Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku

"Orang lain adalah orang lain. Kita adalah kita." saat jawaban yang begitu formal keluar dari mulutku, bibirku langsung dicium oleh Jonathan.

Dia tidak menerima perkataanku, hanya menciumku dengan erat, tangannya juga pelan-pelan turun dari leher, ke pinggang, mencubitku kecil, membuat sekujur tubuhku bergetar dan napasku bertambah cepat.

Dia menggendongku ala princess, ketika langsung melemparku ke atas ranjang, terdengar suara 'kretak'. Dia menatapku dengan serius, lalu bertanya, "Suara apa itu?"

Tubuhku kaku, tidak berani bergerak. Setelah menelan air liur, aku berkata, "Mungkin ranjangnya rusak. Kamu jangan asal gerak, sebentar lagi akan roboh."

"Pergerakan di samping sangat besar, tapi aku tidak mendengar suara ranjang roboh. Kita tidak mungkin begitu sial." Jonathan tidak percaya. Saat dia menunduk untuk menciumku, hanya bergerak sedikit saja, dalam sekejap, ranjangnya langsung roboh.

Jonathan menimpa berat di atas tubuhku. Debu-debu seketika berterbangan. Dia mengerutkan dahi, berdiri dengan kesal, memapahku berdiri dan berkata, "Kamu menyewa satu tempat, setidaknya ranjangnya juga harus lebih baik sedikit."

Aku menundukkan kepala, menepuk-nepuk debu yang ada di tubuh, lalu berkata dengan suara kecil, "Aku 'kan tidak tahu kamu mau datang."

Meskipun sangat kecil, malah terdengar oleh Jonathan. Dia bertanya, "Apa yang tadi kamu katakan. Kamu tidak menantikan kedatanganku, memangnya kamu menantikan kedatangan orang lain?"

Aku kehabisan kata-kata. Pria kenapa begitu kecil hati. Selain dia, aku mana mempunyai pria lain lagi.

Mungkin karena suara robohnya ranjang terlalu besar, karyawan gendut yang berada di bawah naik ke atas.

Pintu kamar kita diketuk kencang. Aku maju membuka pintu. Karyawan itu langsung masuk, begitu melihat keadaan kamar yang sangat berantakan, dia segera berteriak, "Ya Tuhan, kenapa ranjangnya dibuat hancur oleh kalian?"

Aku maju menjelaskan, "Bukan dibuat hancur, tadi ..."

"Jangan menjelaskan. Masalah seperti ini diketahui oleh kita semua. Kalau bukan kalian yang terlalu heboh, ranjangku yang kuat itu bagaimana mungkin bisa hancur. Kalian membuat hancur ranjang paling mewah di desa kami. Kalian harus menggantinya." wanita itu berkata dengan pelan, dan kadang kala menoleh menatap Jonathan.

Sebenarnya wanita ini datang untuk melihat keramaian, atau untuk melihat Jonathan.

"Baiklah. Berapa, nanti hitung saja kepadaku." aku berkata datar.

Benar-benar terlalu sial. Begitu kembali ke desa, langsung merobohkan satu ranjang. Sebenarnya masalah kualitas ranjang, kalau sekarang tersebar keluar, pasti akan digosipkan kalau aku dan Jonathan yang terlalu 'heboh'.

Ketika wanita gemuk itu meninggalkan kamar kami, setelah aku membanting pintu dengan kencang, aku kembali menatap Jonathan. Dia malah menutup mulut dan tertawa sampai wajahnya merah.

"Apa selucu itu?" aku bertanya sambil mengerutkan dahi.

Dia tertawa sampai tidak bisa mengontrol diri. Menahan perut, tertawa lama, baru berkata, "Ini ... adalah tempat yang seumur hidup ini paling lucu."

Wajahku masam. Melihat kamar yang berantakan, kepalaku terasa sangat pusing.

Jonathan akhirnya berhenti tertawa dan berkata, "Aku tadi ingin berkata, kamu membanting pintu begitu kencang, kalau pintu itu sampai rusak, maka kita akan menjadi orang terkenal di Desa A."

"Pintu rusak sangat wajar kok." aku tidak begitu bodoh.

"Kalau pintu rusak, aku rasa mungkin orang-orang akan mengatakan kalau kamu membuat rusak di saat kabedon?" diejek seperti itu oleh Jonathan, aku akhirnya mengerti.

Mengikuti kebudayaan setempat. Jonathan cepat sekali masuk ke dalam budaya aneh daerah sini.

Kabedon. Pintar sekali imajinasi Jonathan.

Aku tidak mempedulikan dia, hanya membereskan barang-barang.

Jonathan menarik kursi dan duduk di sampingku, lalu berkata, "Christine, pulang ke Kota F saja. Aku di sini akan mengatur semuanya."

Aku tidak menghentikan kerjaan di tanganku lalu menjawab tanpa peduli, "Pulang ke Kota F, aku juga tidak ada kerjaan."

