Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu - Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
"Orang lain adalah orang lain. Kita adalah kita." saat jawaban yang begitu formal keluar dari mulutku, bibirku langsung dicium oleh Jonathan.
Dia tidak menerima perkataanku, hanya menciumku dengan erat, tangannya juga pelan-pelan turun dari leher, ke pinggang, mencubitku kecil, membuat sekujur tubuhku bergetar dan napasku bertambah cepat.
Dia menggendongku ala princess, ketika langsung melemparku ke atas ranjang, terdengar suara 'kretak'. Dia menatapku dengan serius, lalu bertanya, "Suara apa itu?"
Tubuhku kaku, tidak berani bergerak. Setelah menelan air liur, aku berkata, "Mungkin ranjangnya rusak. Kamu jangan asal gerak, sebentar lagi akan roboh."
"Pergerakan di samping sangat besar, tapi aku tidak mendengar suara ranjang roboh. Kita tidak mungkin begitu sial." Jonathan tidak percaya. Saat dia menunduk untuk menciumku, hanya bergerak sedikit saja, dalam sekejap, ranjangnya langsung roboh.
Jonathan menimpa berat di atas tubuhku. Debu-debu seketika berterbangan. Dia mengerutkan dahi, berdiri dengan kesal, memapahku berdiri dan berkata, "Kamu menyewa satu tempat, setidaknya ranjangnya juga harus lebih baik sedikit."
Aku menundukkan kepala, menepuk-nepuk debu yang ada di tubuh, lalu berkata dengan suara kecil, "Aku 'kan tidak tahu kamu mau datang."
Meskipun sangat kecil, malah terdengar oleh Jonathan. Dia bertanya, "Apa yang tadi kamu katakan. Kamu tidak menantikan kedatanganku, memangnya kamu menantikan kedatangan orang lain?"
Aku kehabisan kata-kata. Pria kenapa begitu kecil hati. Selain dia, aku mana mempunyai pria lain lagi.
Mungkin karena suara robohnya ranjang terlalu besar, karyawan gendut yang berada di bawah naik ke atas.
Pintu kamar kita diketuk kencang. Aku maju membuka pintu. Karyawan itu langsung masuk, begitu melihat keadaan kamar yang sangat berantakan, dia segera berteriak, "Ya Tuhan, kenapa ranjangnya dibuat hancur oleh kalian?"
Aku maju menjelaskan, "Bukan dibuat hancur, tadi ..."
"Jangan menjelaskan. Masalah seperti ini diketahui oleh kita semua. Kalau bukan kalian yang terlalu heboh, ranjangku yang kuat itu bagaimana mungkin bisa hancur. Kalian membuat hancur ranjang paling mewah di desa kami. Kalian harus menggantinya." wanita itu berkata dengan pelan, dan kadang kala menoleh menatap Jonathan.
Sebenarnya wanita ini datang untuk melihat keramaian, atau untuk melihat Jonathan.
"Baiklah. Berapa, nanti hitung saja kepadaku." aku berkata datar.
Benar-benar terlalu sial. Begitu kembali ke desa, langsung merobohkan satu ranjang. Sebenarnya masalah kualitas ranjang, kalau sekarang tersebar keluar, pasti akan digosipkan kalau aku dan Jonathan yang terlalu 'heboh'.
Ketika wanita gemuk itu meninggalkan kamar kami, setelah aku membanting pintu dengan kencang, aku kembali menatap Jonathan. Dia malah menutup mulut dan tertawa sampai wajahnya merah.
"Apa selucu itu?" aku bertanya sambil mengerutkan dahi.
Dia tertawa sampai tidak bisa mengontrol diri. Menahan perut, tertawa lama, baru berkata, "Ini ... adalah tempat yang seumur hidup ini paling lucu."
Wajahku masam. Melihat kamar yang berantakan, kepalaku terasa sangat pusing.
Jonathan akhirnya berhenti tertawa dan berkata, "Aku tadi ingin berkata, kamu membanting pintu begitu kencang, kalau pintu itu sampai rusak, maka kita akan menjadi orang terkenal di Desa A."
"Pintu rusak sangat wajar kok." aku tidak begitu bodoh.
"Kalau pintu rusak, aku rasa mungkin orang-orang akan mengatakan kalau kamu membuat rusak di saat kabedon?" diejek seperti itu oleh Jonathan, aku akhirnya mengerti.
Mengikuti kebudayaan setempat. Jonathan cepat sekali masuk ke dalam budaya aneh daerah sini.
Kabedon. Pintar sekali imajinasi Jonathan.
Aku tidak mempedulikan dia, hanya membereskan barang-barang.
Jonathan menarik kursi dan duduk di sampingku, lalu berkata, "Christine, pulang ke Kota F saja. Aku di sini akan mengatur semuanya."
Aku tidak menghentikan kerjaan di tanganku lalu menjawab tanpa peduli, "Pulang ke Kota F, aku juga tidak ada kerjaan."
"Kantor kukembalikan padamu." selesai berkata, aku berdiri lama di tempat dan tidak menoleh untuk waktu yang lama. Aku melihat Jonathan dan bertanya, "Apa kamu sedang mengetesku lagi?"
"Aku tidak berharap kamu menderita." Jonathan menjawab dengan sangat serius.
"Yang kamu katakan selalu lebih enak didengar daripada nyanyianmu. Aku adalah siapamu? Kenapa harus menerima hadiah darimu?" aku bertanya padanya, "Aku sangat terima kasih kamu mengatur semuanya bagi anak-anak kasihan itu. Tapi tentangku, kamu tidak bisa mengaturnya."
"Kamu terlalu keras kepala." pandangan Jonathan mengunciku, "Di hadapanku, kamu kenapa tidak bisa seperti dulu patuh padaku."
"Patuh?" aku menertawakan diriku sendiri, "Itu karena sekarang statusku berbeda. Kamu adalah mantan suamiku. Aku adalah mantan istrimu. Kita juga bukanlah suami istri. Di antara kita terletak kata mantan."
"Kalau rujuk, maka kata mantan itu tidak akan ada lagi."
Aku tertawa dingin, menghela napas dan berkata, "Sebenarnya kondisi sekarang adalah yang paling baik. Kadang-kadang bertemu, rasanya sangat menegangkan seperti sedang berselingkuh. Ketika aku bukan merupakan istrimu, bukankah sama segarnya seperti bunga liar di luaran sana?" aku tertawa bercanda.
Jonathan memutar bola matanya, tidak ingin melanjutkan basa-basi denganku dan berkata, "Aku berikan kamu dua pilihan. Kamu tinggal di Desa A, lanjut mengajar murid-muridmu, tapi aku tidak akan membangun sekolah. Selain itu, seumur hidup ini kamu tidak akan melihat Bernice dan Bella lagi, karena aku akan mengirim mereka jauh-jauh. Seumur hidup ini jangan harap kamu bisa bertemu mereka."
Tidak bisa dengan cara lembut, dia siapkan ancaman bagiku. Aku mengerti. Ini juga bukan pertama kalinya dia mengancamku. Waktu itu dia berhasil, kali ini ....
Dia juga berhasil.
"Aku memilih pilihan kedua." aku menatap Jonathan dengan pandangan berat.
"Aku belum mengatakan pilihan kedua."
"Pilihan kedua adalah aku ikut kamu pulang, dan kamu akan mengatur baik semua yang ada di sini." aku terlalu mengerti Jonathan. Apa yang akan dia katakan. Ketika dia mengangkat pantat, aku tahu kentut apa yang akan dia lepaskan.
Sudah lama menjadi suami istri, sebuah kesulitan juga kalau terlalu mengerti satu sama lain.
Dia menatapku dengan tertarik, "Pintar."
"Aku tidak bodoh juga selama ini." aku menggelengkan kepala dengan tidak berdaya, "Cepat ganti rugi ranjang ini. Setelah itu aku bawa kamu bertemu dengan kepala sekolah, membahas tentang gedung sekolah."
Setelah beres-beres kamar, Jonathan menyuruh aku bereskan koper. Ketika aku keluar kamar, pintu di kamar sebelah terbuka. Sepasang pria dan wanita keluar dari dalam.
Jonathan menatap mereka dengan ekspresi berat.
Aku mendekat, memanggil 'hei', sepasang pria dan wanita itu menoleh menatapku.
"Pagi hari perhatikan sedikit. Begitu kencang, bahkan bisa didengar oleh satu dunia." aku hanya bisa mengingatkan. Setiap hari mendengar suara mereka, sekarang jarang-jarang bisa bertemu dengan orang asli, tentu akan penasaran dan juga mengingatkan. Setidaknya harus perhatikan juga perasaan orang lain.
"Dasar gila." wanita itu memutar bola mata, lalu menarik wanita itu dan pergi.
Aku mengerutkan dahi, dan berkata sambil menatap punggung pasangan itu, "Kondisi masyarakat semakin memburuk."
"Christine, aku bahkan tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikanmu." Jonathan tersenyum tidak berdaya, "Kapan kamu berubah begitu kepo sampai ikut campur pada hubungan seks orang lain."
"Aku memang suka ikut campur. Bukankah kamu berkata aku sudah menopause?" aku mengerucutkan bibir, "Kalau begitu aku seharusnya melakukan hal yang dilakukan orang-orang yang sudah menopause."
Jonathan menggelengkan kepala dengan pasrah.
Aku membawanya bertemu dengan kepala sekolah, membahas mengenai pembangunan gedung sekolah. Masalah selanjutnya, Jonathan bilang akan mengirim orang yang khusus menilai gedung, lalu melaporkannya kepada departemen berkaitan, setelah menyusun program, sudah bisa dimulai.
Sebenarnya pikiranku masih terlalu polos. Aku kira ada uang sudah bisa membangun sekolah. Aku memang tidak berpikiran semenyeluruh Jonathan. Dia memang benar merupakan pebisnis. Otaknya lebih pintar dariku.
Setelah mengatur semua yang ada Desa A, Jonathan bersender di pundakku dengan lelah, lalu menutup mata dan terlelap.
Edy mengendarai mobil, sangatlah stabil.
Saat kami pulang ke Kota F, jam sudah menunjukkan subuh pukul 1. Aku juga ngantuk sampai tidak bisa membuka mata lagi. Ketika Edy mengendarai mobil masuk ke rumah Keluarga Yi, aku tiba-tiba teringat pada peringatan ibu kepadaku.
Aku menepuk-nepuk kursi duduk Edy dan berkata dengan suara kecil, "Bisa mengantarku pulang dulu tidak?"
"Di sini adalah rumahmu. Kamu masih mau pergi kemana?" Jonathan tiba-tiba terbangun. Ketika suaranya yang kencang terdengar, aku dibuat terkejut.
Mungkin dia sudah bangun daritadi, lalu bersender di pundakku, berpura-pura tidur. Dia memang suka seperti ini.
Karena sudah bangun, aku juga tidak perlu menyembunyikan lagi, langsung saja berkata, "Kita sudah cerai. Yang perlu ditaati, masih perlu ditaati."
"Jangan ungkit tentang perceraian denganku." setelah Jonathan berkata dingin, sepasang mata yang menakutkan itu menatapku lurus, kemudian mengancamku, "Turun mobil tidak?"
"Bersiap memberikan dua pilihan lagi padaku?" aku balik bertanya. Bukankah dia suka memberikan pilihan. Ok kalau begitu, berikan saja pilihan. Setidaknya ada dua pilihan.
"Hanya satu pilihan. Turun dari mobil, masuk, naik ke atas, ke kamar, menutup pintu." Jonathan berkata dengan singkat, padat, jelas. Matanya mengunci tatapanku, seperti sama sekali tidak memberikan ruang bagiku untuk kabur.
Aku melihatnya dalam diam, kemudian mengangguk, "Ok, aku turun. Kamu tidak membiarkan Edy mengantarku, aku gunakan saja sepasang kakiku untuk berjalan pulang."
Selesai berkata, aku membuka pintu, turun dari mobil, lalu berjalan dengan keras kepala.
Jonathan juga ikut turun dari mobil, dia menarik tanganku dan berkata dengan marah, "Christine, apakah menurutmu sudah cerai, jadi kamu bisa sekali demi sekali mencobai kesabaranku?"
Aku membalikkan badan, bertatapan dengannya lalu menjawab, "Iya, aku memang suka seperti ini. Jangan lupa, aku hanya berjanji padamu untuk kembali ke Kota F. Aku tidak berjanji untuk rujuk denganmu."
"Sebenarnya kamu ingin bagaimana baru bisa tidak marah?" Jonathan akhirnya menurunkan harga diri, dan bertanya dengan suara kecil.
Aku tersentak. Apakah dia sedang meminta maaf padaku dengan cara ini?
Aku tidak menjawab. Hanya menatap wajah Jonathan, tidak tahu bagaimana menjawab perkataannya.
"Christine, kita sudah mengalami begitu banyak masalah. Kamu jangan menyiksaku lagi, ya?" Jonathan menatapku dengan lelah. Matanya memancarkan rasa tidak berdaya.
Seumur hidup ini dia selalu merencanakan, selalu berjaga-jaga, aku tahu itu karena dia terlalu cepat menanggung tanggung jawab terhadap Keluarga Yi ini. Pasti harus lebih berhati-hati.
Tapi di saat dia menjebak orang lain, dia tanpa sadar juga menjebakku di dalamnya.
Aku tahu, alasan kenapa aku bisa sekali demi sekali memaafkan Jonathan, itu karena aku mencintainya. Selalu mencintainya. Meskipun anak itu aku yang gugurkan, tapi aku juga hanya benci dan cinta.
"Ok, aku tidak menyiksamu lagi. Begini saja. Dulu aku yang melamarmu, kali ini giliranmu. Kalau kamu bisa memberikan aku lamaran yang membuatku puas, aku akan setuju untuk menikah sekali lagi denganmu." permintaan yang aku minta ini tidak kelewatan.
Jonathan mengerutkan dahi dan bertanya, "Waktu itu kamu hanya mengatakan satu kalimat saja."
"Iya, sudah kukatakan. Kamu menikah denganku, aku kedepannya pasti akan mendengar perkataanmu." aku tidak mengelak, "Tapi apakah kamu bisa mengatakannya? Apakah kamu berani berkata kalau kamu akan mendengarkan perkataanku kedepannya?"
Novel Terkait
Istri Yang Sombong
JessicaBehind The Lie
Fiona Lee1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaHusband Deeply Love
NaomiMy Goddes
Riski saputroMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu×
- Bab 1 Malam Yang Menyedihkan
- Bab 2 Sawah Yang Kering Ada Orang Yang Menyirami
- Bab 3 Istri dan Mertua Tidak Akur
- Bab 4 Kekasih Ardy
- Bab 5 Wanita Yang Paling Bodoh
- Bab 6 Konflik
- Bab 7 Aku Tidak Suka Dimanfaatkan Orang
- Bab 8 Bercerai
- Bab 9 Mogok Makan
- Bab 10 Membuat Kesepakatan
- Bab 11 Bercerai Tanpa Mendapatkan Harta Sama Sekali
- Bab 12 Mengenang Kembali
- Bab 13 Pesta
- Bab 14 Dia Pacarku
- Bab 15 Menantang
- Bab 16 Aroma Tubuh Laki-Laki Lain
- Bab 17 Hamil
- Bab 18 Tertekan
- Bab 19 Makan Aku Saja Kalau Masih Lapar
- Bab 20 Wanita Yang Tidak Berpendidikan
- Bab 21 Aku Mau Anak Ini
- Bab 22 Tiba-Tiba Kembali
- Bab 23 Tidak Boleh Melakukan Saat Hamil
- Bab 24 Anggap Aku Pinjam Darimu
- Bab 25 Cinta Yang Abnormal
- Bab 26 Wanita Jahat
- Bab 27 Berikan Aku Kesempatan Untuk Menjagamu
- Bab 28 Menolak Tanpa Perasaan
- Bab 29 Tidak Bisa Memilikinya
- Bab 30 Bagaimana Caranya Agar Kamu Bisa Menerima Cintaku
- Bab 31 Kecelakaan Mobil
- Bab 32 Jual diri
- Bab 33 Konspirasi Mengerikan
- Bab 34 Melamar
- Bab 35 Perpisahan
- Bab 36 Kebenaran yang Pahit
- Bab 37 Mempermainkan Pria
- Bab 38 Kamu Menikahiku
- Bab 39 Baiklah, Aku Mengalah Padamu
- Bab 40 Martabat seorang pria
- Bab 41 Menahan Ejekan
- Bab 42 Pertunjukan Pertama
- Bab 43 Kamu Sangat Cantik
- Bab 44 Sulit Membaca Hati Manusia
- Bab 45 Makan Malam
- Bab 46 Wanita asing
- Bab 47 Kami Sudah Menikah
- Bab 48 Laki-laki Aneh
- Bab 49 Bunuh diri
- Bab 50 Terkurung
- Bab 51 Menyerahlah
- Bab 52 Perlakukan Aku Dengan Baik Seumur Hidupmu
- Bab 53 Pembicaraan Tentang Masa Depan Satu Sama Lain
- Bab 54 Air Mata yang Terlalu Banyak
- Bab 55 Hanya yang Memenggal Bisnis yang Bisa Bertarung
- Bab 56 Penyesalanmu Sudah Terlambat
- Bab 57 Nenek Meninggal
- Bab 58 Kelahiran Anak
- Bab 59 Mencintainya Maka Meninggalkannya
- Bab 60 Tak Sanggup Lagi
- Bab 61 Waktu Tiga Tahun
- Bab 62 Jangan Sentuh Teman Sekamarku
- Bab 63 Brutal dan Berdarah Dingin
- Bab 64 Model Rambut Baru Sangat Jelek
- Bab 65 Bagaimana Membuatnya Senang
- Bab 66 Menarilah di Hadapanku
- Bab 67 Masih Istrinya
- Bab 68 Bertemu Anakku
- Bab 69 Karma
- Bab 70 Tidak Meninggalkanmu
- Bab 71 Menanyakan Masalah Lama dan Baru Bersamaan
- Bab 72 Terluka
- Bab 73 Plagiarisme
- Bab 74 Jika Ingin Uang, Bukalah Harga
- Bab 75 Mati Tersiksa
- Bab 76 Pria pujaanku
- Bab 77 Membagi harta
- Bab 78 Memaksanya mengatakan kebenaran
- Bab 79 Aku jahat, aku tidak baik hati
- Bab 80 Kamu lebih membutuhkanku
- Bab 81 Wanita yang kasihan (1)
- Bab 81 Wanita yang kasihan (2)
- Bab 82 Siapa yang menopause (1)
- Bab 82 Siapa yang menopause (2)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (1)
- Bab 83 Aku tidak ingin menjadi pengganti (2)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (1)
- Bab 84 Mendapatkan keuntungan besar (2)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (1)
- Bab 85 Menghancurkan reputasi (2)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (1)
- Bab 86 Tertawa Di Atas Penderitaan Orang Lain (2)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (1)
- Bab 87 Melahirkan Semakin Banyak Anak Semakin Banyak Berkah (2)
- Bab 88 Menaruh Obat (1)
- Bab 88 Menaruh Obat (2)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (1)
- Bab 89 Konspirator Terbesar (2)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (1)
- Bab 90 Mati Menggantikanku (2)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (1)
- Bab 91 Adakan Pernikahan (2)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (1)
- Bab 92 Dimanfaatkan Oleh Orang Lain (2)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (1)
- Bab 93 Satu Anak Lain Dari Keluarga Yi (2)
- Bab 94 Semua Kenyataan (1)
- Bab 94 Semua Kenyataan (2)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (1)
- Bab 95 Apa Lagi Yang Kamu Sembunyikan Dariku (2)
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat
- Bab 96 Aku adalah barang duplikat (2)
- Bab 97 Sengaja mempermainkan orang (1)
- Bab 97. Sengaja mempermainkan orang (2)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (1)
- Bab 98 Lelaki Baik, Perempuan Jahat (2)
- Bab 99. Keluar (1)
- Bab 99. Keluar (2)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (1)
- Bab 100. Penghargaan Ibu Rumah Tangga Paling Besar Hati (2)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (1)
- BAB 101 Aku Sangat Pelit (2)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (1)
- BAB 102 Selain Membuat Kamu Marah, Apakah Aku Tidak Ada Kelebihan (2)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (1)
- BAB 103 Pelakor Yang Dicari (2)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (1)
- BAB 104 Cukup Memberi Kamu Muka (2)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (1)
- BAB 105 Kamu Mengapa Begitu Ganteng (2)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (1)
- BAB 106 Tuhan Tidak Memberikannya Hati Berbelas Kasih (2)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (1)
- BAB 107 Cinta Lama Bersatu Kembali (2)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (1)
- BAB 108 Apa Kamu Pernah Mengkhianati Aku (2)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (1)
- BAB 109 Apa Layak Bernilai Sepuluh Juta Yuan (2)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (1)
- BAB 110 Apa Kamu Sudah Pergi Pemeriksaan Ulang? (2)
- Bab 111 Hobi Khusus (1)
- Bab 111 Hobi Khusus (2)
- Bab 112 Berhati Lembut (1)
- Bab 112 Berhati Lembut (2)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (1)
- Bab 113 Mulutmu Cukup Manis (2)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (1)
- Bab 114 Apa Kamu Hamil Lagi (2)
- Bab 115 Pertengkaran (1)
- Bab 115 Pertengkaran (2)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (1)
- Bab 116 Buktikan Seberapa Murninya (2)
- Bab 117 Bernice Hilang (1)
- Bab 17 Bernice Hilang (2)
- Bab 118 Wanita Licik (1)
- Bab 118 Wanita Licik (2)
- Bab 119 Pria Itu Butuh Dirayu (1)
- Bab 119 Pria Butuh Dibujuk (2)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (1)
- Bab 120 Mengapa Kamu Begitu Beruntung (2)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol (1)
- Bab 121 Kita Benar-Benar Harus Mengobrol
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (1)
- Bab 122 Dengan Mudah Berkata Cerai (2)
- Bab 123 Siapa yang Cantik (1)
- Bab 123 Siapa Lebih Tampan (2)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (1)
- Bab 124 Kalau Tidak Tertabrak Tidak Akan Menyerah (2)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (1)
- Bab 125 Berterima Kasih Atas Jasamu yang Tidak Mau (2)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (1)
- Bab 126 Pulang Ke Rumah Menjadi Wanita Rumahan (2)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (1)
- Bab 127 Wanita Dengan Logika Yang Berantakan (2)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (1)
- Bab 128 Serpihan Ingatan (2)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (1)
- Bab 129 Antar Aku Pulang (2)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (1)
- Bab 130 Jika Memotong Rambut, Muka Akan Terlihat Besar (2)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (1)
- Bab 131 Berapa Banyak Beban Yang Kamu Tanggung (2)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (1)
- Bab 132 Ingatanku Sudah Kembali (2)
- Bab 133 Membantumu (1)
- Bab 133 Membantumu (2)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (1)
- Bab 134 Kamu Panik, Artinya Kamu Merasa Bersalah (2)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (1)
- Bab 135 Apa Kamu Pacaran (2)
- Bab 136 Kembali Single (1)
- Bab 136 Kembali Single (2)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (1)
- Bab 137 Namamu Adalah Mantan Suami (2)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (1)
- Bab 138 Apa Aku Boleh Kembali Ke Rumah Keluarga Mo (2)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (1)
- Bab 139 Aku yang terbodoh (2)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (1)
- Bab 140 Kamu selalu dapat membuat penilaian yang akurat (2)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (1)
- Bab 141 Wanita yang kelihatannya tidak berbahaya (2)
- Bab 142 Kesedihan yang dalam (1)
- 142 Kesedihan yang dalam (2)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut pada diriku (1)
- Bab 143 Kamu sepertinya takut padaku (2)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (1)
- Bab 144 Aku akan berteriak jika kamu begini (2)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(1)
- Bab 145 Aku ingin dia membuktikannya secara langsung(2)
- Bab 146 Jangan Menikah Lagi Untuk Ketiga Kalinya
- Bab 147 Siaran Langsung
- Bab 148 Apa Kedepannya Kamu Akan Mendengar Perkataanku
- Bab 149 Aku Lebih Baik Lanjut Tidak Tahu Malu Saja
- Bab 150 Yang Aku Pedulikan Adalah Hatimu
- Bab 151 Menyimpan Rahasia
- Bab 152 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 153 Hukuman Berdiri Menghadap Dinding
- Bab 154. Ingin Melihatmu Untuk Terakhir Kalinya
- Bab 155. Perempuan Tidak Berotak Sangat Menyebalkan
- Bab 156 Kepergian Jonathan
- Bab 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 158 Menarik Spanduk Menyambut Anda
- BAB 157 Perempuan Yang Paling Tidak Tau Malu
- Bab 160 Menikah Kembalilah Denganku
- Bab 161 Seorang Wanita Yang Menyedihkan
- Bab 162 Wanita Melakukan Begitu Banyak Hal Untuk Apa
- Bab 163 Menyuruh Frederik Ouyang Datang Memohon Aku
- Bab 164 Marga Aku Mo, Jadi Beraneh-aneh Saja
- Bab 165 Aku Tidak Ada Perasaan Aman
- Bab 166 Siklus Karma
- Bab 167 Suamiku terlihat tampan saat meninju orang
- Bab 168 Hanya Sebagai Alat
- Bab 169 Hukuman atas keributan
- Bab 170 Apakah kamu mengharapkan akhir seperti Ini?
- Bab 171 Sifat Kejam Manusia
- Bab 172 Melihat Matahari Terbit Untuk Terakhir Kali
- Bab 173 Riwayatku Berakhir Hari Ini
- Bab 174 Aku Akan Bela Keadilan Untukmu
- Bab 175 Terang-terangan Menginginkanmu
- Bab 176 Ikut Campur
- Bab 177 Sekretaris Pria yang Lebih Cantik dari Perempuan
- Bab 178 Sebenarnya Siapa yang Berbohong
- Bab 179 Terkenal Mendadak
- Bab 180 Kamu Paling Cocok Menjadi Istri CEO
- Bab 181 Teman Kantor Yang Tidak Masuk Akal
- Bab 182 Pria kaya selalu playboy
- Bab 183 Kejagoan menjilatnya bagus
- Bab 184 Melakukan siasat senjata makan tuan
- Bab 185 Acara Persahabatan
- Bab 186 Berbaliklah dan kamu bisa melihatku
- Bab 187 Dipecat
- Bab 188 Kamu juga bukan orang yang baik
- Bab 189 Merebut Karyawan
- Bab 190 Acara tahunan perusahaan
- Bab 191 Aku Ingin Berdansa Denganmu, Apa Kamu Bersedia?
- Bab 192 Kata-Kata Itu Tidak Menyakiti Aku
- Bab 193 Kamu Adalah Orang Gila
- Bab 194 Ada Yang Suka Padamu
- Bab 195 Ayo Kita Melahirkan Anak Laki-Laki
- Bab 196 Hubungan yang rumit
- Bab 197 Saat olahraga pagi tenang sedikit
- Bab 198 Memperkenalkan pacar untukmu
- Bab 199 Berjalan-jalan romantis di malam musim dingin
- Bab 200 Kehabisan kata-kata menghadapi keluarga ini
- Bab 201 Alat Keamanan Diri
- Bab 202 Dendam apakah kamu terhadapku
- Bab 203 Bella, bangunlah
- Bab 204 Ketulusan hati mendatangkan keajaiban
- Bab 205 Wanita yang kasar
- Bab 206 Percaya Dengan Keajaiban
- Bab 207 Selamanya Mengabaikanmu
- Bab 208 Kamu Sudah Takut
- Bab 209 Saya Hanya Akan Memiliki Dua Anak Perempuan Seumur Hidup
- Bab 210 Tolong Bantu Aku Pulihkan Penglihatan
- Bab 211 Aku ingin bertemu dengan Jonathan sebelum aku menjalankan operasi
- Bab 212 Aku belum pernah melihat wanita sekejam dia
- Bab 213 Mengusir kamu dari rumah ini
- Bab 214 Biarkan diriku ikut lenyap juga
- Bab 215 Orang yang berpura-pura baik
- Bab 216 Bisa-bisanya Datang Meminta Uang Dengan Tidak Tahu Malu
- Bab 217 Kamu Jangan Sembarangan Bicara
- Bab 218 Aku Masih Belum Cukup Tidur
- Bab 219 Lamaran Yang Romantis
- Bab 220 Jangan Bercanda Lagi
- Bab 221 Ending (1)
- Bab 221 Ending (2)