Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik

Saat mendengar kata-kataku bibir Julie yang semula tersenyum mendadak menjadi kaku.

“Tidak mungkin, siapa yang mempunyai hak untuk memecat Bryan?” Julie tidak percaya sambil melihatku, “Bryan demi PT. Weiss begitu berusaha dengan sepenuh hati, bagaimana mungkin di……”

“Barusan CEO Yi datang sendiri.” kataku apa adanya.

Mendengar ini, Julie benar-benar tidak ada harapan lagi, terasa hancur sambil merapatkan erat bibirnya, kembali ke tempatnya. Dari siang dia duduk tanpa bergerak sedikitpun, layar komputer juga dalam keadaan gelap.

Saat jam pulang kerja, beberapa rekan wanita yang mempunyai hubungan baik dengannya sudah langsung pergi, bahkan sampai tidak menyapanya.

Aku melangkah ke arahnya, pelan-pelan mendorong pundaknya. Hanya melihatnya terkejut sebentar, mengangkat kepalanya dengan pelan, menatapku dan berkata : “Christine, kamu pulang dulu saja!”

“Akan kuantar kamu.” kataku dengan berbagai perasaan.

“Tidak perlu, aku ingin duduk sebentar lagi.” Julie menolak niat baikku, aku tahu dia duduk terus dari tadi siang, sampai sekarang masih tidak berani percaya akan masalah manajer Bai.

Aku menariknya untuk bangun, berkata : “Sudah kukatakan akan kuantar kamu, kamu harus pergi denganku.”

Julie pergi dengan tarikan aku, sampai ke basement aku memasukkannya ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil dan mendapati dirinya diam di samping jendela mobil. Saat sudah tidak ada orang lain lagi, akhirnya dia mulai menangis sejadi-jadinya.

Aku sungguh tidak tahu mengapa diriku ingin menariknya keluar. Mungkin dengan kepergian manajer Bai, dia tidak perlu menjadi selingkuhan pria itu lagi, mestinya dia bisa hidup dengan lebih sedikit terhormat.

Aku membawanya ke Café en Seine, setelah parkir mobil, aku traktir dia minum kopi.

Dia melihat ke sekitar, dan berkata : “Aku tidak pernah minum kopi di sini, sepertinya sangat mahal?”

Julie yang biasa terlihat begitu sombong, tidak disangka menanyakan padaku harga kopi ini, aku mendengarnya hingga membuat hatiku sedikit perih, dengan senyum kecil aku berkata : “Aku yang traktir.”

“Tentu saja kamu yang traktir, kamu yang membawaku ke sini, kalau bukan kamu yang traktir, memangnya aku?” Julie pura-pura tersenyum riang. Aku menatap tajam ke matanya yang pura-pura seakan-akan tidak terjadi apa-apa, sungguh ingin sekali bisa mengerti wanita satu ini yang kelihatannya begitu rumit.

Barangkali karena tatapan aku, dia tidak bisa sembunyi lagi, Julie hanya bisa mengangkat bahu tanpa daya, menghela napas panjang, lalu berkata : “Aku merasa diriku sangat menyedihkan, gaji yang diterima setiap bulan harus kukirimkan kepada keluarga, apa kamu tahu, aku memiliki seorang anak laki-laki, autis, aku menitipkannya pada mamaku, setiap bulan harus mengeluarkan uang yang banyak.”

“Ayah dari anak itu……”

“Bukan Bryan.” Di mata Julie tergenang air mata, kehidupan yang tak berdaya dan sulit terlukis di wajahnya, “Aku tidak tahu mengapa aku menceritakan ini padamu, bukan karena ingin menarik simpati darimu. Kamu juga sudah lihat, saat ada Bryan, rekan wanita di kantor, setiap hari dengan akrab mengajak pulang bersama, coba lihat hari ini……”

Julie merapatkan bibirnya, dan tersungging sebuah senyuman, “Ini yang disebut orang baik yang diintimidasi dan dimanfaatin.”

Aku terdiam, mendengar kata ini, perasaan di hatiku bercampur aduk, barangkali setiap orang jahat di belakangnya selalu ada bagian menyedihkan yang tidak diketahui orang lain.

Aku selalu merasa nasibku yang kurang baik, tidak disangka di dunia ini masih ada orang yang nasibnya lebih buruk dariku dan ada di mana-mana.

“Julie, ingin membuat rekan kerja tidak meremehkanmu, kamu harus berjuang untuk merebut posisi Bryan, ketika kamu mencapainya, dengan sendirinya orang-orang akan memandang tinggi dirimu.” Aku memberi semangat pada Julie, meskipun aku dan dia bergaul belum lama, tapi kemampuan kerja dan profesionalitasnya tidak buruk dibanding yang lain.

Sebelumnya dia selalu sembunyi di belakang sayap Bryan, karena merasa santai, puas jadi tidak ingin lebih berusaha lagi.

Dia menatapku, “Kamu pikir aku bisa? Bryan pergi, semua orang di kantor ingin jabatan ini, biarpun aku berusaha tapi belum tentu bisa aku dapatkan.”

“Kalau kamu tidak berusaha, bagaimana tahu tidak bisa?” lanjut aku untuk meyakinkan dirinya. Mengenai niat pribadi Jonathan, tidak aku hiraukan. Aku hanya ingin biasa-biasa saja, tidak ingin panjat terlalu tinggi dan kerja hingga keletihan.

“Terima kasih, Christine. Waktu pertama kali kamu masuk kerja, aku malah seperti itu terhadapmu. Tidak disangka……sekarang yang paling baik terhadapku malah dirimu.” keluh Julie sambil menyesap kopinya.

Ini adalah pembicaraan yang serius antara aku dan Julie, setelah selesai malah masuk ke dalam keheningan.

Terpisah oleh kaca, aku melirik dan melihat lampu jalan di luar yang mulai menyala hangat, mobil lalu lalang di sepanjang jalan. Tepat saat aku merasa gelisah, sebuah suara yang tidak asing terdengar dari belakang.

“Christine……”

Aku mencari dan melihat seorang pria dengan perawakan tinggi memakai kacamata hitam sedang berdiri di sampingku, sekali lihat aku sudah bisa mengenalinya, dia Justin, seketika aku terkejut.

Dia mengapa ada di sini?

“Justin, mengapa bisa ada di sini?” Aku masih kaget dan melihatnya, ketika dia melepaskan kacamata hitamnya, Julie menjadi bengong dan lupa dengan kesedihannya, senang hingga bibirnya bergetar.

“Justin, kamu justin kan?” Julie dengan ekspresi tidak percaya sambil melihat Justin.

“Boleh kasih tempat duduknya?” Justin menyunggingkan senyum basa basi, “Ada yang ingin aku bicarakan dengan Christine, tidak leluasa ada kamu di sini.”

“Oh, aku mengerti.” jawab Julie melongo, tiba-tiba dia melepaskan mantelnya, di balik mantelnya dia memakai sebuah kemeja putih, dia memunggungi Justin, membungkuk sedikit, dengan gembira berkata : “Justin, boleh tanda tangan untukku?”

Tanpa keberatan, Justin segera tanda tangan.

Julie sangat senang bisa foto bersama Justin, kemudian menepuk-nepuk bahuku, dan berkata : “Christine, aku pergi dulu, sampai ketemu besok di kantor.”

Aku mengangguk, dengan mata mengantar kepergian Julie.

Justin duduk di depanku, tatapannya tertuju tajam padaku, ada sedikit perasaan aneh, pada saat itu di telepon dia menekankan harus bertemu muka, hari ini kebetulan sekali bertemu di sini.

“Ada apa?” Aku langsung bertanya.

“Thia hamil.” Aku terkejut mendengar kata-katanya, Cynthia hamil, begitu cepat?

“Dia ingin aku bertanggung jawab, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang?” Justin mengernyitkan dahi tanpa daya, “Sekarang aku tidak tahu bagaimana menghadapi hubungan ini, dia benar-benar seorang wanita yang sangat aneh.”

“Mengapa bilang begitu?” Aku tidak mengerti.

“Aku tidak bilang tidak mau tanggung jawab, walaupun kali itu dia meminta kamu untuk datang, juga memasang perangkap untukku, aku juga tidak menyalahkan dia. Aku menjemputnya dan datang ke apartemenku, agar bisa melayaninya dengan baik, tapi dia malah semakin aneh.” Justin menangkup keningnya, ada sedikit sakit sambil menekan pelipisnya.

“Jika kamu mencintai dia, kalau sudah hamil, maka beri dia status. Atau apakah kamu takut setelah mengumumkan hubungan ini, akan mempengaruhi karirmu?” Aku bisa menebak satu-satunya alasan yang membuat Justin sakit kepala.

“Beberapa hari ini aku sakit, tenggorokan tidak enak, sedikit batuk.” Seusai bicara, Justin terbatuk-batuk di depanku, lanjutnya : “Kemarin aku takut mengganggu tidurnya Chyntia, lalu aku tidur di ruang tamu, tapi dia tidak mengizinkan aku ke ruang tamu, tahu alasannya apa?”

“Karena kasihan padamu?” tanyaku ragu dengan kerutan di alis.

“Omong kosong dengan kasihan.” Justin mendadak menjadi marah, “Kamu tidak tahu betapa abnormalnya dia. Dia bilang padaku, lebih baik aku tidak tidur di ruang tamu, kalau tidak dia tidak bisa menjelaskan bagaimana bayinya bisa ada di perut.”

Jawaban ini membuatku seperti tersambar hampir muntah darah, aku berpikir lagi, memang dia hamilnya terlalu cepat hingga mempunyai kekuatiran seperti ini yang tidak bisa dihindari.

“Ada lagi, aku batuk semalaman, merasa tidak nyaman sekali. Besok paginya, dia bangun lalu bertengkar denganku, bilang aku sengaja batuk dan tidak ingin membiarkan dia tidur nyenyak.” Justin merapatkan bibirnya menahan marah, “Dia yang ingin aku kembali tidur di kamar, lalu yang sengaja bikin perkara juga dia.”

“Nah jadi bagaimana kamu mengurusnya?” tanyaku pada Justin, melihat dia begitu menderita, aku juga tidak tahu bagaimana menghiburnya, bahkan aku tidak tahu mengapa dia mencariku untuk mencurahkan isi hatinya.

“Aku tidak tahu harus bagaimana mengurusnya, pandanganku terhadap Cynthia dulu bagaikan dewi yang suci dan cantik, aku menghormati dan mencintainya. Tapi aku tidak tahu dia begitu abnormal.” Justin tersenyum pahit, “Sekarang dia menyuruhku, agar apartemen dan juga harta yang tidak bergerak lainnya yang atas namaku diubah menjadi namanya, dia bilang dia sedang hamil anakku dan ingin merasa aman dan terjamin.”

Aku terdiam, tidak tahu harus bagaimana menyahut kata-katanya. Apalagi sekarang dia sudah menjemput Cynthia ke apartemennya.

“Christine, kamu punya banyak ide, bantu aku pikir satu cara untuk melepaskan diri dari iblis Cynthia itu, aku benar-benar akan menjadi gila, kalau begini terus aku tidak bisa bergelut di dalam dunia hiburan lagi.” Justin merasa tertekan, tapi dia telah menunjukkan tujuannya ingin bertemu denganku.

Apa maksudnya aku memiliki banyak ide?

Ingin aku memikirkan cara agar Cynthia keluar dari hidup Justin? Aku tidak memiliki kemampuan itu, sekarang aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Cynthia. Sejak saat tahu dia ingin menjebak diriku, aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengannya.

“Maaf, Justin, aku tidak bisa bantu masalah kamu.” Jawabku dengan dingin, “Cynthia hamil anakmu, mau bagaimana abnormalnya dia, itu juga karena dirimu, harus bagaimana urusnya itu masalah kamu sendiri, dan bukan masalahku.”

Aku berdiri, baru saja berniat untuk pergi, Justin menarik pergelangan tanganku, dengan tatapan tulus melihatku, “Melihat dari bagian aku membantumu menjadi duta merek, tolong pikirkan satu cara untuk mengurus masalah ini, sungguh……”

“Justin, memandang kita adalah teman, aku hanya bisa mengatakan, siapa yang menjemput Cynthia, maka dia yang harus bertanggung jawab untuk seumur hidupnya.” Selesai bicara, dengan sekuat tenaga aku melepaskan tanganku dari Justin.

“Begini sama saja kamu tidak mengatakan caranya padaku.” Raung Justin cemas, dalam sekejap tatapan orang-orang di cafe yang tenang ini mengarah ke arah kami.

Lalu Justin memakai kacamata hitamnya, dia sangat memperhatikan imagenya.

Aku melirik pada Justin yang ketakutan, mengejeknya, “Kamu juga bukan orang yang baik, setelah kamu pergi dari hotel, memanfaatkan media sosial agar para penggemarmu menjadi saksi. Karena menjaga reputasimu, sekali lagi kamu menjadi populer, cara yang begitu pun bisa kamu pikirkan, kamu lebih hebat dariku.”

Justin tidak mampu berkata apa-apa lagi mendengar ucapanku.

Aku Christine apa terlihat seperti orang bodoh? Mengapa masalah untuk menggempur musuh selalu ada orang yang ingat denganku, apakah aku memang bodoh sampai tidak ada obatnya, setiap kali harus mewakili orang untuk menahan peluru?

Aku hanya ingin menjalani hidup yang biasa saja, tidak berpikir ingin menjadi terkenal dalam semalaman, atau juga masalah menjadi kaya dalam sekejap. Patuh pada hukum dan berkelakuan baik, kalaupun langit runtuh ada Jonathan yagn menahannya, aku cukup bersembunyi di bawah sayapnya, kehidupan yang tenang, tidak menimbulkan masalah baginya itu sudah cukup.

Aku meninggalkan cafe dan kembali ke rumah keluarga Yi.

Sepertinya Jonathan belum pulang, aku tahu dia pasti sangat sibuk.

Sekitar jam sembilan Jonathan baru tiba di rumah, saat membuka pintu kamar, dia bersandar di depan pintu, menatapku yang ada di kepala ranjang dengan alis mengkerut, dan mengejek : “Manajer Mo, mengapa hari ini begitu anteng?”

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu