Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 205 Wanita yang kasar

“Ibu, tidak perlu mengatakan lagi, aku tidak pernah menyalahkanmu.” Aku berkata dengan acuh tak acuh, meskipun aku pernah mengeluh dalam hatiku, ada ketidakpuasan dan pernah adu mulut, tetapi aku tidak bermaksud jahat terhadap ibu mertuaku, aku tidak berhak menyalahkannya.

Dia juga adalah wanita yang hebat, menyimpan rahasia besar selama bertahun-tahun, meskipun sekarang rahasia itu terungkap, tetapi hasilnya bagus.

Aku dan ibu mertua berjalan pulang dari gunung, setelah aku mengantarnya pulang ke rumah Yi, aku pergi ke rumah sakit lagi, aku melihat sosok yang tidak asing di tempat parkir rumah sakit.

Dia adalah wanita Yoga Yin, aku tidak tahu apakah dia benar-benar istrinya, namun setiap kali aku melihatnya, dia selalu kelihatan sedih.

Lucy melihatku, dan perlahan-lahan melangkah maju, tersenyum pelan sambil berkata: “Aku datang untuk mengunjungi Bella.”

“Tidak perlu.“ Aku menolaknya dengan nada dingin, sekarang aku tidak ingin berhubungan dengan Keluarga Yin, meskipun pisau yang kutusukkan itu tidak berhasil membunuh Yoga Yin, tetapi itu sudah cukup baginya tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu.

“Nona Mo, menurutku ada beberapa hal yang perlu kujelaskan kepadamu.“ Lucy memanggilku yang tengah bersiap untuk pergi.”

Aku berbalik, menatap wanita malang yang di depanku ini, menyipitkan mataku, menatapnya dengan ironis, dan berkata: “Jika kamu datang hanya untuk membantu lelakimu, maaf, aku tidak menerimanya.”

“Bisakah kamu pergi ke suatu tempat bersamaku ?” Lucy menatapku dengan penuh harapan, “Aku berjanji setelah kamu melihatnya, jika kamu masih membenci Yoga, maka aku tidak akan mengatakan apapun lagi.”

“Aku tidak ingin pergi.” Aku melihat Lucy dengan acuh tak acuh, “Kecuali putriku Bella bisa sadar kembali dengan selamat, jika tidak, aku tidak akan memaafkan siapapun dari Keluarga Yin seumur hidup.”

“Nona Mo, jujur saja, seumur hidup aku tidak ingin kamu tahu tempat ini, tetapi Yoga telah dilukai olehmu, dan dia malah tidak menyalahkanmu, tetap bersikeras mengatakan bahwa dialah yang melukai dirinya sendiri, seorang pria telah melakukan hal yang menyedihkan hingga seperti ini, apakah kamu tidak tersentuh sama sekali ?“ Lucy bertanya dengan ragu, matanya terpaku padaku, emosinya timbul karena ketidakpedulianku, dan tiba-tiba matanya memerah.

“Apa yang kamu tahu ?” Aku mencibir, “Aku tidak ingin berbicara denganmu, kalau tidak ada urusan lain, pergilah!”

Setelah selesai pembicaraan, aku berbalik, baru berjalan beberapa langkah, hidung dan mulutku ditutupi oleh seseorang, aroma hidung tersedak yang tidak menyenangkan itu seketika mengena indraku, aku mencoba melawan beberapa kali, pandanganku kabur, dan mataku tertutup.

Ketika aku bangun, aku berada di sebuah ruangan yang dipenuhi dengan foto, di sekeliling terdapat fotoku yang tersenyum, bahkan hanya sebuah gerakan kecil.

Kepalaku sedikit pusing dan aku duduk di atas tempat tidur, aku tidak tahu dimanakah tempat ini ?

Aku mengangkat selimut dan turun dari tempat tidur, memaksakan diri untuk bertahan, dan dengan mata yang sedikit berat melihat foto-foto yang terpajang di dinding, dan hampir setiap masa-masaku ada di foto tersebut.

Siapa yang membuat ini ? Aku menelan ludah, pintu terbuka, dan Lucy masuk. Dia menutup pintu, menatapku dan berkata: “Nona Mo, apakah kamu sudah melihat foto-foto ini ?”

“Memangnya kenapa kalau aku sudah melihatnya ? “Aku menatapnya dengan dingin, dengan nafas yang sedikit tidak nyaman.”

“Yoga sangat mencintaimu, lihatlah foto-foto di dinding ini, senyummu terlihat begitu indah, jika ada seorang pria yang bersedia melakukan ini untukku, aku akan sangat tersentuh.” Lucy dengan iri menatap foto-foto yang ada di sekeliling, tiba-tiba melangkah maju, menarikku, dan memarahiku : “Kamu adalah wanita yang tidak tahu bersyukur, dan tidak pernah puas.”

“Aku memejamkan mata, dan merasa lemah, aku bahkan tidak berniat mendengar perkataan Lucy. Beraninya dia menculikku, caranya terlalu ekstrim.”

Dia mendorongku dengan kuat, aku bahkan tidak bisa berdiri dengan baik, dan langsung menabrak dinding, seketika seluruh tubuhku mati rasa dan sakit, dan terduduk di lantai yang dingin.

Aku melihatnnya, dan tersenyum dingin, “Kamu ingin membantu Yoga Yin untuk membalas dendam kepadaku, kemarilah, silahkan ambil pisau dan tusuklah ke area ini.” Aku menunjuk ke posisi jantungku, dan melihatnya seolah-olah tidak berdaya.

Lucy berjongkok, memegang daguku, melihat wajahku, dan berkata : “Apa yang baik darimu, mengapa Yoga begitu mencintaimu ?”

“Kamu memiliki dua pilihan, membiarkanku pergi atau membunuhku, silahkan dipilih.” Aku menertawai diriku sendiri, dengan suaraku yang sedikit serak.

“Aku tidak akan membunuhmu, Yoga tidak akan memaafkanku jika aku menyakitimu.” Lucy melepaskan daguku, “Setelah efek obatmu hilang, aku akan mengantarmu kembali ke rumah sakit.”

Setelah selesai pembicaraan, dia memapahku ke tempat tidur, “Aku hanya ingin kamu tahu bahwa cinta Yoga kepadamu tidak lebih sedikit dari CEO Yi.”

Setelah selesai pembicaraan, Lucy meninggalkan ruangan besar itu.

Aku tidur di tempat tidur dan melihat foto besar tepat di atasku, aku terus tersenyum dengan hangat, tanpa ada perasaan dendam dan rumit di mataku.

Air mataku mengalir keluar, aku juga pernah melewati masa-masa polos, mengapa orang harus melewati semua hal, mengapa orang lain bisa hidup sederhana, sedangkan aku hidup dengan penuh lika-liku.

Setelah aku berbaring lebih dari satu jam, efek obatnya sudah hilang, dan seluruh tubuhku kembali menjadi kuat. Aku bangkit, mendorong pintu dan turun, ternyata Lucy membawaku kembali ke Keluarga Yin.

Aku pernah tinggal di rumah ini, tidak canggung dan tidak asing, aku turun ke lantai bawah, mendapati seorang anak laki-laki yang sedang menumpuk balok bangunan, ketika dia melihatku, dia berdiri, dan menyapaku dengan sopan : “Halo tante.”

Aku mengangguk, dan menatap lebih dekat ke arah bocah ini, kedua alisnya sangat mirip dengan Yoga Yin, aku tersenyum ringan, dan bertanya : “Di manakah ibumu ?”

“Di sana.” Dia menunjuk ke arah dapur.

Aku melihatnya, tersenyum dengan tulus, membelai kepala anak itu dengan lembut, dan berbalik menuju ke dapur.

Begitu aku menuju ke dapur, aku melihat Lucy yang mengenakan celemek tengah berjongkok sambil mencuci sayur, musim dingin sangat dingin, tangannya memerah karena kedinginan, hanya dia seorang yang sedang sibuk.

“Lucy……” Setelah aku memanggilnya, dia mengangkat kepala, bangkit, dan membersihkan tangannya yang basah di celemek.

“Apakah kamu sudah membaik ?” Tanya Lucy dengan cemas, “Oh iya, aku memasak sedikit bubur, apakah kamu mau aku ambilkan semangkuk untukmu ?”

“Tidak perlu, aku ingin kembali ke rumah sakit, bisakah kamu mengantarku !” Aku berkata pelan dengan cemberut.”

“Makanlah sedikit !” Lucy sama sekali tidak mendengarkanku, dia berbalik, mengeluarkan mangkuk, kemudian menuangkannya untukku.

Aku tidak menerima, melototinya, dan mengulangi perkataanku : “Aku bilang aku tidak ingin makan, segera antar aku kembali ke rumah sakit.”

“Makanlah, tidak ada racun, jika kamu tidak percaya, aku akan menunjukkannya kepadamu.” Kemudian, Lucy menggunakan sendok dan meminum sesuap, membuktikan bahwa bubur itu tidak beracun, lalu tersenyum padaku.

Aku tidak tahu apakah ada yang salah dalam penyampaianku, atau apakah Lucy akan mengantarku pulang setelah aku meminum habis bubur ini.

“Aku tidak ingin minum.” Aku hanya ingin kembali ke rumah sakit untuk melihat Bella, aku tidak ada nafsu makan.

“Tidak masalah.” Lucy bersikeras memberikan kepadaku, tetapi aku menolaknya, di saat saling tolak menolak, mangkuk itu jatuh ke bawah, dan seketika semua berantakan.

Pada saat ini, tiba-tiba aku merasa ada hawa dingin dari belakangku, aku berbalik dan melihat bahwa putra Yoga Yin sedang memegang pistol air dan mengarahkan ke punggungku, sambil memarahiku : “Wanita jahat, wanita jahat, kamu telah menindas ibuku."

Setelah aku mendengar kata wanita jahat, hatiku terasa tidak nyaman.

Lucy melangkah maju menghentikan tingkah putranya, dia tersenyum padaku dengan malu, dan berkata : “Baiklah, jika kamu tidak ingin makan, maka aku akan mengantarmu kembali ke rumah sakit.”

Setelah itu, dia melepaskan celemeknya, kemudian menarik anak itu ke belakang, tidak lama kemudian, aku mendengar suara tangisan anak itu, aku berjalan mencari suara tangisan itu, dan mendapati bahwa Lucy sedang memukul anak itu, dan mencubitnya dengan kuat.

Anak itu menangis dan menjerit kesakitan, berusaha mengelak.

Melihat kejadian tersebut, aku segera menghentikannya, menarik anak itu, dan bertanya dengan ragu : “Mengapa kamu memukul anak ?”

“Bukan urusanmu.” Lucy mengabaikanku, dan meneriaki anak itu : “Jay, kemarilah, kalau tidak, kamu akan merasakan kesakitan lagi.”

“Lucy, kamu tidak perlu mempermasalahkan hal sepele ini jika hanya karena dia menyemprotkan air dengan pistol air kepadaku.“ Aku membujuknya, tetapi dia tidak bisa mendengarnya sedikitpun, dan langsung menarik anak itu dari belakangku, dan kembali memukulnya.

Dia terus mengomel : “Itu karena kamu tidak patuh sehingga ayahmu membencimu, tidak menyukaimu, mengapa kamu tidak mau berusaha sedikitpun, mengapa……”

Aku tidak tahu kehidupan seperti apa yang dilalui Lucy, tetapi ketika dia menggunakan anak itu untuk melampiaskan amarahnya, aku berpikir dia sangat menyedihkan.

Aku melangkah maju, dan menarik Lucy untuk menghentikannya agar tidak memukul anak itu lagi. Dia tidak mendengarkan, dan ketika aku mengatakan aku ingin memanggil polisi, dia akhirnya tenang, dan berbalik berjalan menuju ke lobi.

Aku melangkah maju, ketika menyentuh anak ini, dia sangat ketakutan.

Aku menarik lengannya, dan dia berteriak kesakitan sambil mengerutkan kening, aku menggulungkan lengan bajunya dan melihat, seluruh lengannya yang putih dan lembut itu penuh dengan memar, aku terkejut, sambil menggigit dan menggencangkan bibir.

Lucy sangat kasar, biasanya dia kelihatan lemah lembut, tak disangka ternyata dia memukul anak hingga seperti ini.

“Apakah kamu sakit ?” Mataku sedikit masam.

Anak itu menggelengkan kepalanya, “Tante, ibuku marah, biarkan dia memukulku,setelah itu dia pasti akan kembali tenang."

Kata-kata anak yang polos itu membuat air mataku mengalir keluar seketika, aku memeluknya, membelai rambutnya dengan lembut, dan berkata : “Apakah ibumu sering memukulmu ?”

Anak itu mengangguk, “Ketika ayahku mengabaikan ibuku, ibuku akan memukuliku.”

“Tidak boleh membiarkannya terus seperti itu, aku akan membawamu pergi dari sini.” Aku tidak bisa membiarkan Lucy memukul anak kecil hingga seperti ini.

Aku memegang tangan Jay, dan ketika bersiap membawanya pergi, dia menolaknya.

Dia menggoyangkan tanganku, dan berkata : “Tante, aku tidak boleh pergi, jika aku pergi, maka hanya tersisa ibuku sendirian.”

Suara lembut anak itu seketika membuatku menangis. Dia masih kecil, mengapa dia bisa begitu mengerti, alasan yang dia katakan membuatku sedih.

“Tetapi apakah kamu tidak takut jika ibumu memukulmu?” Dengan mata berkaca-kaca, aku menatap sedih bocah kecil yang ada di depanku, anak itu tidak tinggi, dan dia tersenyum tipis dengan wajahnya yang polos.

“Ibu memukulku dengan keras.” Kata bocah itu dengan jujur, “Tetapi ibuku hanya memilikiku, dan aku hanya memiliki ibu, kami tidak boleh berpisah.”

“Aku mengerti.” Aku tersentuh sambil mengerutkan kening.

“Aku melihat foto tante di kamar ayahku, ibuku mengatakan bahwa ayah hanya menyukai tante.” Kedua mata anak ini bersinar, menatapku, dan memohon kepadaku : “Tante, aku mohon, bolehkah mengembalikan ayahku ?”

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu