pergi meninggalkan cafe itu, tidak ingin meneruskan perbincanganku dengannya.
"Christine, kamu jangan emosi dulu." Ardy juga bangkit berdiri, mencegahku pergi, "Dulu aku mungkin pernah berbuat jahat padamu, tapi kita sudah melewati tiga tahun bersama, Christine, kamu harus percaya kepadaku, Yoga adalah laki-laki yang sudah mengatur pernikahanmu dan mengendalikan kehidupanmu."
Aku memandang Ardy dengan galak, "Kenapa kamu memberitahuku hal ini?"
"Apa yang aku tidak bisa dapatkan, Yoga juga tidak boleh mendapatkannya." Sebuah tawa keluar dengan lepas dari mulutnya, tawa yang penuh dengan kemunafikan, aku belum pernah berada sedekat ini dengan Ardy.
Aku tidak tahu apa yang pernah terjadi di antara Ardy dan Yoga, tapi aku yakin itu pasti ada hubungannya dengan uang.
Aku terduduk kembali, lemas, kutatap cangkir kopi itu dengan tatapan kosong.
"Christine, sejak kita bercerai, hidupku berat." Ardy bicara dengan suara pelan, lalu dengan sungguh-sungguh menatapku, "Setelah Linda melahirkan, aku seperti berubah menjadi orang yang berbeda, setiap hari Linda bak seorang pencuri memeriksa ponselku, datang ke kantor memukul sekretarisku, semua ini kamu belum pernah melakukannya."
Aku tertawa sinis, "Itu sebabnya aku bodoh."
"Bukan, bukan bodoh, aku tidak bisa menghargai saat aku bersama wanita sebaik kamu, demi sepeser uang aku tega menyakitimu, aku tahu, mungkin sekarang sudah terlalu terlambat bagiku untuk mengucapkannya, tapi aku sangat tidak berharap kamu termakan tipu muslihat Yoga." Kata-kata Ardy seakan sebuah tato panas yang menempel dalam hati.
Peringatan Ardy yang penuh perhatian itu menyakitiku lagi, semua niat baiknya, tidak lain hanya karena dirinya tidak ingin melihat Yoga mendapatkan apa yang Yoga inginkan, oleh karena itu dia memilih untuk balas dendam.
Apakah dendamnya membuatku sekali lagi merasakan apa yang disebut sakit?
Aku duduk terdiam di cafe itu, Ardy tidak mempedulikanku, ponselnya terus berdering, seakan dia punya banyak masalah yang perlu dia selesaikan, dia bangkit berdiri, menatapku, lalu berkata, "Hari ini ada masalah di perusahaanku, aku pergi dulu."
Aku tidak menanggapinya, aku terus memandangi jendela.
Di luar sudah mulai hujan, orang-orang mulai menepi, ketika suasana hati sedang tidak baik, bahkan langit pun seakan mengerti, sengaja memberiku latar belakang yang sendu.
Ponselku berdering, Yoga menelpon, setelah aku lihat lagi, aku langsung menutup teleponnya, lalu mematikan ponselku.
Aku tidak tahu aku di cafe itu sudah menghabiskan berapa cangkir kopi, ketika aku melangkah keluar, langit sudah gelap, rintikan air hujan mengepungku, membasahi jaketku dan juga membasahi hatiku yang penuh dengan lubang.
Meskipun aku tidak ingin mempercayai kata-kata Ardy, tapi aku masih mengingat perasaan itu, perasaan yang kurasa saat pertama kali aku berjumpa dengan Yoga.
Saat itu aku mengira dia membantu aku menyelesaikan masalah, sekarang sepertinya dia yang sedang berseteru dengan Ardy, dan karena kebetulan, Sarah mencarinya, dia juga secara tidak sengaja menemukanku.
Lalu dengan gila mulai mengejarku, terus berada di dekatku.
Aku akhirnya dipaksa Cynthia untuk menghabiskan sisa hidupku bersamanya, benar-benar menyedihkan!
Rintik air hujan sudah berhasil membuat rambut dan bajuku basah, hujan di musim dingin benar-benar dingin, aku gemetar dari ujung kaki sampai ujung kepala, aku tahu dengan seperti ini, aku sedang menyiksa diri, hanya untuk membuatku tersadar kembali.
Aku sudah melalui tiga tahun pernikahan yang kacau, sudah menjalin asmara dengan Jonathan sekian lama, sekarang akan bertunangan dengan orang yang ternyata menjadi otak dari pernikahanku yang kacau itu.
Aku merasa diriku ini sungguh kasihan, kenapa aku harus berkutat dengan masalah-masalah itu?
"Ah..." Aku tidak kuat lagi, jantung hatiku terasa seperti sedang di robek dari dalam, air hujan yang sedikit asin itu masuk ke dalam mulutku. Aku memejamkan mata, rintik air hujan yang turun itu bercampur dengan air mata yang mulai berjatuhan.
Tiba-tiba hujan berhenti membasahi kepalaku, ketika aku mendongak ke atas, aku melihat ada sebuah payung hitam yang besar di atas kepalaku, aku tersenyum sendiri. Dia tanpa diduga muncul di sini.
"Kamu belum lama ini keguguran, tidak boleh hujan-hujan." Dia berkata tanpa ekspresi.
Dia sedang memberiku perhatian? Aku memandangnya dengan samar." Aku wanita jalang ini tidak pantas mendapat perhatian dari CEO PT Weiss."
"Siapa yang peduli denganmu?" Jonathan meraih tanganku, menjejalkan gagang payung itu ke tanganku, lalu berlari masuk ke dalam mobil. Aku menyaksikan mobilnya pelan-pelan berjalan menjauh, aku dengan sekuat tenaga meremas payung itu, dan menggertakkan gigi.
Jonathan mungkin kebetulan sedang lewat jalan ini, PT Weiss berada di daerah sini, aku melupakan hal itu.
Aku sudah menjalani hidupku dengan kacau.
Tubuhku basah kuyup ketika sampai ke tempat Christoper. Kakak ipar membuatkan wedang jahe untukku, katanya dengan minum jahe, aku tidak akan mudah masuk angin, lalu memberiku pakaian ganti.
Aku berdiri di dekat jendela, memandang keluar ke hujan yang semakin lama semakin bertambah deras.
"Kenapa kamu gelisah, kenapa harus hujan-hujanan?" Christoper mengomel dari luar kamar. Dia tidak berani langsung bertatap muka denganku, karena dia tahu aku akan bertunangan dengan Yoga, yang juga merupakan tempatnya bersandar.
Tak selang berapa lama, Yoga datang, dia masuk ke dalam kamar, berdiri di belakangku, lalu dengan sedih berkata, "Christine, kamu ini pergi kemana, kamu tahu tidak semua orang sedang mengawatirkanmu?"
Aku tahu, aku menutup teleponnya, dia pasti menelepon ke rumah. Mamaku pasti menelepon Christoper, menanyakan apakah aku ada disana, kalau ada berita apapun tentangku, dia pasti akan pertama kali memberitahu.
Dengan begitu Yoga mengetahui aku sedang berada di tempat Christoper, lalu dia datang kemari.
Melihatku tidak bersuara, Yoga mendekat, ketika tangannya baru saja menyentuh pinggangku, aku menatapnya dengan tatapan yang dingin.
"Ada apa?" Yoga bertanya dengan bingung.
Novel Terkait
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaAwesome Guy
RobinBaby, You are so cute
Callie WangMenaklukkan Suami CEO
Red MapleUangku Ya Milikku
Raditya DikaMy Lady Boss
GeorgeMeet By Chance
Lena TanMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)