"Kantor kukembalikan padamu." selesai berkata, aku berdiri lama di tempat dan tidak menoleh untuk waktu yang lama. Aku melihat Jonathan dan bertanya, "Apa kamu sedang mengetesku lagi?"

"Aku tidak berharap kamu menderita." Jonathan menjawab dengan sangat serius.

"Yang kamu katakan selalu lebih enak didengar daripada nyanyianmu. Aku adalah siapamu? Kenapa harus menerima hadiah darimu?" aku bertanya padanya, "Aku sangat terima kasih kamu mengatur semuanya bagi anak-anak kasihan itu. Tapi tentangku, kamu tidak bisa mengaturnya."

"Kamu terlalu keras kepala." pandangan Jonathan mengunciku, "Di hadapanku, kamu kenapa tidak bisa seperti dulu patuh padaku."

"Patuh?" aku menertawakan diriku sendiri, "Itu karena sekarang statusku berbeda. Kamu adalah mantan suamiku. Aku adalah mantan istrimu. Kita juga bukanlah suami istri. Di antara kita terletak kata mantan."

"Kalau rujuk, maka kata mantan itu tidak akan ada lagi."

Aku tertawa dingin, menghela napas dan berkata, "Sebenarnya kondisi sekarang adalah yang paling baik. Kadang-kadang bertemu, rasanya sangat menegangkan seperti sedang berselingkuh. Ketika aku bukan merupakan istrimu, bukankah sama segarnya seperti bunga liar di luaran sana?" aku tertawa bercanda.

Jonathan memutar bola matanya, tidak ingin melanjutkan basa-basi denganku dan berkata, "Aku berikan kamu dua pilihan. Kamu tinggal di Desa A, lanjut mengajar murid-muridmu, tapi aku tidak akan membangun sekolah. Selain itu, seumur hidup ini kamu tidak akan melihat Bernice dan Bella lagi, karena aku akan mengirim mereka jauh-jauh. Seumur hidup ini jangan harap kamu bisa bertemu mereka."

Tidak bisa dengan cara lembut, dia siapkan ancaman bagiku. Aku mengerti. Ini juga bukan pertama kalinya dia mengancamku. Waktu itu dia berhasil, kali ini ....

Dia juga berhasil.

"Aku memilih pilihan kedua." aku menatap Jonathan dengan pandangan berat.

"Aku belum mengatakan pilihan kedua."

"Pilihan kedua adalah aku ikut kamu pulang, dan kamu akan mengatur baik semua yang ada di sini." aku terlalu mengerti Jonathan. Apa yang akan dia katakan. Ketika dia mengangkat pantat, aku tahu kentut apa yang akan dia lepaskan.

Sudah lama menjadi suami istri, sebuah kesulitan juga kalau terlalu mengerti satu sama lain.

Dia menatapku dengan tertarik, "Pintar."

"Aku tidak bodoh juga selama ini." aku menggelengkan kepala dengan tidak berdaya, "Cepat ganti rugi ranjang ini. Setelah itu aku bawa kamu bertemu dengan kepala sekolah, membahas tentang gedung sekolah."

Setelah beres-beres kamar, Jonathan menyuruh aku bereskan koper. Ketika aku keluar kamar, pintu di kamar sebelah terbuka. Sepasang pria dan wanita keluar dari dalam.

Jonathan menatap mereka dengan ekspresi berat.

Aku mendekat, memanggil 'hei', sepasang pria dan wanita itu menoleh menatapku.

"Pagi hari perhatikan sedikit. Begitu kencang, bahkan bisa didengar oleh satu dunia." aku hanya bisa mengingatkan. Setiap hari mendengar suara mereka, sekarang jarang-jarang bisa bertemu dengan orang asli, tentu akan penasaran dan juga mengingatkan. Setidaknya harus perhatikan juga perasaan orang lain.

"Dasar gila." wanita itu memutar bola mata, lalu menarik wanita itu dan pergi.

Aku mengerutkan dahi, dan berkata sambil menatap punggung pasangan itu, "Kondisi masyarakat semakin memburuk."

"Christine, aku bahkan tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikanmu." Jonathan tersenyum tidak berdaya, "Kapan kamu berubah begitu kepo sampai ikut campur pada hubungan seks orang lain."

"Aku memang suka ikut campur. Bukankah kamu berkata aku sudah menopause?" aku mengerucutkan bibir, "Kalau begitu aku seharusnya melakukan hal yang dilakukan orang-orang yang sudah menopause."

Jonathan menggelengkan kepala dengan pasrah.

Aku membawanya bertemu dengan kepala sekolah, membahas mengenai pembangunan gedung sekolah. Masalah selanjutnya, Jonathan bilang akan mengirim orang yang khusus menilai gedung, lalu melaporkannya kepada departemen berkaitan, setelah menyusun program, sudah bisa dimulai.

Sebenarnya pikiranku masih terlalu polos. Aku kira ada uang sudah bisa membangun sekolah. Aku memang tidak berpikiran semenyeluruh Jonathan. Dia memang benar merupakan pebisnis. Otaknya lebih pintar dariku.

Setelah mengatur semua yang ada Desa A, Jonathan bersender di pundakku dengan lelah, lalu menutup mata dan terlelap.

Edy mengendarai mobil, sangatlah stabil.

Saat kami pulang ke Kota F, jam sudah menunjukkan subuh pukul 1. Aku juga ngantuk sampai tidak bisa membuka mata lagi. Ketika Edy mengendarai mobil masuk ke rumah Keluarga Yi, aku tiba-tiba teringat pada peringatan ibu kepadaku.

Aku menepuk-nepuk kursi duduk Edy dan berkata dengan suara kecil, "Bisa mengantarku pulang dulu tidak?"

"Di sini adalah rumahmu. Kamu masih mau pergi kemana?" Jonathan tiba-tiba terbangun. Ketika suaranya yang kencang terdengar, aku dibuat terkejut.

Mungkin dia sudah bangun daritadi, lalu bersender di pundakku, berpura-pura tidur. Dia memang suka seperti ini.

Karena sudah bangun, aku juga tidak perlu menyembunyikan lagi, langsung saja berkata, "Kita sudah cerai. Yang perlu ditaati, masih perlu ditaati."

"Jangan ungkit tentang perceraian denganku." setelah Jonathan berkata dingin, sepasang mata yang menakutkan itu menatapku lurus, kemudian mengancamku, "Turun mobil tidak?"

"Bersiap memberikan dua pilihan lagi padaku?" aku balik bertanya. Bukankah dia suka memberikan pilihan. Ok kalau begitu, berikan saja pilihan. Setidaknya ada dua pilihan.

"Hanya satu pilihan. Turun dari mobil, masuk, naik ke atas, ke kamar, menutup pintu." Jonathan berkata dengan singkat, padat, jelas. Matanya mengunci tatapanku, seperti sama sekali tidak memberikan ruang bagiku untuk kabur.

Aku melihatnya dalam diam, kemudian mengangguk, "Ok, aku turun. Kamu tidak membiarkan Edy mengantarku, aku gunakan saja sepasang kakiku untuk berjalan pulang."

Selesai berkata, aku membuka pintu, turun dari mobil, lalu berjalan dengan keras kepala.

Jonathan juga ikut turun dari mobil, dia menarik tanganku dan berkata dengan marah, "Christine, apakah menurutmu sudah cerai, jadi kamu bisa sekali demi sekali mencobai kesabaranku?"

Aku membalikkan badan, bertatapan dengannya lalu menjawab, "Iya, aku memang suka seperti ini. Jangan lupa, aku hanya berjanji padamu untuk kembali ke Kota F. Aku tidak berjanji untuk rujuk denganmu."

"Sebenarnya kamu ingin bagaimana baru bisa tidak marah?" Jonathan akhirnya menurunkan harga diri, dan bertanya dengan suara kecil.

Aku tersentak. Apakah dia sedang meminta maaf padaku dengan cara ini?

Aku tidak menjawab. Hanya menatap wajah Jonathan, tidak tahu bagaimana menjawab perkataannya.

"Christine, kita sudah mengalami begitu banyak masalah. Kamu jangan menyiksaku lagi, ya?" Jonathan menatapku dengan lelah. Matanya memancarkan rasa tidak berdaya.

Seumur hidup ini dia selalu merencanakan, selalu berjaga-jaga, aku tahu itu karena dia terlalu cepat menanggung tanggung jawab terhadap Keluarga Yi ini. Pasti harus lebih berhati-hati.

Tapi di saat dia menjebak orang lain, dia tanpa sadar juga menjebakku di dalamnya.

Aku tahu, alasan kenapa aku bisa sekali demi sekali memaafkan Jonathan, itu karena aku mencintainya. Selalu mencintainya. Meskipun anak itu aku yang gugurkan, tapi aku juga hanya benci dan cinta.

"Ok, aku tidak menyiksamu lagi. Begini saja. Dulu aku yang melamarmu, kali ini giliranmu. Kalau kamu bisa memberikan aku lamaran yang membuatku puas, aku akan setuju untuk menikah sekali lagi denganmu." permintaan yang aku minta ini tidak kelewatan.

Jonathan mengerutkan dahi dan bertanya, "Waktu itu kamu hanya mengatakan satu kalimat saja."

"Iya, sudah kukatakan. Kamu menikah denganku, aku kedepannya pasti akan mendengar perkataanmu." aku tidak mengelak, "Tapi apakah kamu bisa mengatakannya? Apakah kamu berani berkata kalau kamu akan mendengarkan perkataanku kedepannya?"

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu