Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
Setelah selesai menjawab telepon, Sean kembali ke kantor, dia tersenyum kepadaku dan Kak Dewi.
"Maaf, maaf. Kerjaan kantor terlalu sibuk, saya harus melakukan semuanya sendirian. Sebenarnya, capek juga. Tadi sampai mana ya?"
"Tidak apa Pak Sean. Tadi kami berbicara tentang endorse untuk Christine, untuk biayanya bagaimana ya?" ujar Kak Dewi, dia tersenyum ramah.
Kak Dewi memang sangat hebat dalam berbisnis, tentu saja dia membicarakan uang, kalau tidak, bagaimana karyawan-karyawan di Rainbow Entertainment bisa hidup?
"Tenang saja, untuk cek pembayaran, Bu Dewi sebutkan saja nominalnya." Ujar Sean mantap. Dia melirik Kak Dewi dan kemudian kepadaku.
"Christine, sepertinya ada yang ingin dibicarakan?" Lanjutnya. Sepertinya, dia dapat merasakan ada sesuatu di pikiranku.
Setelah mendengarkan percakapan mereka di telepon, aku bertanya-tanya, apa hubungan Sean dengan Cynthia? Bagaimana dia bisa mengancam Cynthia?
Semuanya adalah misteri bagiku.
"Christine, kamu kenapa?" Kak Dewi membuyarkan lamunanku, aku terperanjat.
"Maaf, hari ini saya kurang enak badan. Maafkan kalau perilaku saya kurang baik." Jawabku.
"Bagaimana kalau saya antar ke rumah sakit?" Tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari mulut Sean.
"Tidak perlu, saya hanya kurang tidur saja. Saya cukup beristirahat di rumah." Jawabku.
"Oh begitu!" Ujar Sean sembari tersenyum dan mengangguk.
Sorot mata Sean benar-benar membuatku tidak nyaman. Sebenarnya, aku tidak ingin menolak pekerjaan ini. Tetapi, setelah mendengar bahwa Sean mengenal Cynthia...... aku tidak lagi menginginkan pekerjaan ini. Aku tidak ingin berhubungan apapun dengannya.
Sayangnya, Kak Dewi benar-benar tertarik dengan endorse ini, apalagi setelah mengetahui pembayarannya, senyumnya mengembang lebar di wajahnya.
Sean dan Kak Dewi selesai mendiskusikan biaya endorse, mereka setuju pada angka sepuluh milyar. Uang sebanyak itu bisa kugunakan untuk melunasi hutangku kepada Kak Dewi!
Untuk merayakan kerja sama ini, Sean mengundangku untuk makan malam.
Aku baru saja ingin menolak undangan tersebut, tetapi Kak Dewi membujukku. Baiklah, hanya makan malam saja, kan.
"Oke, saya tunggu kehadiran Nona Christine malam ini di Imperial Hotel.“ Ujar Sean sembari tersenyum puas. Lalu dia berbalik meninggalkan ruangan.
Kak Dewi tersenyum penuh kemenangan, tetapi aku merasa tidak tenang, seperti ada yang salah.
"Kenapa kamu? Kok tidak senang?" Tanya Kak Dewi.
"Kak Dewi, nanti malam temani aku dong..." Ujarku penuh harap.
"Aduh, Christine. Pak Sean menyukaimu, lho! Kalau aku ikut dan dia tidak senang, bagaimana? Ini untuk kelancaran bisnis kita, tahu. Bodoh sekali kamu ini." Kata-kata Kak Dewi membuatku semakin bingung, apakah dia tidak melihat ada sesuatu yang tidak beres dengan Sean?
"Lantas kenapa tadi Kak Dewi mengiyakan ajakan makan malam ini?" Aku menjadi sedikit marah, merasa dipermainkan.
Melihat Kak Dewi yang begitu gembira, senyumnya mengembang lebar, aku merasa sedikit kecewa terhadapnya.
"Pak Sean belum menikah, kamu juga belum menikah lagi, anggap saja sebagai teman, tidak masalah, kan?" Ujar Kak Dewi.
Mendengar Kak Dewi, aku menjadi sangat marah. Aku sedikit berteriak kepadanya.
"Apa maksudnya, Kak? Ada maksud tersembunyi apa?!"
"Maksud tersembunyi apa lagi? Hanya urusan makan malam saja, kenapa jadi ribut seperti ini?! Aku tidak menyuruhmu melakukan apapun kecuali makan malam! Apa sulit sekali?" Kak Dewi juga menjadi marah, dia menunjuk-nunjuk kepalaku.
"Christine, dunia sudah berubah. Kamu perlu melakukan lebih untuk mendapatkan yang kamu inginkan, tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri saja." Lanjut Kak Dewi.
Aku tidak dapat berkata-kata lagi, saat itu, Kak Dewi sendiri yang mengatakan jangan mengandalkan laki-laki. Apakah Kak Dewi yang waktu itu sama dengan yang sekarang?
Aku sudah mengabaikan sesuatu yang sangat penting, yang terpenting dalam berbisnis adalah keuntungan, bukan emosi atau perasaan. Benar saja, hati manusia terhalang oleh lapisan perut, hati manusia tidak pernah bisa dibaca.
Rupanya, ada maksud tersembunyi di balik kebaikan Kak Dewi. Di matanya, aku masih memiliki nilai, aku masih bisa digunakan olehnya. Makanya ia mengizinkanku kembali ke agensi.
Kak Dewi telah membohongiku, bahkan sampai akhir, dia tidak mengatakan sepatah kata pun, dan sekarang...... masalah makan malam ini?
Aku diam-diam memandangi Kak Dewi, wajahnya terlihat bersemangat sekali, ini bukanlah Kak Dewi yang kukenal tiga tahun lalu, yang membantuku dengan tulus. Kak Dewi yang sekarang... aku tidak mengenalnya sama sekali. Seperti, Kak Dewi yang dulu sudah hilang.
Dari awal, akulah yang terlalu naif.
Aku hanya bisa tersenyum pahit, pikiranku dipenuhi oleh rasa kecewa. Ketika aku berbalik, Kak Dewi masih saja menanyaiku:
"Hey, kamu tinggal dimana? Nanti malam aku panggilkan sopir supaya jemput kamu ya!"
"Tidak usah, aku pergi sendiri saja.” Jawabku ketus tanpa melihat Kak Dewi.
"Okelah, jangan sampai terlambat ya. Nomor teleponmu sudah aku berikan ke Pak Sean. Nanti malam dia akan menghubungimu.“ Ujar Kak Dewi dengan riang gembira.
Aku melangkah keluar dari gedung Rainbow Entertainment. Melihat keatas, gedung ini begitu tinggi dan megah, seperti diluar jangkauanku.
Setelah pekerjaan endorse ini selesai, aku akan melunasi hutangku kepada Kak Dewi, dan tidak akan berurusan dengannya lagi.
Aku tidak kembali ke rumah, aku langsung menuju ke rumah ibuku.
Masuk ke rumah, di dalam sepi sekali, seperti tidak ada seorang pun di sana. Aku sedikit berteriak memanggil-manggil mama.
"Maaa..."
Tidak ada jawaban.
Aku membuka pintu kamar mereka, melihat papa terduduk sendirian di tempat tidur, dia sedang makan. Karena tangan dan kakinya yang tidak dapat bergerak normal, seluruh tubuhnya dipenuhi oleh makanan yang berjatuhan.
Dengan sigap, aku menghampiri papa dan membantunya makan, sembari bertanya:
"Mama dimana? Kok tidak kelihatan?"
"Oh.. Dia sedang pergi ke rumah Christopher, kakak iparmu sedang hamil. Dia pergi bantu-bantu disana.” Suara papa terdengar bergetar.
Aku diam-diam menatap papa. Waktu dia muda, suaranya terdengar mantap dan tegas, siapa yang mengira kalau di usianya yang baru menginjak 50-an dia menjadi seperti ini. Memikirkan hal ini, ada kesedihan yang menghampiri hatiku. Aku bersandar di punggungnya, aku tidak kuasa menahan tangis.
"Ada apa?" tanya papa kepadaku, dia terlihat khawatir.
"Pa, kenapa hidup ini sulit sekali? Aku hanya ingin menjalani hari-hariku dengan baik, itu saja. Kenapa semuanya sulit sekali?"
"Anak bodoh...... Namanya juga manusia, harus belajar dewasa. Kamu harus belajar dewasa, berkembang dan jaga diri baik-baik. Carilah laki-laki yang benar-benar mencintaimu, supaya dia menggantikan papa untuk menjagamu." Jawab papa lembut sembari mengelus rambutku.
"Mama sih enak, ada papa yang jaga. Seumur hidup bahagia." Candaku.
"Ampun deh, mulut mama kamu itu, pedas sekali. Selama ini papa sudah kenyang dimaki olehnya." Ujar papa sembari tersenyum.
"Mulutnya... bisa membangkitkan orang mati, tapi bisa membunuh orang hidup juga. Hahaha!" Lanjut papa. Aku yang sedari kecil sudah menyaksikan langsung bagaimana mulut mama, merasa heran karena baru menyadarinya sekarang.
"Betul juga. Mama itu... Putih bisa jadi hitam, suka bergosip. Sehari tidak menggosip, tidak akan bisa tahan." Papa tertawa mendengar kata-kataku.
"Jadi, kenapa kamu pulang hari ini?" tanya papa. Dia menatapku tajam.
"Bosan, jadi aku pulang." Jawabku. Aku tidak sanggup menatap papa di matanya.
"Sudah, cari pacar sana! Cepat-cepat menikah."
Mendengar kata-kata ”menikah", aku perlahan menunduk.
"Pa, ada yang ingin aku bicarakan. Tapi jangan kasih tahu siapapun, terutama mama."
Papa mengangguk pelan.
"Pa, sebenarnya aku sudah menikah. Tolong jangan panik dulu Pa! Nanti darah tingginya kambuh."
"Si... siapa?" Tanya papa, penasaran.
"Papa tidak kenal dengan orang ini. Christine tahu, diam-diam menikah seperti ini salah.. Tapi aku sangat mencintai laki-laki ini, dia pun begitu." Aku mencoba menjelaskan dengan tenang, papa juga dengan tenang mendengarku.
"Christine, selama kamu bahagia, papa tidak akan mempermasalahkan apapun. Tenang saja. Kecuali kamu yang bilang sendiri, papa tidak akan beri tahu mama.“ Ujar papa sembari menggenggam punggung tanganku.
Aku kembali membenamkan wajahku di punggung papa.
”Pa, sekarang aku bahagia sekali."
Sudah setengah jam berlalu sejak aku mengobrol dengan papa. Aku mendengar suara pintu depan dibuka, terdengar suara mama yang menggelegar. Mama belum masuk ke rumah, namun aku sudah bisa mendengar suaranya.
"Duh, sekarang harga sayur naik terus! Lama-lama bisa tidak mampu beli, nih!" Terdengar ocehan ibuku. Dia masuk kamar dan melihatku duduk di pinggir tempat tidur bersama papa.
"Wah, anak perempuanku yang paling keras kepala pulang." Ejeknya kepadaku.
Aku menepuk-nepuk pundak papa dan mengisyaratkan kepadanya agar tidak lupa menjaga rahasia.
"Tujuanku pulang adalah menengok papa, bukan mama. Jangan terlalu percaya diri deh." Balasku tak kalah mengejek.
"Mama juga tidak berharap ditengok olehmu. Kamu ini ya, tidak bilang apa-apa lalu sembarangan saja pindah keluar. Aku tidak perlu ditengok olehmu." Kata-kata mama menyadarkanku, rupanya dia masih marah karena kejadian itu.
Aku tidak menjawab.
Tiba-tiba mama berbalik dan bertanya:
"Malam ini mau makan malam di rumah?"
“Tidak perlu, aku mau temani client makan di luar." Kataku ketus.
Aku menatap punggung mama yang mulai bungkuk, meskipun sifatnya keras dan mulutnya kejam, tetapi dia masih mengingatku sebagai putrinya yang durhaka dan kurang ajar.
"Ya sudah." Terdengar nada kecewa dari suara mama, dia keluar ruangan dan membawa sayur-sayurannya ke dapur.
Setelah berpamitan dengan papa, aku menuju dapur.
"Ma, aku pergi ya."
Hening.
Disaat aku bersiap meninggalkan dapur, mama menoleh ke arahku.
"Di luar harus baik-baik jaga diri ya."
Mendengar kata-kata mama, aku merasa terharu, sudut-sudut mataku memerah. Aku mengangguk dan berkata pelan:
"Iya Ma."
Meskipun kadang bertengkar dengan orang tua, aku mengerti bahwa tujuan mereka baik. Mereka peduli terhadapku.
Saat aku menginjakkan kakiku di luar rumah, air mata menetes dari sudut mataku. Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata bahagia dan rasa bersyukur.
Aku mengeluarkan ponsel dan menelpon Jonathan. Selang beberapa saat, terdengar suaranya dari seberang sana.
"Ada apa?"
"Jonathan, aku mau tanya. Kamu kenal dengan Sean?"
"Sean? Oh, sepertinya itu teman sekolah Cynthia, saat mereka sekolah di luar negeri. Memangnya kenapa? Kamu kenal?"
"Oh!" Aku tidak menjawab pertanyaan Jonathan, aku teringat akan kecerobohanku sendiri.
"Hey, kamu dimana?"
"Baru saja pulang dari rumah mama, sekarang mau pulang. Kamu lanjut kerja deh, kumatikan ya teleponnya."
Sean?
Rupanya benar, dia ada hubungannya dengan Cynthia. Apa yang sebenarnya direncanakan Cynthia? Kelihatannya, aku harus menemuinya, apa yang ingin dia lakukan kepadaku?
Novel Terkait
Menunggumu Kembali
NovanCEO Daddy
TantoAwesome Guy
RobinGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraMy Enchanting Guy
Bryan WuThat Night
Star AngelYama's Wife
ClarkMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)