Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
Saat mendengar kata-kataku bibir Julie yang semula tersenyum mendadak menjadi kaku.
“Tidak mungkin, siapa yang mempunyai hak untuk memecat Bryan?” Julie tidak percaya sambil melihatku, “Bryan demi PT. Weiss begitu berusaha dengan sepenuh hati, bagaimana mungkin di……”
“Barusan CEO Yi datang sendiri.” kataku apa adanya.
Mendengar ini, Julie benar-benar tidak ada harapan lagi, terasa hancur sambil merapatkan erat bibirnya, kembali ke tempatnya. Dari siang dia duduk tanpa bergerak sedikitpun, layar komputer juga dalam keadaan gelap.
Saat jam pulang kerja, beberapa rekan wanita yang mempunyai hubungan baik dengannya sudah langsung pergi, bahkan sampai tidak menyapanya.
Aku melangkah ke arahnya, pelan-pelan mendorong pundaknya. Hanya melihatnya terkejut sebentar, mengangkat kepalanya dengan pelan, menatapku dan berkata : “Christine, kamu pulang dulu saja!”
“Akan kuantar kamu.” kataku dengan berbagai perasaan.
“Tidak perlu, aku ingin duduk sebentar lagi.” Julie menolak niat baikku, aku tahu dia duduk terus dari tadi siang, sampai sekarang masih tidak berani percaya akan masalah manajer Bai.
Aku menariknya untuk bangun, berkata : “Sudah kukatakan akan kuantar kamu, kamu harus pergi denganku.”
Julie pergi dengan tarikan aku, sampai ke basement aku memasukkannya ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil dan mendapati dirinya diam di samping jendela mobil. Saat sudah tidak ada orang lain lagi, akhirnya dia mulai menangis sejadi-jadinya.
Aku sungguh tidak tahu mengapa diriku ingin menariknya keluar. Mungkin dengan kepergian manajer Bai, dia tidak perlu menjadi selingkuhan pria itu lagi, mestinya dia bisa hidup dengan lebih sedikit terhormat.
Aku membawanya ke Café en Seine, setelah parkir mobil, aku traktir dia minum kopi.
Dia melihat ke sekitar, dan berkata : “Aku tidak pernah minum kopi di sini, sepertinya sangat mahal?”
Julie yang biasa terlihat begitu sombong, tidak disangka menanyakan padaku harga kopi ini, aku mendengarnya hingga membuat hatiku sedikit perih, dengan senyum kecil aku berkata : “Aku yang traktir.”
“Tentu saja kamu yang traktir, kamu yang membawaku ke sini, kalau bukan kamu yang traktir, memangnya aku?” Julie pura-pura tersenyum riang. Aku menatap tajam ke matanya yang pura-pura seakan-akan tidak terjadi apa-apa, sungguh ingin sekali bisa mengerti wanita satu ini yang kelihatannya begitu rumit.
Barangkali karena tatapan aku, dia tidak bisa sembunyi lagi, Julie hanya bisa mengangkat bahu tanpa daya, menghela napas panjang, lalu berkata : “Aku merasa diriku sangat menyedihkan, gaji yang diterima setiap bulan harus kukirimkan kepada keluarga, apa kamu tahu, aku memiliki seorang anak laki-laki, autis, aku menitipkannya pada mamaku, setiap bulan harus mengeluarkan uang yang banyak.”
“Ayah dari anak itu……”
“Bukan Bryan.” Di mata Julie tergenang air mata, kehidupan yang tak berdaya dan sulit terlukis di wajahnya, “Aku tidak tahu mengapa aku menceritakan ini padamu, bukan karena ingin menarik simpati darimu. Kamu juga sudah lihat, saat ada Bryan, rekan wanita di kantor, setiap hari dengan akrab mengajak pulang bersama, coba lihat hari ini……”
Julie merapatkan bibirnya, dan tersungging sebuah senyuman, “Ini yang disebut orang baik yang diintimidasi dan dimanfaatin.”
Aku terdiam, mendengar kata ini, perasaan di hatiku bercampur aduk, barangkali setiap orang jahat di belakangnya selalu ada bagian menyedihkan yang tidak diketahui orang lain.
Aku selalu merasa nasibku yang kurang baik, tidak disangka di dunia ini masih ada orang yang nasibnya lebih buruk dariku dan ada di mana-mana.
“Julie, ingin membuat rekan kerja tidak meremehkanmu, kamu harus berjuang untuk merebut posisi Bryan, ketika kamu mencapainya, dengan sendirinya orang-orang akan memandang tinggi dirimu.” Aku memberi semangat pada Julie, meskipun aku dan dia bergaul belum lama, tapi kemampuan kerja dan profesionalitasnya tidak buruk dibanding yang lain.
Sebelumnya dia selalu sembunyi di belakang sayap Bryan, karena merasa santai, puas jadi tidak ingin lebih berusaha lagi.
Dia menatapku, “Kamu pikir aku bisa? Bryan pergi, semua orang di kantor ingin jabatan ini, biarpun aku berusaha tapi belum tentu bisa aku dapatkan.”
“Kalau kamu tidak berusaha, bagaimana tahu tidak bisa?” lanjut aku untuk meyakinkan dirinya. Mengenai niat pribadi Jonathan, tidak aku hiraukan. Aku hanya ingin biasa-biasa saja, tidak ingin panjat terlalu tinggi dan kerja hingga keletihan.
“Terima kasih, Christine. Waktu pertama kali kamu masuk kerja, aku malah seperti itu terhadapmu. Tidak disangka……sekarang yang paling baik terhadapku malah dirimu.” keluh Julie sambil menyesap kopinya.
Ini adalah pembicaraan yang serius antara aku dan Julie, setelah selesai malah masuk ke dalam keheningan.
Terpisah oleh kaca, aku melirik dan melihat lampu jalan di luar yang mulai menyala hangat, mobil lalu lalang di sepanjang jalan. Tepat saat aku merasa gelisah, sebuah suara yang tidak asing terdengar dari belakang.
“Christine……”
Aku mencari dan melihat seorang pria dengan perawakan tinggi memakai kacamata hitam sedang berdiri di sampingku, sekali lihat aku sudah bisa mengenalinya, dia Justin, seketika aku terkejut.
Dia mengapa ada di sini?
“Justin, mengapa bisa ada di sini?” Aku masih kaget dan melihatnya, ketika dia melepaskan kacamata hitamnya, Julie menjadi bengong dan lupa dengan kesedihannya, senang hingga bibirnya bergetar.
“Justin, kamu justin kan?” Julie dengan ekspresi tidak percaya sambil melihat Justin.
“Boleh kasih tempat duduknya?” Justin menyunggingkan senyum basa basi, “Ada yang ingin aku bicarakan dengan Christine, tidak leluasa ada kamu di sini.”
“Oh, aku mengerti.” jawab Julie melongo, tiba-tiba dia melepaskan mantelnya, di balik mantelnya dia memakai sebuah kemeja putih, dia memunggungi Justin, membungkuk sedikit, dengan gembira berkata : “Justin, boleh tanda tangan untukku?”
Tanpa keberatan, Justin segera tanda tangan.
Julie sangat senang bisa foto bersama Justin, kemudian menepuk-nepuk bahuku, dan berkata : “Christine, aku pergi dulu, sampai ketemu besok di kantor.”
Aku mengangguk, dengan mata mengantar kepergian Julie.
Justin duduk di depanku, tatapannya tertuju tajam padaku, ada sedikit perasaan aneh, pada saat itu di telepon dia menekankan harus bertemu muka, hari ini kebetulan sekali bertemu di sini.
“Ada apa?” Aku langsung bertanya.
“Thia hamil.” Aku terkejut mendengar kata-katanya, Cynthia hamil, begitu cepat?
“Dia ingin aku bertanggung jawab, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang?” Justin mengernyitkan dahi tanpa daya, “Sekarang aku tidak tahu bagaimana menghadapi hubungan ini, dia benar-benar seorang wanita yang sangat aneh.”
“Mengapa bilang begitu?” Aku tidak mengerti.
“Aku tidak bilang tidak mau tanggung jawab, walaupun kali itu dia meminta kamu untuk datang, juga memasang perangkap untukku, aku juga tidak menyalahkan dia. Aku menjemputnya dan datang ke apartemenku, agar bisa melayaninya dengan baik, tapi dia malah semakin aneh.” Justin menangkup keningnya, ada sedikit sakit sambil menekan pelipisnya.
“Jika kamu mencintai dia, kalau sudah hamil, maka beri dia status. Atau apakah kamu takut setelah mengumumkan hubungan ini, akan mempengaruhi karirmu?” Aku bisa menebak satu-satunya alasan yang membuat Justin sakit kepala.
“Beberapa hari ini aku sakit, tenggorokan tidak enak, sedikit batuk.” Seusai bicara, Justin terbatuk-batuk di depanku, lanjutnya : “Kemarin aku takut mengganggu tidurnya Chyntia, lalu aku tidur di ruang tamu, tapi dia tidak mengizinkan aku ke ruang tamu, tahu alasannya apa?”
“Karena kasihan padamu?” tanyaku ragu dengan kerutan di alis.
“Omong kosong dengan kasihan.” Justin mendadak menjadi marah, “Kamu tidak tahu betapa abnormalnya dia. Dia bilang padaku, lebih baik aku tidak tidur di ruang tamu, kalau tidak dia tidak bisa menjelaskan bagaimana bayinya bisa ada di perut.”
Jawaban ini membuatku seperti tersambar hampir muntah darah, aku berpikir lagi, memang dia hamilnya terlalu cepat hingga mempunyai kekuatiran seperti ini yang tidak bisa dihindari.
“Ada lagi, aku batuk semalaman, merasa tidak nyaman sekali. Besok paginya, dia bangun lalu bertengkar denganku, bilang aku sengaja batuk dan tidak ingin membiarkan dia tidur nyenyak.” Justin merapatkan bibirnya menahan marah, “Dia yang ingin aku kembali tidur di kamar, lalu yang sengaja bikin perkara juga dia.”
“Nah jadi bagaimana kamu mengurusnya?” tanyaku pada Justin, melihat dia begitu menderita, aku juga tidak tahu bagaimana menghiburnya, bahkan aku tidak tahu mengapa dia mencariku untuk mencurahkan isi hatinya.
“Aku tidak tahu harus bagaimana mengurusnya, pandanganku terhadap Cynthia dulu bagaikan dewi yang suci dan cantik, aku menghormati dan mencintainya. Tapi aku tidak tahu dia begitu abnormal.” Justin tersenyum pahit, “Sekarang dia menyuruhku, agar apartemen dan juga harta yang tidak bergerak lainnya yang atas namaku diubah menjadi namanya, dia bilang dia sedang hamil anakku dan ingin merasa aman dan terjamin.”
Aku terdiam, tidak tahu harus bagaimana menyahut kata-katanya. Apalagi sekarang dia sudah menjemput Cynthia ke apartemennya.
“Christine, kamu punya banyak ide, bantu aku pikir satu cara untuk melepaskan diri dari iblis Cynthia itu, aku benar-benar akan menjadi gila, kalau begini terus aku tidak bisa bergelut di dalam dunia hiburan lagi.” Justin merasa tertekan, tapi dia telah menunjukkan tujuannya ingin bertemu denganku.
Apa maksudnya aku memiliki banyak ide?
Ingin aku memikirkan cara agar Cynthia keluar dari hidup Justin? Aku tidak memiliki kemampuan itu, sekarang aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Cynthia. Sejak saat tahu dia ingin menjebak diriku, aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengannya.
“Maaf, Justin, aku tidak bisa bantu masalah kamu.” Jawabku dengan dingin, “Cynthia hamil anakmu, mau bagaimana abnormalnya dia, itu juga karena dirimu, harus bagaimana urusnya itu masalah kamu sendiri, dan bukan masalahku.”
Aku berdiri, baru saja berniat untuk pergi, Justin menarik pergelangan tanganku, dengan tatapan tulus melihatku, “Melihat dari bagian aku membantumu menjadi duta merek, tolong pikirkan satu cara untuk mengurus masalah ini, sungguh……”
“Justin, memandang kita adalah teman, aku hanya bisa mengatakan, siapa yang menjemput Cynthia, maka dia yang harus bertanggung jawab untuk seumur hidupnya.” Selesai bicara, dengan sekuat tenaga aku melepaskan tanganku dari Justin.
“Begini sama saja kamu tidak mengatakan caranya padaku.” Raung Justin cemas, dalam sekejap tatapan orang-orang di cafe yang tenang ini mengarah ke arah kami.
Lalu Justin memakai kacamata hitamnya, dia sangat memperhatikan imagenya.
Aku melirik pada Justin yang ketakutan, mengejeknya, “Kamu juga bukan orang yang baik, setelah kamu pergi dari hotel, memanfaatkan media sosial agar para penggemarmu menjadi saksi. Karena menjaga reputasimu, sekali lagi kamu menjadi populer, cara yang begitu pun bisa kamu pikirkan, kamu lebih hebat dariku.”
Justin tidak mampu berkata apa-apa lagi mendengar ucapanku.
Aku Christine apa terlihat seperti orang bodoh? Mengapa masalah untuk menggempur musuh selalu ada orang yang ingat denganku, apakah aku memang bodoh sampai tidak ada obatnya, setiap kali harus mewakili orang untuk menahan peluru?
Aku hanya ingin menjalani hidup yang biasa saja, tidak berpikir ingin menjadi terkenal dalam semalaman, atau juga masalah menjadi kaya dalam sekejap. Patuh pada hukum dan berkelakuan baik, kalaupun langit runtuh ada Jonathan yagn menahannya, aku cukup bersembunyi di bawah sayapnya, kehidupan yang tenang, tidak menimbulkan masalah baginya itu sudah cukup.
Aku meninggalkan cafe dan kembali ke rumah keluarga Yi.
Sepertinya Jonathan belum pulang, aku tahu dia pasti sangat sibuk.
Sekitar jam sembilan Jonathan baru tiba di rumah, saat membuka pintu kamar, dia bersandar di depan pintu, menatapku yang ada di kepala ranjang dengan alis mengkerut, dan mengejek : “Manajer Mo, mengapa hari ini begitu anteng?”
Novel Terkait
Untouchable Love
Devil BuddyPergilah Suamiku
DanisUangku Ya Milikku
Raditya DikaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiHabis Cerai Nikah Lagi
GibranThis Isn't Love
YuyuMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)